Aktual

Konvoi Kelulusan Ekspresi Bahagia yang Salah

Pemandangan yang kerap kali ditemukan saat pengumuman kelulusan ujian pada lembaga pendidikan formal adalah konvoi euforia di jalan. Konvoi dengan seragam yang sudah dicat pilok warna warni yang dikenakan mereka berkendaraan roda dua.

Mereka merasa bahagia dan bebas yang dirayakan dengan pesta konvoi motor.

Kebebasan dan rasa bahagia yang diekspresikan dengan cara yang kurang layak sesungguhnya bukanlah cerminan pelajar yang sejati.

Setelah lulus dari lembaga pendidikan mestinya tidak boleh diciderai dengan tindakan yang menjauhkan dari moralitas pendidikan. Pendidikan yang mencetak generasi bermoral dan berkarakter tidak boleh dipungkasi dengan kebebasan yang melanggar aturan dan meresahkan masyarakat.

Entah mulai kapan pesta konvoi itu mewarnai pengumuman kelulusan di Indonesia? Era ketika penulis masih sekolah, tepatnya sekitar tahun 80 an, tidak menemukan konvoi dan pesta kelulusan. Setelah penerimaan pengumuman kelulusan tidak ada acara apapun kecuali ungkapan senang bagi yang lulus dan rasa sedih bagi yang tidak lulus.

Siapa yang memulai konvoi dan pesta kelulusan juga belum jelas. Namun yang pasti seiring dengan berkembang budaya barat masuk di kalangan pelajar terutama di wilayah kota yang tayang di media, akhirnya pelajar tingkat kampung meniru. Pertama dimulai dari tingkat SMA/SMK/MA kemudian merambah ke jenjang SMP/MTs. Mereka semua pelajar di luar lingkungan Pesantren.

Berbeda halnya dengan pelajar yang berada di lingkungan Pesantren, mereka merayakan dengan syukuran. Ekspresi kebahagiaan kelulusan bagi santri pada lembaga pendidikan formal tidak seperti pendidikan di luar Pesantren. Kepatuhan dengan Kyai Pengasuh masih dijunjung tinggi.

Saat Pandemi Covid tidak terlihat pemandangan konvoi, karena memang pihak keamanan sangat ketat. Sehingga situasi di jalan jalan tidak seramai pada tahun sebelum Covid.

Dua hari yang lalu penulis menjumpai konvoi di jalan pelajar setingkat SMA. Ada beberapa peserta didik perempuan yang tidak berhijab ikut rombongan konvoi tersebut. Terlihat mereka sangat bahagia dan girang sembari mengotori seragamnya dengan warna warni.

Penulis berfikir dalam hati, mereka mengekspresikan kebahagiaan dengan cara yang salah. Andai orang tua mereka tahu dan melihat tentu tidak setuju. Semoga generasi remaja kita diberikan hidayah, dan yang saat ini seperti itu pada saatnya nanti menemukan kesadaran moral yang tinggi, sehingga akan menyadari kesalahannya. (*)