Pelayanan Publik

Kuwu Nani: Mari Kita Jaga Adat Istiadat Warisan Leluhur

54

Indramayu (Aswajanews.id) — Mapag Sri merupakan salah satu tradisi adat masyarakat Sunda dan Jawa yang digelar sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen yang melimpah. Tradisi ini menandai datangnya panen raya dan menjadi bagian penting dari warisan budaya yang terus dijaga secara turun-temurun.

Dalam upaya melestarikan budaya leluhur, Pemerintah Desa Sliyeg Lor, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, menggelar acara adat Mapag Sri pada Rabu (23/04/2025) yang bertempat di halaman Kantor Balai Desa Sliyeg Lor. Rangkaian kegiatan meliputi doa bersama, pertunjukan musik gambus, serta siraman rohani.

Kuwu Desa Sliyeg Lor, H. Yunani yang akrab disapa Kuwu Nani, menegaskan pentingnya melestarikan budaya peninggalan nenek moyang. “Sebagai generasi muda, mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan warisan budaya bangsa ini. Di tengah derasnya arus modernisasi, budaya seperti ini mulai tergerus. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga?” ujarnya.

Senada dengan hal tersebut, salah satu tokoh budaya setempat, Kang Iid, menyampaikan bahwa kegiatan Mapag Sri telah menjadi tradisi yang diwariskan turun-temurun. “Siapa pun kepala desanya, wajib melaksanakan kegiatan ini. Ini adalah bentuk syukur kami kepada Tuhan atas tanah yang subur, yang menghasilkan panen melimpah bagi masyarakat Sliyeg Lor,” tuturnya.

Camat Sliyeg, Ibu Endang Ismiati, turut hadir dan memberikan apresiasi. Ia menegaskan bahwa sebagai bangsa yang kaya akan adat dan budaya, sudah sepatutnya kita menjaga dan melestarikannya. “Mapag Sri merupakan salah satu bentuk ungkapan syukur masyarakat dalam menyambut musim panen, sekaligus menggambarkan kekayaan budaya Indonesia yang patut dibanggakan,” jelasnya.

(Herman/Tongol)

https://aswajanews.id/wp-content/uploads/2025/04/muakhi-313.jpg