Tradisi

Perbedaan Kacang dengan Manusia

Saat menunggu acara tahlilan dimulai di rumah tetangga penulis, pelbagai tema muncul dalam pembicaraan. Termasuk ketika ada seseorang yang datang memiliki hobi tebak-tebakan. Baru mau duduk saja, langsung ditanya, “Hari ini mau tebakan apa?” kata orang yang duduk disebelahnya.

Inilah hebatnya kalau seseorang sudah mempunyai penggemar kekhasan (keahlian) tersendiri, dimanapun keberadaanya akan selalu ditunggu jok-jok gurauanya. Seperti Man Wayad. Walaupun beliau ini bukan orang yang berpendidikan tetapi pengalamanya sangat luas. Kenalannya banyak mulai dari pejabat kelas nasional hingga kelas tongkrongan di gardu ronda.

Sepertinya semua orang suka dengannya. Karena Wanyad punya style tersendiri dalam setiap bertemu dengan seseorang. Apalagi kalau sedang tertawa, hal ini yang membuat orang lain yang mendengar dan melihatnya akan ikut tertawa.

Keberadaan Wanyad laksana menjadi maskot hiburan tersendiri di masyarakat kampung yang membutuhkan hiburan-hiburan sederhana dan guyon ala orang kampung yang tak tersentuh dunia media sosial.

Saat Man Wanyad duduk bersama orang-orang yang ikut tahlil. Tiba-tiba ada tantangan tebak-tebakan dari Man Draup.

“Nyad tebakan hari ini apa? “Wayadpun tak segan-segan langsung mengeluarkan tebakannya.

“Apa bedanya Kacang dan Manusia.” silahkan jawab, kata Wanyad.

“Kacang dimakan manusia, manusia yang memakang kacang,” kata Draup.

“Ngacau kamu, “yang lain ada yang tahu?

Jai yang sedang makan pisang goreng, tiba-tiba ikut memotong omongan Wanyad dan ikut menjawab tebakannya “Kacang ada kulitnya dan isinya kacang, manusia ada kulitnya dan isinya daging,”

“Hampir betul kamu Jai.”

“Ada yang tahu lag?,” kata Wanyad sambil tengok kanan kiri, barang kali ada yang mau menjawab.

Penulis hanya menjadi penonton setia, dari setiap gerak dan canda Wanyad. Waklumlah…penulis jarang ketemu dengan kemunitas wayad yang hoby tebak-tebakan.

Semua orang-orang yang ada dalam satu ruangan bersama Wanyad diam semua, sepertinya tidak ada yang bisa menjawab.

Wanyadpun kembali bertanya, “Apa ada yang mau menjawab, apa saya jawab sendiri?”

Semua yang hadir, sepakat menjawab kompak.. “Seeeeng” (tidak tahu). Wanyad terpaksa harus menjawab sendiri, tebak-tebakan yang dilontarkannya.

“Perbedaan kacang dan manusia, kalau kacang dikoceki isinya dimakan, kalau kamu Jai, setelah dikoceki terus dibuang.”

Jai bingung, “

Apa artinya??.. “Wanyadpun menjelaskan, kalau kamu sekarang sedang dimarahi majikan dan sering kejelekannya dibuka dimuka umum, berarti kamu itu jelek terus dihadapan majikan. Oleh karena itu, kebaikan apapun yang kamu lakukan tetap saja dianggap tidak baik dan siap-siap saja tidak ada tambahan penghasilan.

Artinya seperti ini Man Jai, lanjut Wanyad. Man Jai tidak perlu menjelaskan siapa dirinya dan sedang mengerjakan apa serta bekerja dimana kepada majikan, karena sudah terlanjur dibenci dan sudah tidak percaya, yang ada membencimu dan tak mempercayainya. Oleh karena itu, kalau kamu lagi dijelek-jelekan majikan maka cukup diam saja, nanti tinggal diminta diakhirat nanti.

Jai; “Loohhh … Kok. Kamu tahu aku sedang dibenci dan dikuliti walupun tidak punya kacang, punya kulit dan tulang.”

“Semua orang tahu, kamu lagi dibenci majikan. Kamu saja yang nggak tahu, dasar Jai.”

Jai dibuatnya terus bingung apa yang dikatakan Wanyad, bahwa dirinya sedang dibeci oleh majikannya.  Semoga saja Jai masih dapat tambahan tip dari kuli harian seperti yang lain.. Aamiiin…

Dalam hati penulis, “Yang namanya kacang panjang, dipotong-potong tetap namanyan kacang panjang, kapanpun dan dimanapun.” Wassalam

(Lukmanrandusanga, Senin 6 Maret 2023)