Saya merasa bersyukur bisa ikut menjenguk dan beberapa kali bersama beliau. Salah satu hal yang saya saksikan, beliau tidak selalu berdzikir dengan menggerakkan jari tangannya.
Ada satu momen ketika beliau sedang sakit, di tanggal 10 November 2024, beliau bertanya mengenai tanggal kepada kami. Ternyata, beliau ingin menghadiri suatu acara yang diundang, meskipun kami tidak tahu siapa yang mengundang, apakah dari NU atau PMII. Namun, dari sini kita bisa melihat semangat beliau dalam membimbing umat, merawat mereka, dan selalu ingin hadir di setiap kegiatan.
Ibu Afifah, anak beliau, juga menceritakan bahwa ayahnya (KH. Munsif Nahrawi) berpesan agar memberikan uang kepada anak-anak di sekitar masjid di desa Bungkuk, Singosari, Malang, dengan tujuan agar mereka semangat ke masjid. Ketika Ibu Afifah hendak melaksanakan pesan tersebut, beliau berkata bahwa sebaiknya ayahnya sendiri yang memberikannya. Cerita ini saya dengar pada hari Jumat, setelah kami mensalatkan almarhum Pak Kyai. Pada hari itu juga, Kyai Munsif menghembuskan nafas terakhirnya pada siang hari. ***
Penulis; Kamas Wahyu Amboro (PMII Kab Bandung)