MALANG (Aswajanews.id) – Universitas Islam Malang (Unisma) bersama Ikatan Keluarga Alumni Pesantren Tebuireng (Ikapete) secara resmi menggelar Muktamar Nasional Pemikiran Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari dan peluncuran Program Lembaga-lembaga Presidium Nasional Ikapete. Kegiatan diadakan di Auditorium Prof Dr KH Tholhah Hasan, Unisma, Kota Malang, Ahad (22/01/2023) pagi.
Ketua Panitia Drs. H. Roshul Sutrisno, ST. mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta muktamar. “Salah satu bentuk untuk menyebarkan dan merawat pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari serta menjadk salah satu sarana menyambung silaturrahmi dan keilmuan segenap alumni yang tersebar di seluruh Indonesia oleh presidium Nasional dewan ikapete,” ucapnya.
Ia menambahkan, momen ini juga dapat meningkatkan kecintaan rasa cinta kepada hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, Pondok Pesantren Tebuireng, dan pengasuh KH. Abdul Hakim Mahfudz pengasuh pondok pesantren tebuireng saat ini.
Sikap militansi dalam diri segenap alumni kepada para dzuriyyah. Disebutkan bahwa Muktamar ini digelar bukan hanya untuk alumni pondok tenu ireng saja akan tetapi untuk masyarakat kalangan luas.
Ketua IKAPETE Prof. Dr. Masykuri Bakrie sekaligus Rektor Unisma mengatakan, Hadratussyaikh bukan hanya tokoh nasional saja, akan tetapi tokoh ulama internasional. Semoga acara puncak muktamar ini menbawa manfaat dan maslahat bagi semua pihak. “Semoga muktamar yang akan datang akan jauh lebih meriah dengan dihiasi hasil-hasil riset,” paparnya.
Sebab ketokohan dan keteladanan Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari, maka Ikapete bersama Unisma akan membicarakan dan mendistribusikan seputar resolusi jihad dalam perspektif pendidikan, sosial ekonomi hingga pertahanan dan keamanan.
“Dalam Muktamar nantinya juga akan dilangsungkan dua sesi. Pertama, sesi yang diisi oleh tokoh-tokoh nasional. Kedua, akan diisi oleh alumni-alumni Tebuireng yang sudah memiliki reputasi,” tandasnya.
KH Abdul Halim Mahfudz, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng mengatakan sosok Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari bukan hanya sebagai tokoh nasional saja, bahkan sebagai tokoh internasional yang memimpin jamiyyah terbesar Nahdlatul Ulama.
“Pada saat usianya 28 tahun. Yang pada saat ini daerah tebiireng masih lekat dengan dunia kemaksiatan namun beliau tetap gigih memperjuangkan berdirinya sebuah pondok pesantren Tebuireng,” terangnya.
“Beliau menjaga Islam ahlussunnah wal jamaah bersama Mbah KH. Bisri Syansuri, KH. Wahab Hasbullah. Beliau juga menulis kitab risalah ahlussunnah wal jamaah yang ditulis untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa islam yang di Indonesia adalah Islam Ahlussunnah wal jamaah An Nahdliyah,” paparnya
“Kita semua harus bersyukur menikmati tradisi islam ahlussunnah wal jamaah seperti halnya, Tahlilan, Manaqiban, Yasinan dan lain sebagainya,” pungkasnya.
Turut hadir pula segenap dzuriyyah Keluarga Besar Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Prof. KH. Ma’ruf Amin (Wakil Presiden RI Dra. Hj. Khofifah Indarparawansa, S.Sos. Gubernur Jatim, Wakil Ketua PBNU Dr. KH. Ahmad Fahrurrozi, PP Muhammadiyah Prof. Dr. H. Syafiq Am Mughni. Menko Polhukam Prof. Mahfud MD, Gus arwani Thomafi (DPR RI), Hasanudin Wahid, M.Hum. (DPR RI).
*(Pewarta: A’isy Hanif Firdaus, LTN PCNU Brebes)