Pendidikan

Kepala MIN 1 Brebes : Degradasi Akhlak dalam Lembaga Pendidikan Formal Dibutuhkan Pendidikan Spritual

BREBES (Aswajanews.id) – Saat sekarang nilai-nilai etika atau akhlakul karimah terjadi penurunan atau degradasi. Tempo dulu sebagai siswa terpatri rasa hormat kepada guru sangat tinggi. Sementara hari ini anak anak kita pada lembaga pendidikan formal kurang rasa memiliki penghormatan sepenuhnya kepada guru. Oleh karena itu kita harus membangun kesadaran untuk mengembalikan citra pendidikan yang buka hanya mencerdaskan secara intelektual tapi kecerdasan spiritual harus beriringan.

Disinilah pentingnya pendidikan akhlak dan karakter sebagaimana menjadi amanat tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu untuk membangun pendidikan yang berkarakter dibutuhkan keterlibatan semua pihak termasuk pemerintah, guru dan masyarakat. Pergantian kurikulum tentu dengan tujuan utama menekankan pada pendidikan karakter.

Pendidikan akhlak yang sudah berjalan pada lembaga pendidikan pesantren sangat baik untuk diimplementasikan pada lembaga formal. Mata pelajaran agama yang sangat minim pada lembaga formal sangat berpengaruh terhadap penanaman pendidikan akhlak yang berorientasi pada kecerdasan spritual. Demikian disampaikan Dr H Rosikin, M.Pd selaku Kepala MIN 1 Brebes, Rabu (23/8/2023).

Lebih lanjut Doktor lulusan IAIN Syekh Nur Jati membenarkan pernyataan KH Maimoen Zubair bahwa pendidikan bukan sekedar transfer pengetahuan, karena kalau sekedar itu ilmu pengetahuan bisa didapatkan digoegle dan medsos. Namun lebih dari itu pendidikan memiliki unsur tarbiyah ruhani atau nilai spiritual yang bisa didapatkan dengan tatap muka.

Pembelajaran dengan tatap muka bersama guru memiliki pengaruh yang signifikan dalam pembentukan karakter peserta didik. Inilah yang dipraktekan pada kegiatan pembelajaran di Pesantren dengan pola tarbiyah secara langsung yang bisa mengasah kecerdasan spritual. Sehingga banyak alumni Pesantren dengan memiliki kapasitas kecerdasan spritual yang berpengaruh terhadap kesuksesan hidupnya.

Lebih jauh Doktor yang mengambil riset tentang tarekat Rifaiyah di salah satu Pondok Pesantren Arjawinangun Cirebon, memaparlan beberapa maqom dalam pendidiksn sprirtual.  Pendidikan spirtual melalui zuhud, sabar, qonaah dan syukur merupakan ajaran yang diajarkan oleh Pesantren dengan sumber referensi kitab Tasawuf. Oleh karena itu nilai dan tradisi Pesantren tersebut hendaknya menjadi warna dalam pendidikan kita di Indonesia.

“Oleh karena itu saya mengajak para alumni Pesantren untuk menambah pengetahuan melalui perkuliahan pada jenjang formal. Mereka sudah memiliki kecerdasan spiritual tinggal menambah pengetahuan teori pendidikan umum. Sehingga akan menghasilkan pribadi pendidik yang memiliki kecerdasan spritual dan intelektual yang seimbang dan berefek terhadap kemajuan dalam mengelola lembaga pendidikanpendidikan,” pungkas putra pengamal tarekat Rifaiyah. *(Red)