Dalam wacana pemikiran dan dinamika sosial keislaman di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) memainkan peran yang sangat sentral dan strategis. NU bukan sekadar institusi keagamaan, melainkan representasi dari corak Islam yang khas—Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi, berakar kuat pada warisan klasik, namun tetap mampu menyesuaikan diri dengan tantangan zaman. Dalam konteks ini, genealogi peta gerakan Islam ala NU tak bisa dipisahkan dari paradigma Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) sebagai fondasi ideologis, epistemologis, sekaligus praksis keagamaannya.
Secara historis, NU didirikan pada tahun 1926 sebagai reaksi atas dua hal: pertama, menguatnya arus pemurnian Islam ala Wahabi di Tanah Hijaz; kedua, kebutuhan untuk menjaga eksistensi praktik keagamaan masyarakat Muslim tradisional yang saat itu terancam delegitimasi. NU lahir dari rahim pesantren dan para ulama yang mengartikulasikan Islam secara santun, menghargai tradisi, dan berpijak pada metodologi keilmuan yang mapan. Komitmennya tercermin dalam tiga pilar Aswaja: dalam akidah mengikuti Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi; dalam fikih merujuk pada salah satu dari empat mazhab (dengan dominasi mazhab Syafi’i); serta dalam tasawuf meneladani Imam al-Ghazali dan Imam Junaid al-Baghdadi.
Genealogi pemikiran ini menunjukkan bahwa gerakan NU tidak dibangun secara instan atau serampangan. Ada sanad keilmuan yang jelas, keterhubungan spiritual, serta kesinambungan metodologis dengan para ulama klasik yang teruji keilmuan dan integritasnya. Berbeda dengan sebagian gerakan Islam modern yang cenderung ahistoris dan tekstualis, NU memahami agama secara kontekstual dan metodologis, dengan tetap menghormati otoritas keulamaan.
Gerakan Islam ala NU juga menunjukkan keberpihakan yang kuat terhadap masyarakat akar rumput. Dengan basis utama pesantren dan komunitas pedesaan, NU mengembangkan corak Islam yang membumi dan tidak elitis. Praktik keagamaan seperti tahlilan, yasinan, manaqiban, haul, dan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW bukan dianggap sebagai bentuk penyimpangan, melainkan ekspresi kecintaan umat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam bingkai budaya yang telah terislamisasi. Dalam pandangan NU, tradisi bukanlah musuh agama, melainkan media efektif dalam mendakwahkan Islam yang damai.
Dalam lanskap kontemporer, NU berperan sebagai penyeimbang. Di satu sisi, NU menolak ekstremisme dan radikalisme yang menghalalkan kekerasan atas nama agama. Di sisi lain, NU juga kritis terhadap sekularisme yang ingin menyingkirkan agama dari ruang publik. Prinsip wasathiyah (moderat) menjadi jalan tengah yang diusung NU: Islam yang tidak keras untuk terlihat kuat, dan tidak lunak untuk diterima, tetapi Islam yang ramah, merangkul, dan membangun peradaban.
Meski dikenal menjaga tradisi, NU tidak menutup diri terhadap modernitas. Melalui berbagai inisiatif, NU terlibat aktif dalam isu-isu kebangsaan, demokrasi, hak asasi manusia, hingga lingkungan hidup. Bagi NU, kesalehan spiritual harus beriringan dengan kesalehan sosial. Maka, NU tidak hanya fokus pada aspek ibadah ritual, tetapi juga membangun etika sosial, pendidikan, ekonomi, dan politik yang berkeadaban.
Dengan demikian, genealogi NU bukanlah garis lurus yang kaku, tetapi jejaring pemikiran dan praksis yang dinamis. NU berakar kuat pada tradisi klasik Islam, namun terus bercabang dan berbuah mengikuti tantangan zaman. NU mampu membangun model gerakan Islam yang tidak terjebak pada romantisme masa lalu, namun tetap berpijak kokoh pada nilai-nilai spiritual dalam menghadapi modernitas.
Dengan kompleksitas dan kekayaan warisan itu, NU bukan sekadar organisasi keagamaan, melainkan gerakan peradaban. Ia menjembatani teks dan konteks, menjaga warisan Aswaja sebagai jalan tengah yang damai dan inklusif. Genealogi gerakan Islam ala NU adalah bukti bahwa keberagamaan yang tradisional tidak berarti kolot, dan keterbukaan terhadap zaman tidak harus kehilangan akar. Dalam NU, kita menemukan Islam yang humanis, berbudaya, dan relevan sepanjang masa. ***
Eksplorasi konten lain dari aswajanews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.