Gagasan 99 MDTW (Madrasah Diniyah Takmiliyah Wustho) setingkat SMP/MTs pada lembaga formal dilatarbelakangi karena jenjang MDTW di Kab Brebes sangat sedikit. Jumlah lembaga yang terdaftar di Kemenag hanya 9 MDTW, belum berbanding lurus dengan anak anak yang mestinya mengikuti layanan pendidikan MDTW. Mereka yang pagi sekolah di SMP/MTs tidak mau masuk ke MDTW dengan alasan capek dan lainnya.
Sementara jumlah lembaga MDTA di Kab Brebes mencapai 723 lembaga yang tersebar di 17 kecamatan. Dengan jumlah siswa yang variatif tiap kelas, total santri MDTA se-Kab Brebes 45.657. Jumlah tersebut juga belum sebanding dengan peserta didik SD/MI yang mestinya mengikuti pendidikan MDTA. Masih ada sekitar 35 presen anak-anak SD/MI yang belum mengikuti pendidikan MDTA. Mereka lebih memilih bermain atau kegiatan lain.
Dalam rangka peningkatan layanan pendidikan untuk MDTW, Kasi PD Pontren Kemenag Kab Brebes, saat itu dijabat oleh Dr H Akrom Jangka Daosat menggulirkan ide untuk mewujudkan 99 MDTW di Kab Brebes. Gagasan tersebut setelah Beliau melihat kondisi MDTW yang sangat sedikit serta pemahaman keagamaan yang sangat minim untuk peserta didik setingkat SMP. Sementara angka 99 MDTW mengiblat kepada Asamaul Husna yang berjumlah 99. Dengan harapan melalui berdirinya 99 MDTW akan terwujud generasi yang bisa memahami dan meneladani baik (Asmaul Husna) dalam kehidupan sehari-hari.
Sedikitnya lembaga MDTW sangat berpengaruh dengan perkembangan pemahaman keagamaan untuk siswa SMP. Sehingga gagasan yang dimunculkan menjadi ide besar yang membutuhkan peran masyarakat dan pemerintah dengan kebijakannya. Hari ini kalau hanya mengandalkan peran masyarakat tanpa dukungan dari Pemerintah rasanya perlu perjuangan keras dari tokoh yang peduli terhadap pendidikan keagamaan.
Sejalan dengan gagasan tersebut, Penulis pernah mendiskusikan bersama dengan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga,Ibu Caridah. Gayung bersambut, respon yang positif dari Kepala Dinas, meskipun saat itu masih sebatas wacana dan menjadi mimpi besar Kepala Dinas Pendidikan. Mimpi besar dan harapan besar agar peserta didik di SMP Negeri bisa mengikuti pembelajaran di MDTW. Sebagai bentuk keterkaitan antara SMP dan MDTW untuk penilaian mapel PAI di SMP salah satunya bersumber dari penilaian di MDTW. Dengan model seperti ini maka antara SMP dan MDTW ada keterikatan pada proses pembelajaran khususnya untuk Mapel PAI.
Lebih dari itu saat diskusi di ruang Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Ibu Caridah selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab Brebes menghendaki Kemenag bisa memberikan surat edaran untuk SD se Kab Brebes agar mengikuti pembelajaran di MDTA. Harapan ini bertujuan agar anak anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan pengetahuan agama yang cukup. Selama ini jam tatap muka mapel agama Islam di SD/SMP sangat minim, sehingga untuk sampai pada tahapan pengamalan dan pemahaman serta penghayatan dalam beragama dibutuhkan tambahan jam pembelajaran.
Pemikiran peserta didik SMP agar mengikuti pembelajaran di MDTW menjadi bagian dari penguatan pendidikan karakter dan penguatan profil pelajar Pancasila. Dua hal tersebut menjadi amanat pemerintah yang harus dilaksanakan oleh lembaga pendidikan formal. Sinergitas lembaga pendidikan formal dan pendidikan MDT dalam penguatan profil pelajar Pancasila menjadi bagian dari mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Semoga gagasan mewujudkan 99 MDTW akan terlaksana dengan keterlibatan semua pihak (pemerintah dan masyarakat). Mewujudkan keterpanggilan dan kepedulian kepada pendidikan keagamaan dibutuhkan kesadaran pentingnya pendidikan untuk generasi masa depan. Hadirnya pendidikan keagamaan akan bisa mengurangi tindakan kenakalan remaja dan kriminalitas. (*)