Setiap jelang subuh muadzin di masjid yang dekat dengan penulis (radius kira-kira 40 m) mengingatkan, sholat subuh dengan menyebutkan hadis yang artinya, awal mula ibadah yang akan dihisan adalah sholat. Ini tentu karena sangat pentingnya ibadah sholat yang menjadi ibadah pokok dengan menempati rukun Islam kedua setelah membaca syahadat.
Terkait dengan sholat, beberapa hari yang lalu membaca status facebook (medsos) kawan saya yang bertuliskan “Kenapa seorang Ibu mengingatkan sholat, karena Ibu inginkan anaknya bukan hanya bahagia dunia saja tapi sampai di akherat nanti.” Sebuah pesan yang sangat penuh makna dari seorang Ibu yang telah berusah payah melahirkan seorang anak.
Antara suara muadzin yang mengingatkan sholat dengan status FB teman saya sangat berkaitan pada titik temu “Sholat” yang menjadi kewajiban setiap muslim yang mukalaf (baligh dan berakal). Hanya saja untuk muadzin ditunjukkan untuk umum, semua orang muslim, sementara status di Facebook menjadi pesan khusus seorang ibu kepada anaknya.
Kedua pesan tersebut sangat penting karena sholat sesungguhnya media komunikasi antara hamba dengan Sang Pencipta. Lebih dari itu melalui sholat yang secara bahasa berarti doa, dapat menjadikan ketenangan dan ketenteraman hati manusia. Meskipun tidak semua orang yang sholat secara otomatis menjadi tenang dan tentram hatinya. Disinilah dibutuhkan ilmu tata cara sholat disamping ilmu Fiqih juga ilmu tasawuf sebagai implementasi dari makna ikhsan dalam hadis Arbain Nawawi.
Pesan seorang Ibu yang cerdas dalam medsos tersebut sesungguhnya mengingatkan kepada kita semua. Sebagai Ibu yang baik dan cerdas bukan hanya memelihara fisik anak (memberikan makan), tapi memelihara ruhani melalui kebiasaan beribadah sangat penting, termasuk sholat. Karena itu dalam hadis Nabi Muhammad SAW menyebutkan agar memerintahkan anak kita untuk melakukan sholat pada saat usia 7 tahun. Ini sangat penting sebagai bagian pendidikan pembiasaan dalam beribadah.
Dalam prespektif psikologi kenapa perintah itu dimulai saat usia tujuh tahun ? Ternyata salah satu alasannya, karena pada saat memasuki usia 7 tahun, aspek kognisi sudah meluai tumbuh berkembang. Pemahaman terhadap sesuatu yang abstrak sudah mulai muncul. Itulah sebabnya, terkadang muncul pertanyaan tentang Tuhan dan pertanyaan lain tentang agama. Oleh karena itu disaat memasuki fase pertama usia tujuh tahun orang tua harus memulai perintah sholat disertai dengan sikap mendidik.
Sungguh menjadi kebahagiaan seseorang Ibu saat anaknya rajin sholat. Saat azan tiba sang anak bergegas memakai sarung dan peci kemudian pergi ke masjid atau mushalla. Hal itu menjadi pemandangan yang indah untuk seorang Ibu. Saat anak sudah besar (dewasa) melihat anaknya malas sholat, hati seorang Ibu sangat sedih dan pilu bahkan mungkin menangis. Dalam hatinya tersimpan harapan agar anaknya bisa sholat, karena dengan sholat akan menjadi baik prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu seorang Ibu tidak boleh putus asa dalam berdoa, terus mendoakan anaknya yang saat ini belum mau sholat dengan tetap memerintahkan sholat. Perintah dan ajakan dengan kelembutan hati pada saatnya nanti akan bisa melembutkan hati anak anak. ***