Beranda Kajian Format Ideal Implementasi Kurikulum TerpaduPesantren dan Sekolah

Format Ideal Implementasi Kurikulum TerpaduPesantren dan Sekolah

40
Oleh; Muhammad Fuad Mas'ud, Lc., M.H. (Pendidik dan Pemerhati Pendidikan Pesantren)

Kurikulum merupakan salah satu instrument paling penting dalam pendidikan, karena pendidikan tidak akanbisa diimplementasikan secara komprehensif tanpaadanya perangkat yang sistematis dan terorganisir. Kurikulum merupakan jantung dari proses Pendidikan, karena ia tidak hanya menjadi panduan teknis dalammenyampaikan materi pembelajaran, tetapi juga menjadicerminan nilai, visi, dan tujuan jangka panjangPendidikan itu sendiri. Hilda Taba, seorang pakarkurikulum dan pendidikan dari abad ke-20, menyatakanbahwa “A curriculum is a plan for learning”. Berdasarkan pernyataan Taba bisa diambil sebuahbenang merah, bahwa kurikulum tidak sekadar daftar mata pelajaran, tetapi sebuah rancangan sistematis untukmenciptakan proses belajar yang efektif dan bermakna. Ia menekankan pentingnya kurikulum yang disusunberdasarkan analisis kebutuhan siswa, konteks sosial, dan tujuan pendidikan jangka panjang.

Kurikulum memainkan peran sentral dalammengarahkan, membentuk, dan membimbing proses pendidikan menuju hasil yang diharapkan. Tanpakurikulum yang terencana dan terintegrasi, proses pendidikan akan kehilangan arah dan relevansi. Namundalam praktiknya, terkadang terjadi sebuah dinamika dan permasalahan tersendiri ketika membicarakan konsepkurikulum terpadu atau kurikulum terintegrasi. Usaha memadukan dua konsep kurikulum yang berbedaterkadang melahirkan dualisme dan dominasi salah satudari kurikulum yang dipadukan. Misalnya, usahamemadukan kurikulum sekolah dan pesantren yang banyak dilakukan oleh Lembaga Pendidikan islam, khususnya di lingkungan pesantren yang melaksankanPendidikan sekolah formal, terkadang kurikulumpesantren lebih mendominasi daripada kurikulumsekolah, sehingga kecenderungan, minat, dan motivasipeserta didik terhadap mata pelajaran sekolah sangat minim dan kurang, dan begitu juga sebaliknya.

Proses memadukan dua kurikulum dalam saturutinitas Pendidikan dan pembelajaran harus bisamemunculkan format yang seimbang, dimana kurikulumpesantren dan sekolah misalnya bisa berjalan bersamaan, berinersgi satu sama lain, dan melebur menjadu satudalam satu struktur kurikulum, distribusi jam, penjadwalan, dan evaluasi. Begitulah format ideal dalammemadukan dua konsep kurikulum, tanpa memisah dan memilah pembagian posisi mata pelajaran, guru yang mengajar, dan yang terkait dengan pembelajaran, keduanya harus melebur menjadi satu kesatuan yang saling menguatkan satu sama lain dan memposisikansama semua mata Pelajaran, baik agama maupun umum. Lebih dari itu, keberhasilan memadukan dua kurikulumyang berbeda, seperti pesantren dan sekolah bisamelahirkan paradigma baru bagi para peserta didik, bahwa semua rumpun ilmu memiliki keterkaitan satusama lain dan dikotomi ilmu sudah tidak relevan lagi. Robin Fogarty mengatakan, “A curriculum that connects different areas of study by cutting across subject-matter lines and emphasizing unifying concepts”. Dalam hal ini, Fogarty percaya bahwa kurikulum yang terintegrasimemungkinkan siswa melihat keterkaitan antara konsep-konsep dalam berbagai bidang ilmu, sehinggameningkatkan pemahaman holistik dan kemampuanberpikir tingkat tinggi.

Diantara salah satu contoh Lembaga Pendidikan islam pesantren yang mengembangkan pembelajaransekolah formal yang dianggap berhasil menurut penulisdalam memadukan dua kurikulum pesantren dan sekolah, serta mengintegrasikan mata pelajaran satu sama lain dalam bentuk buku ajar dan silabus adalah pondokpesantren al-muhajirin kampus 1 Purwakarta. Pondokpesantren yang didirikan oleh KH. Prof. Dr. Abun Bunyamin, MA (rois syuriah PWNU Jawa Barat) pada tahun 1993 sudah banyak mengembangkan system Pendidikan sekolah formal mulai dari Tingkat kanak-kanak sampai Tingkat pergurun tinggi. Denganmottonya, berfikir dinamis, berakhlak salaf dan beraqidah ahli sunah wal jamaah, ponpes al-muhajirinmelalui unit Pendidikan SMA Al-Muhajirin dan MA Al-Muhajirin sudah sepuluh tahun lebih mengembangkanformat kurikulum terpadu kitab kuning (pesantren) dan sekolah (nasional).

