
Jumat, 27 Desember 2024 menjadi hari yang berkah untuk Penulis pribadi. Pagi Jumat mendapatkan kiriman tulisan opini dari seorang Maestro Budayawan kelahiran Brebes yang saat sekarang tinggal di Kota Tegal. Beliau yang penulis dan teman saya (H Tohir) sering menyebut dengan panggilan Pak Dhe Atmo Tam Sidik. Seorang budayawan yang kaya wawasan Kosmopolit sekaligus pegiat leterasi yang telah mendapatkan penghargaan tingkat nasional.
Satu keberkahan bagi penulis lewat kiriman WA dari Pak Dhe Atmo, mengundang acara bedah buku yang berjudul “Belajar Kepada Murid” karya Dr Maufur, M.Pd Rektor Universitas Bhamada Tegal. Acara yang sangat menarik bagi penulis,karena sebelumnya Pak Dhe Atmo menulis di kolom radar dengan judul “Tasawuf Pedagogik Dr Maufur”. Dalam tulisan tersebut mengutip beberapa ayat Qur’an sebagai sebagai dasar pijakan eksplorasi kecerdasan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia.
Bedah buku yang berlangsung selepas sholat Jumat sampai jam 4 sore menghadirkan beberapa akademisi dan pejabat di lingkungan kota Tegal serta beberapa budayawan. Beberapa wartawan media cetak dan media elektronik juga hadir ditengah tengah acara tersebut meliput kegiatan diawali dengan deklamasi puisi karya Dr Maufur. Puisi Tegalan berdimensi religius. Cerita seorang Pak Tani sebelum ke sawah pagi hari melaksanakan sholat duha, dan seterusnya.
Sebagai pembuka dalam bedah buku tersebut, Pak Dhe Atmo menyatakan bahwa buku BKM (Belajar Kepada Murid) sebelum dibedah hari ini, secara thawaf sowankan ke beberapa Kyai di Brebes, termasuk KH Subhan Ma’mun (Ulama yang menjadi rujukan masyarakat Brebes).
Sepintas melihat judul di sampul, Kyai Subhan berkomentar bahwa tentang ini pernah dilakukan oleh Syekhuna Kholil Bangkalan sebagai gurunya KH Hasyim Asy’ari. Sebagai gurunya saat Mbah Hasyim Asy’ari mondok di Madura, Syekh Kholil pernah belajar (ngaji) hadist kepada Mbah Hasyim Asy’ari.
Beberapa kolom dalam buku tersebut dibedah oleh Pak Dhe Atmo awal pembuka menyinggung ralat tulisan terkait dengan huruf. Pak Dhe menyampaikan betapa pentingnya sebuah huruf, sampai ada ayat Qur’an yang dimulai huruf “Qof”. Maka sebenarnya perubahan huruf sangat berpengaruh besar terhadap makna. Perubahan dari Kepala Desa menjadi Kepala Dosa itu sesungguhnya makna berubah hanya karena dari “e” menjadi “o”.
Ketika Pak Dhe Atmo mengungkapkan huruf “Qof ” dalam Qur’an, Penulis teringat buku Rahasia dibalik huruf Qur’an. Bahwa sesungguhnya kumpulan huruf yang menjadi satu kalimat dari bagian ayat Qur’an,satuan hurufnya memiliki makna. Contohnya “Al hamdu” dalam surat Al Fatihah, kalimat yang tersusun dari Alif, Lam dan seterusnya, huruf tersebut memiliki makna. Jumlah total huruf dalam Qur’an sebanyak 1.027.000 huruf, masing-masing memiliki makna.
Lepas tentang huruf, dalam forum bedah buku di hari Jumat yang berkah, Penulis ikut berpartisipasi dengan mengapresiasi buku karya Dr Maufur sekaligus menyampaikan pertanyaan, terkait dengan pendidikan karakter. Salah satu judul dalam buku tersebut dengan tema pendidikan karakter, tapi saat sekarang pendidikan keagamaan dalam nomenklatur pemerintah kurang mendapatkan perhatian. Padahal agama mengajarkan moral atau akhlak sebagaimana ditegaskan oleh hadis Nabi Muhammad SAW.
Apa yang disampaikan oleh Penulis, langsung ditanggapi oleh anggota komisi VIII DPR RI, Abdul Fikri Fakih. Beliau sangat merespon terkait dengan pendidikan keagamaan karena kebetulan menjadi wilayah Bellau di Komisi VIII. Selepas acara Penulis mengirim draft buku tentang MDT dan Beliau dengan senang hati dan memberikan dukungan untuk terus berkarya dalam bentuk leterasi. ***