Pendidikan

Cium Tangan Tradisi Pesantren ditemukan di SMANSA Brebes

Oleh: Akhmad Sururi

Indonesia dikenal dengan beragam kebudayaan. Satu di antaranya adalah mencium telapak tangan saat bersalaman. Biasanya, budaya cium tangan atau salim tangan ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada yang lebih tua sebagai tanda hormat dan sopan santun. Murid dengan guru di sekolah, santri dengan kyai di Pesantren dan anak dengan orang tua di rumah. Budaya cium tangan saat bertemu dengan guru, anggota keluarga, atau saat berkunjung ke rumah teman dan berpapasan dengan orang yang lebih tua merupakan tradisi Indonesia sebagai bentuk penghormatan dan etika.

Pidato sambutan Pembukaan Kepala SMAN 1 Brebes, H. Samsul Ma’arif dihadapkan peserta Pesantren Ramadhan pada saat Pembukaan sangat menarik bagi penulis terkait dengan tradisi Pesantren. Beliau menyampaikan, meskipun SMA Negeri 1 Brebes merupakan lembaga pendidikan formal di luar Pesantren, tapi tradisi Pesantren Salaf terutama hormat kepada Guru dengan cium tangan menjadi etika murid SMANSA Brebes.

Hal ini tentu tidak semua lembaga pendidikan formal di luar Pesantren mempraktekkan tradisi yang menjadi ciri khas Pesantren. Hormat kepada guru atau Kyai dengan cium tangan menjadi kekuatan tradisi Pesantren yang berjalan sampai sekarang. Tradisi tersebut menjadi juga sudah mengakar di SMANSA Brebes disamping tradisi kegiatan keagamaan yang sangat kental.

Sesungguhnya rahasia dibalik cium tangan memiliki makna ketawadluan spiritual yang memancarkan gelombang positif. Kapasitas ruhani sedikit bisa mengalir kepada sang murid saat bersalaman dengan cium tangan. Lebih dari itu tentu dalam tradisi pesantren yang namanya “keberkahan” mengalir dari seorang guru kepada murid. Oleh karena itu tradisi salaman cium tangan seorang muridnya dengan seorang guru perlu dipertahankan.

H. Samsul yang secara geneologis lahir dari orang tua alumni Lirboyo juga mempraktekkan salaman cium tangan saat bertemu dengan salah seorang Kepala SMP Negeri di Brebes. Meskipun secara derajat kepangkatan jenjang sekolah dirinya sebagai Kepala SMA Negeri tentu lebih tinggi, akan tetapi karena Kepala SMP Negeri itu pernah jadi gurunya maka dirinya harus cium tangan sebagai bukti implementasi akhlak murid kepada guru. ***

Tinggalkan Balasan