Sumedang (Aswajanews.id) – Hujan deras yang terjadi pada Kamis 24 Desember sore kemarin, menyebabkan ratusan rumah di Jatinangor Kabupaten Sumedang terendam banjir. Dampaknya, lebih dari 678 orang di Desa Cipacing terendam. Belum lagi yang menimpa warga lain di 5 Desa di Jatinangor. Tak sedikit warga yang terdampak. Bahkan ada yang menyelamatkan diri dengan naik ke atap rumah. Ketinggian air berbeda-beda saat banjir menerjang Jatinangor. Desa Cipacing merupakan wilayah terparah dibandingkan dua desa lainnya.
Warga berdalih, penyebab banjir karena dampak pembangunan Tol Cisumdawu di seksi 1 (Cileunyi-Jatinangor). Meski sekarang sudah surut, banjir berpotensi kembali terjadi ketika hujan lebat, karena diduga ada masalah dari saluran Tol Cileunyi–Sumedang–Dawuan (Cisumdawu).
Salah satu warga Desa Cipacing, Sunarti sempat menyelamatkan diri dengan naik ke atap rumahnya. Dia melakukan itu karena melihat banjir sangat deras. Dia langsung bergegas ketika melihat air datang dengan cepat. Seraya menggendong cucu, dia naik ke atap lewat toren air. Mereka selamat, namun rumahnya terendam. Kejadian itu sempat viral di media social (medsos).
Sekda Kabupaten Sumedang, Herman Suryatman mengaku pihaknya sudah melakukan analisis awal. Ditemukan fakta bahwa tiga saluran air dari Tol Cisumdawu mengalir deras ke saluran air warga yang lebih kecil. Akibatnya, tidak tertampung dan meluap hingga ke permukaan. Permukiman warga pun jadi terendam. Luapan air pun mengalir semakin deras ke kawasan permukiman yang lebih rendah.
“Saluran warga yang berada di bawahnya ukurannya kecil, otomatis terjadi luapan air, sehingga setiap hujan terjadi banjir,” kata Herman Suryatman kepada wartawan.
Menanggapi permasalahan itu, PPK Fisik Satker Tol Cisumdawu, Erwin Herlambang mengatakan secara prinsip memang adanya dampak pembangunan Tol Cisumdawu. Namun, tidak serta merta 100 persen menyalahkan proyek tol. Sebab, setelah pihaknya menelusuri ke lapangan, memang terjadi pendangkalan sungai Cibeusi dan intensitas hujan yang tinggi. Sehingga, jelas volume air tidak tercover Sungai Cibeusi yang membentang dari batas tugu kabupaten ke Cipacing (Jalan Raya Bandung Garut).
“Kami mewakili Satker Tol, dan secara pribadi dari PPK lahan Cisumdawu tahap 2 ini, menanggapi adanya peristiwa banjir di Jatinangor ini. Memang harus dikaji dulu penyebabnya apa, namun kami sepakat keselamatan warga lebih penting. Dan tidak 100% sepenuhnya benar bahwa ini dari Tol Cisumdawu,” kata Erwin saat memantau lokasi banjir Cipacing, Sabtu 25 Desember 2021.
Seperti diketahui, lanjut Erwin, jika intensitas tinggi, kami lihat di lapangan saat menyusuri sungai ternyata banyak terjadi pendangkalan. Selain itu ada perubahan fungsi dari sungai menjadi tempat tinggal. Tentunya juga ini menambah efek atau dampak dari kejadian kemarin.
Erwin yang didampingi Anggota DPRD Sumedang dari komisi 1, Dudi Supardi menegaskan karena sudah terjadi, pihaknya akan berupaya melakukan penanganan jangka pendek di area-area yang rusak. Seperti tanggul yang jebol, atau drainase yang kurang baik. Intinya agar keselamatan warga dapat kami selamatkan dan kami jamin.
Diakui Erwin bahwa, pengerjaan proyek Tol Cisumdawu memang dikejar deadline. Pekerjaan proyek nasional ini sesuai dengan arahan pimpinan selesai di tahun 2021. Namun untuk pembukaan fungsional, pihaknya juga masih menunggu arahan selanjutnya dari pimpinan.
“Untuk digunakan tidak serta merta karena ada beberapa pihak yang perlu dikoordinasikan termasuk Badan Pengawas Jalan Tol (BPJT). Sebagai badan pengatur jalan tol kapan waktu yang paling tepat untuk membuka fungsional. Jadi kami sampai saat ini masih menunggu arahan. Kami hanya menyelesaikan pekerjaan di 2021, dan semaksimal mungkin selesai di tahun ini,” kata Erwin menegaskan. ***