Saat usai berdiskusi bersama dengan Biro Hukum Pemprov Jawa Tengah, secara tidak sengaja bertemu dengan Iwanudin Iskandar, Pj Bupati Banyumas sekarang. Dulu pernah menjadi Pj Bupati Brebes. Saat menjadi Pj Bupati Brebes saya bersama dengan santri Lirboyo berkesempatan silaturahmi di ruangan Beliau, ruang Bupati di komplek KPT Brebes.
Ada catatan penting dalam pertemuan yang mendadak (tidak disengaja) pada hari Selasa, 7 Januari 2025 di ruangan Beliau. Penulis saat itu bersama dengan Kepala Kantor Kemenag Kab Brebes, DR H Abdul Wahab, Kasubag TU Kemenag, DR H Akrom Jangka Daosat, Mas Faiq dari Kesra Setda Brebes, Sekretaris DPC FKDT, Moh Toha dan Wakil Sekretaris Warim, SH. Suasana keakraban dan santai mewarnai obrolan serasa reuni, karena sudah lama tidak bertemu.
Salah satu catatan penting adalah pesan dari Pj Bupati Banyumas, Iwanudin Iskandar yang sangat bermakna ketika berbicara tentang “Keinginan Manusia”. Manusia dengan profesi apapun saat memasuki usia 40 tahun tidak lepas dari tiga keinginan besar. Keinginan dan cita cita manusia saat masih hidup di dunia. Mengutip Imam Ghozali dalam kitab Tasawufnya, ketiga ini bisa menyebabkan lupa atau tergolong dalam kelompok orang yang maghrur.
Pertama, keinginan untuk kaya. Dirinya (Bpk Iwanudin Iskandar) dengan jabatan yang diembannya tidak untuk mencari kekayaan. Kesederhanaan Beliau patut menjadi contoh untuk kita semua. Keseharian dalam menjalankan tugas sangat sederhana terbukti saat menjabat di Brebes keliling ke OPD (Organisasi Perangkat Daerah) dengan berkendara motor roda dua tanpa pengawalan. Sehingga kadang pengawal agak kesulitan mencari Beliau. Penulis jadi teringat bagaimana Sahabat Umar berkeliling malam hari tanpa pengawalan, padahal Beliau seorang Khalifah (pemimpin pengganti Nabi Muhammad).
Keinginan untuk kaya merupakan bagian dari golongan manusia yang bisa masuk dalam semu profesi. Kecenderungan untuk kaya dimiliki oleh mayoritas manusia penghuni bumi ini. Namun demikian tentu tidak menghalalkan segala macam cara. Sebagai orang hukum, Beliau sangat menjaga betul prosedur dan mekanisme angggaran. Segala memiliki rujukan UU terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan. Bagi Beliau menghadapi siapapun tidak takut, hanya kepada Allah harus memiliki rasa takut karena Alloh memasang dua Malaikat untuk mengawasi kita setiap langkah kita.
Kedua, ingin berkuasa. Keinginan berkuasa menjadi naluri manusia, termasuk mereka yang menjadi pejabat. Keinginan berkuasa dikarenakan dengan berkuasa akan banyak dilayani (memilki banyak ajudan/pembantu) dan banyak pengikutnya. Dengan kekuasaanya bisa melakukan apapun, baik untuk kepentingan pribadi atau kelompok dan golongannya. Lebih dari itu naluri berkuasa kalau tidak dibekali dengan pengetahuan dan moral yang kuat, maka akan menjadi bencana. Pada hakekatnya bahwa pemimpin adalah pelayan rakyat.
Bagi Iwanudin Iskandar, berkuasa itu bagaimana bisa memberikan manfaat kepada rakyat. Jadi tidak untuk kesombongan dan apalagi memperkaya diri. Selama menjabat Pj Bupati Brebes, Beliau sangat merakyat, akrab dengan siapapun. Termasuk dengan Penulis saat berkunjung di ruang kantornya disuruh untuk menempati kursi milik Beliau sebagai Bupati. Ini benar benar Penulis merasa mendapatkan penghormatan. Dan ternyata hal tersebut, tidak hanya di Brebes, saat menjadi Pj Bupati Banyumas, Beliau mengajak beberapa peserta didik yang berkunjung dikantornya untuk duduk di kursi Bupati. Ruang Bupati dengan segala pernak perniknya bukan hal yang sakral bergitu jabatan bukanlah sesuatu yang di pertuhankan.
Ketiga, yang dicari manusia adalah cinta. Ini dalam tasawuf (mahabah) menjadi tempat tertinggi seperti ijtihadnya Rabiah Adawiyah. Manusia dengan segala macam profesinya ketika diperankan dengan sebaik baiknya, maka akan berimbas terhadap orang lain untuk menghargai dan mencintai. Seorang Pejabat dengan ketulusannya melayani rakyat, maka rakyat akan mencintai dengan ketulusan pula.
Dari ketiganya, tolok ukur untuk kesuksesan dalam hidup sesungguhnya bukan harta dan kuasa, namun saat dirinya dicintai banyak orang. Pemimpin yang merakyat dan memberikan manfaat serta memberikan contoh (Uswatun Hasanah) akan dicintai rakyatnya. Maka pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dicintai rakyatnya dan pemimpin yang lebih baik adalah pemimpin yang lebih mencntai rakyatnya. Tipologi pemimpin ini tentu bukan harta dan jabatan yang dicari, tapi kemaslahatan dan kemanfaatan untuk rakyat. Kedekatan dan rasa empati kepada rakyat akan menjadikan dirinya dicintai oleh rakyatnya. ***