KH Misbachul Munir adalah Sosok Kyai kharismatik yang memliki kreativitas dengan menyusun ringkasan kitab karya Ulama Salaf. Pengasuh Pesantren Hikmah Kamilah dukuh Banjarsari desa Tanjungsari Kec Wanasari Kab Brebes dengan 200 santri lebih selalu istiqomah dalam ngaji, istighotsah dan menulis karya penerjemahan berbasis kitab kuning.
Beberapa ringkasan dan terjemahan kitab Ulama Klasik, mulai Alfiyah Ibnu Malik, ringkasan Awamil, dan beberapa terjemahan lainnya ditulis secara apik dan sudah beredar di lingkungan Pondok Pesantren sekitar Jawa Tengah. Semua disusun dengan tangan sendiri tanpa bantuan asisten atau pembantu atau asisten. Bahasa dalam terjemahan tersebut sangat mudah difahami karena dengan pendekatan ala makna pesantren. Susunan terjamah dalam bait atau nadzom dengan model per kata, sehingga memudahkan para santri memahami maksud dari bait atau nadzom tersebut.
Sehari hari tidak lepas dari ngaji mulai habis subuh ngaji Tafsir dan Hadis Soheh Bukhori, setiap Jumat malam mengajarkan Ilmu Balaghah. Kajian kitab salaf secara rutin diselenggarakan dengan metode musafahah. Metode ini diyakini sangat berhasil dalam mencetak santri yang bisa memahami kitab kuning secara komprehensif. Terbukti mereka bisa menangkap dengan baik dan merasa termotivasi untuk belajar lebih mendalam.
Kyai yang khas dengan pakaian serba putih dengan suara yang halus dan merdu didengar oleh jama’ah memiliki kharismatik. Rasa ta’dim dan hormat kepada keilmuan dan wirai Beliau yang menjadi kekuatan kharismatik KH Misbach. Dalam setiap do’anya selalu khusu’ dan penuh khidmat, sehingga jamaah yang ikut mengamini mayoritas larut dalam kekhusyukan dan kesedihan mengingat kesalahan dan dosa.
Selain ngaji yang menjadi kegiatan rutin KH Misbach juga menerima pengobatan alternatit melalui amallan ijazah dan wirid kalimat thoyibah. Untuk menerima tamu pengobatan ini biasanya lepas duhur setiap hari.Tamu tamu pasien dari daerah setempat dan luar kota berdatangan untuk mendapatkan pengobatan dari mulai penyakit fisik sampai dengan penyakit batin dan ruhani Beliau tangani dengan memberikan ijazah dan air putih dalam botol produksi dari Pondok Pesantren Hikmah Kamilah.
Di sela sela rutinitas sehari hari KH Misbah juga mengisi acara Istighosah Hikmah Kamilah di beberapa tempat. Melalui istighotsah ini jamaah diajak untuk bertaubat bersama sambil melafalkan “Kalimat Thoyibah”. Kalimat thoyibah “Laa ilaha illa Alloh Muhamadurosululloh” dengan huruf berjumlah 24 sebanding dengan waktu sehari semalam.
Istighotsah Hikmah Kamilah ini menjadi ciri khas jamaah Hikmah Kamilah yang sudah tersebar di beberapa daerah bahkan sampai luar kota. Sebelum istighotsah biasanya KH Misbachul Munir memberikan ceramah keagamaan berkisar tentang nafsu, hati, jiwa dan ruhani. Beberapa jenis nafsu yang terletak dalam dirinya manusia Beliau sampaikan dengan bahasa yang mudah dicerna oleh jama’ah. Sampai pada akhirnya bagaimana hidup ini mendapatkan ridlo Alloh di tengah kehidupan zaman modern. (Penulis: Akhmad Sururi)