Beberapa hari yang lalu penulis mendapatkan informasi bahwa sebelum Konfercab Luar Biasa NU Brebes yang diselenggarakan oleh Pengurus Careteker akan dilaksanakan Halaqoh. Kegiatan yang melibatkan jajaran Syuriyah dan Pengasuh Pesantren se-Kabupaten Brebes merupakan hajat Kita bersama untuk urun rembug tentang masa depan NU Brebes kedepan. Salah satunya merumuskan bakal calon yang akan diusung saat Konferensi Luar Biasa (KLB) NU Brebes.
Dengan demikian Halaqoh bisa dijadikan pra KLB yang bisa merekomendasikan konsep dan rancangan serta figur yang akan masuk dalam kontestasi NU Brebes.
Rembugan atau musyawarah dalam forum Halaqoh yang mengundang Rois Syuriyah MWC NU dan Pengasuh Pesantren se Kab Brebes diharapkan memunculkan kesepakatan dan kesepahaman bersama untuk memperkuat ukhuwah Nahdliyah untuk menghadapi 2 abad NU.
Secara teknis dalam forum tersebut menurut informasi yang disampaikan oleh salah satu pengurus Careteker akan merekomendasikan maksimal 5 kandidat dan minimal 3 kandidat calon ketua. Sehingga penjaringan 5 dan 3 kemungkinan menjadi kewenangan forum. Tugas pengurus MWC NU dan Kyai Pesantren pasca Halaqah nanti menyampaikan ke pengurus ranting yang memiliki hak suara untuk pemilihan dalam KLB.
Halaqoh sebagai forum kultural diharapkan bukan sekedar merekomendasikan Rois dan Ketua NU Brebes, lebih dari itu Halaqoh diharapkan menghilangkan polarisasi kelompok kelompok yang kurang baik untuk NU Brebes.
Forum Kultural ini sangat strategis dalam rangka menjaring pemikiran dan aspirasi dari komunitas Ulama dan Kyai Pesantren. Kedua komunitas ini memiliki kekuatan moral sebagai spririt warga NU yang berada di area grassroot (ranting).
Pasca NU Brebes dilanda dualisme kepengurusan mayoritas warga NU dibawah menaruh harapan besar untuk kembali bersama dalam satu rumah besar NU. Oleh karena keteladanan sikap dan pernyataan dua komunitas (Syuriah dan Kyai Pesantrennya) akan menjadi penentu NU Brebes kedepan.
Mengapa demikian? Saat saat mendekati konfercab luar biasa sebagian besar warga NU lebih terpaku pada siapa calon Rois Syuriah dan Ketua Tanfidziah.
Pada satu sisi hal tersebut dianggap wajar karena orang nomor satu akan mengendalikan organisasi dan mengusung serta mengamankan ide, gagasan serta program sampai akhir masa jabatan. Namun disisi yang lain kita sering melupakan konsep strategi dalam membangun kekuatan organisasi dengan struktur yang match (sesuai dengan kompetensinya)
Model pertama lebih terfokus pada kekuasaan dengan idiom sekeranjang konsep program akan terkalahkan dengan segenggam kekuasaan. Model yang kedua lebih menekankan pada profesionalisme dalam kepemimpinan.
Mengelaborasi kedua model tersebut menjadi yang ideal sehingga seorang pemimpin tidak menerima chek kosong.
Saatnya warga NU berfikir strategis membangun NU Brebes kedepan dengan melepaskan egosentris kelompok yang akan berujung ketidak harmonisan dalam rumah besar NU. Saling mendukung menjadi kata kunci untuk kemajuan bukan saling menelikung yang akan berujung pada kebencian dan permusuhan dan itu bukan akhlak sebagai orang NU.
Oleh karena itu gerakan kultural akan lebih punya makna kalau “nafsul mutmainah” lebih mendominasi dalam setiap gerak dan langkah berkhidmat untuk NU. Halaqoh menjadi pilar gerakan kultural yang akan menjadi tiket massal untuk masuk dalam pesta silaturahmi dalam besutan Konferensi Luar Biasa sebagai forum formal.
Sekalipun Halaqoh bukan forum formal untuk memutuskan siapa Rois dan Ketua, tapi setidaknya ada gambaran awal (abtraksi) yang menjadi pilihan dalam KLB nanti.
Pola pendekatan kultural sering dipraktekkan oleh para sesepuh NU Brebes. Menurut sumber informasi dulu Al Magfurlah KH Masruri sering mengajak bertemu dengan KH Mansyur Tarsudi untuk membicarakan tentang problematika umat dalam obrolan kultural.
Sebelum berdirinya NU, para Kyai Pesantren sering silaturahmi (pertemuan kultural) untuk membicarakan pergerakan agama dan bangsa. Ilustrasi ini bisa disimpulkan, bahwa tidak semua persoalan umat bisa diselesaikan dengan aturan formal, tapi terkadang penyelesaian ditingkat formal harus melalui jalur kultural.
Oleh karena itu Halaqah nanti sebagai silaturahmi besar yang dapat merekatkan hubungan sesama tokoh NU Brebes (Pengasuh pesantren dan Rois Syuriah). Sehingga NU Brebes semakin kuat dan bermanfaat dalam khidmat kepada umat. ***