Di tengah hiruk-pikuk dunia yang semakin materialistis dan kehilangan arah spiritual, peran pesantren sebagai benteng moral dan spiritual umat menjadi semakin penting. Dan di balik tembok-tembok sederhana pondok pesantren itu, kiai menjadi sosok tegar yang terus menjadi pelita dan penyejuk di tengah gersangnya zaman.
Dalam tradisi pesantren, peran seorang kiai tidak hanya sekedar memberikan keilmuan ilmu fikih, tafsir, atau hadits. Lebih dari itu, kiai adalah figur sentral yang menjalankan fungsi sebagai murobbi ruhaniyyah yakni pendidik ruhani, pengasuh jiwa, dan penuntun hati para santri menuju cahaya kebaikan dan ridha Allah.
Proses pendidikan yang diterapkan oleh para kiai bukan hanya bersifat intelektual dan lahiriyah, tetapi juga lebih mendalam dan menyentuh sisi batin santri. Inilah yang disebut sebagai tarbiyah ruhaniyah proses pembinaan dan pengasuhan spiritual yang bertujuan untuk membersihkan hati, menata jiwa, dan mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
Melalui tarbiyah ruhaniyah, para kiai menanamkan nilai-nilai keikhlasan, kesabaran, ketawadhuan, serta adab dalam berguru dan berinteraksi. Mereka bukan hanya menyampaikan ilmu, tapi menanamkan hikmah. Bukan hanya memberi tahu apa yang benar, tapi mengarahkan hati agar mau memilih dan mencintai kebenaran itu sendiri. Proses ini dilakukan dengan keteladanan, doa-doa yang tak terdengar, dan sentuhan ruhani yang sering kali diam-diam menembus hati para santri.
Karena itulah, sebutan murobbi ruhaniyyah memang sangat layak disematkan kepada para kiai. Mereka adalah penjaga ruh umat yang sabar membimbing para santri dalam proses panjang menyucikan jiwa (tazkiyatun nafs) dan melatih diri dalam mujahadah. Mereka menghidupkan malam-malamnya dengan munajat, memancarkan cahaya cinta kepada Allah dalam keseharian, dan menjadikan hidup mereka sebagai contoh konkret dari nilai-nilai ilahiyah.
Di tengah zaman yang penuh godaan materialisme dan krisis keteladanan, peran murobbi ruhaniyyah ini menjadi sangat penting. Tarbiyah ruhaniyah yang diterapkan oleh para kiai melahirkan pribadi-pribadi yang tidak hanya cerdas secara ilmu, tetapi juga bening hatinya, kokoh akhlaknya, dan istiqamah di jalan Allah.
Maka, khususil khusus marilah kita muliakan dan hormati para kiai ahlussunah wal jamaah bukan hanya sebagai guru ilmu, tapi sebagai penjaga cahaya hati. Sebab dari tangan-tangan merekalah lahir para penjaga iman, penerus dakwah, dan pemegang obor spiritual umat.
Ya Allah Ya Rabbi Ya Karim Semoga Allah senantiasa menjaga para kiai kita para murobbi ruhaniyyah agar terus menuntun generasi ini menuju cahaya, menuju Allah.
Wallahu a’lam bis showwab
Eksplorasi konten lain dari aswajanews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.