Instrument dan format yang dikembangkan dalammemadukan dua kurikulum oleh ponpes al-muhajinPurwakarta meliputi empat komponen utamapengembangan, yaitu; 1) Integrasi rumpun mapel agama dan umum dalam satu struktur kurikulum, 2) Singkronisasi program pembelajaran di pesantren pascasekolah dan pembelajaran di sekolah, 3) Evaluasiprogram kurikulum integrasi dalam satu kali ujianBersama, 4) Mapping output atau lulusan dari program integrasi. Keempat komponen tersebut merupakanisntrumen untuk mengukur Tingkat keberhasilanprogram kurikulum terpadu yang dilakukan oleh ponpesal-muhajirin.

Mengintegrasikan rumpun mata Pelajaran kitab kuning dan umum dalam struktur kurikulum pada Lembaga pendidikan islam yang memadukan dua system kurikulum merupakan sebuah langkah awal dalammengimplementasikan kurikulum terpadu, supaya tidakterjadi pemisahan penjadwalan antara mata Pelajaran kitab kuning dan umum. Langkah ini memilikikonsekuensi, bahwa semua mata Pelajaran memilikiposisi yang sama dan penting di depan semua pesertadidik. Dalam struktur kurikulum dan penjadwalan, mapelkitab kuning, seperti nahwu Sharaf bisa sejajar dengan mapel saintek, seperti MIPA dalam jumlah jam dan waktu kegiatan belajar mengajarnya.

Format lainnya dalam pengembangan kurikulumterpadu pesantren dan sekolah adalah melakukansingkronisasi program pembelajaran di pesantren pascasekolah dan pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini, program dan jadwal kegiatan yang dibuat oleh pemangkukebijakan di lingkungan pesantren harus mendukungkegiatan peserta didik (santri) di sekolah, seperti program mudzakarah bersama di asrama yang berfokus pada penguatan mata pelajaran di sekolah, karena matapelajaran yang diajarkan di sekolah sejatinya merupakansatu kesatuan mata Pelajaran bersama yang dikembangkan di kurikulum pesantren dan sekolah, baikitu mata Pelajaran umum ataupun kitab kuning, sehinggakultur integrasi ilmu sangat terasa sekali dalam proses pembeljaran seperti itu.

Selain dua format diatas yang menjadi pijakan dasarpengembangan format kurikulum terpadu pesantren dan sekolah yang dianggap ideal, ada dua instrument pendukung untuk mengukur ketercapaian program integrasi kurikulum, yaitu evaluasi pembejalaran yang dilakukan secara bersama, satu waktu, dan satu jadwaldalam proses penilian peserta didik terhadap mataPelajaran yang dipelajari, baik dalam pelaksanaan ujiantengah semester atau ujian akhir semester. Hal inibertujuan untuk menciptakan suasana di tengah-tengahpeserta didik, bahwa ketercapain atau ketuntasanakademik dari semua mata Pelajaran menjadi penentuutama kenaikan level, kelas, atau jenjang pembelajaran. Format terkahir yang mungkin bisa dilakukan setelahselesai evaluasi, khususnya bagi peserta didik pada jenjang terakhhir adalah melakukan mapping ataupemetaan minat lanjut peserta didik berdasarkan hasilevaluasi terhadap semua mata pelajaran yang sudahdilalui selama tiga tahun (untuk Tingkat SLTA). Jika peserta didik dominan dalam mata Pelajaran agama (kitab kuning), maka mappingnya adalah denganmengarahkan dan mendaftarkan mereka untuk studilanjut ke timur Tengah, PTKIN, atau ma’had aly. Begitujuga sebaliknya, jika yang dominan di mata Pelajaran umum, maka diarahkan untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi umum sesuai background yang dikuasai.

Alhasil, format implementasi kurikulum terpadupesantren dan sekolah yang dibangun atas instrument-instrumen yang telah dijabarkan setidaknya bisamelahirkan output atau lulusan pesantren dengan fashion kyai yang akademisi, atau akademisi yang kyai yang mampu beradaptasi dengan zamannya. John Dewey (1859-1952), seorang filsuf, psikolog, dan pembaharupendidikan Amerika Serikat menyatakan, “If we teach today as we taught yesterday, we rob our children of tomorrow”. Artinya kurikulum harus dinamis, menyesuaikan dengan perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi agar relevan dengan tantangan zaman. ***