Beberapa waktu yang lalu penulis mengikuti kegiatan road map pendidikan MDT yang diselenggarakan oleh Subdit MDT (sebelum berubah nomenklatur yang menyesuaikan dengan PMA No 25 tahun 2024 tentang Susunan Organisasi dan Tata kerja Kementrian Agama). Kegiatan yang menghadirkan akademisi, pejabat Kementerian Agama RI dan praktis pendidikan MDT (FKDT) bertujuan menyusun perencanaan program kegiatan dari Kemenag RI menuju Indonesia Emas (2045).
Terlepas dari tentang waktu yang jauh antara 2024 s.d 2045, Kemenag RI sangat memiliki perhatian untuk masa depan MDT sebagai lembaga pendidikan non formal yang memiliki sejarah panjang di bumi nusantara. Meskipun belakangan terkalahkan dengan Pesantren yang sudah masuk dalam pusaran Undang-undang. Namun demikian sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan MDT tidak boleh putus asa, terus bergerak untuk memberikan kemanfaatan kepada umat melalui pendidikan Diniyah. Pada saatnya nanti akan menikmati angin segar dengan penguatan regulasi yang berimbas terhadap masa depan MDT menuju Indonesia emas.
Kemenag RI dalam hal ini Subdit yang dipimpin oleh Ibu Sakdiyah tidak pernah mengenal lelah untuk mengenalkan MDT dihadapkan para pejabat publik sekaligus membuat program kegiatan yang menyentuh secara langsung terhadap MDT. Pengetahuan dan keberpihakan Bu Caca, panggilan akrab Kepala Subdit MDT Kemenag RI terhadap pendidikan MDT di Indonesia bukan hanya dipapan atas, atau forum yang bersifat seremonial, akan tetapi Beliau terjun langsung melihat potret pembelajaran MDT di pelosok Indonesia. Itulah sebabnya Bu Caca kalau bicara tentang MDT di Indonesia faham betul alias fasih mempresentasikan ragam dan tipologi MDT yang sebagian besar ada di pedesaan (kampung).
Melalui jargon ATM (adopsi, tiru dan modifikasi), Bu Caca melakukan langkah inovasi yang tak henti untuk sebuah eksplorasi dalam pendidikan MDT. Ragam program kegiatan dengan berpegang teguh pada kaidah “Al mukhafadlotu ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah”, Bu Caca berupaya mempertahankan tradisi yang selama ini berkembang di MDT, seperti arab pegon, kutub turost dan nadzoma. Lebih dari itu adopsi dan modifikasi dijalankan dalam rangka mengikuti perkembangan zaman. Termasuk aplikasi menulis pegon, sistem izop online dan metodelogi pembelajaran dengan media pembelajaran berbasis IT (informasi dan teknologi).
Tentu masih banyak program lainnya menjadikan MDT semakin berdaya dengan menghindari jargo ATP (adopsi, tiru, plek). Jargon tesebut sengaja dijauhi agar kita banyak melakukan inovasi dan berfikir maju. Hal ini mendapat dukungan dari tim akademisi dan praktisi pendidikan yang selalu menyandingkan pemikiran progresip dan mengikuti perkembangan dunia pendidikan era sekarang.
Menuju Indonesia emas, Ka Subdit sudah mempersiapkan peta jalan (road map) pendidikan MDT dengan sekian program yang salah satunya melalui proses survey dari praktisi MDT se Indonesia. Hasil survei tersebut diolah oleh tim perumus dan selanjutnya diskusikan dengan melibatkan pejabat kementerian agama dan praktisi pendidikan MDT. Rumusan yang bagus dengan mengelaborasi antara fakta dan harapan, sehingga ditemukan jalan tengah untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas.
Mengakhiri tahun 2024, Subdit MDT telah menyusun rencana strategis dalam bentuk road map untuk MDT menuju Indonesia emas. Catatan penting selama ini berkait tentang MDT secara komprehensif dirangkum untuk selanjutnya menjadi bagian pertimbangan untuk menyusun rencana strategis kedepan. Banyak harapan untuk kemajuan MDT kedepan saat nanti bergabung dengan LPQ dalam satu Subdit. Terkhusus untuk MDT akan segera terbit PMA tentang MDT serta beberapa buku tentang MDT yang menjadi khazanah dan pegangan bagi pengelola MDT.
Kajian akademik terhadap road map yang telah disusun berdasarkan potret kondisi riil MDT dengan mengawinkan idealisme pendidikan melalui berbagai pendekatan. Tentu hal ini sangat memiliki makna bagi pengambil kebijakan dalam hal ini secara khusus Kemenag RI untuk menentukan arah strategis MDT menghadapi tantangan dunia IT menuju Indonesia emas. ***