
Tidak bisa dipungkiri bahwa Pesantren memiliki peran penting dalam struktur pendidikan nasional. Eksistensi Pesantren sejak era Hindia Belanda memberikan sumbangsih besar kepada bangsa, hingga saat ini Pesantren ikut serta dalam mencapai tujuan Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan dan merawat peradaban.
Sebagai lembaga pendidikan Islam, Pesantren telah menjadi bagian integral dari sejarah dan budaya Indonesia. Pesantren menyimpan kekayaan tradisi yang melampaui sekat-sekat keilmuan, Pesantren tidak sekadar menyediakan ruang belajar formal dan ritus spiritual.
Lantas, apakah berpolitik juga bagian dari tradisi Pesantren? Iya, meskipun Pesantren tidak secara langsung diproyeksikan sebagai tempat kaderisasi politik, tak sedikit tokoh-tokoh nasional saat ini juga berlatar belakang santri yang memegang nilai-nilai Pesantren. Selain itu, sejarah juga sudah membuktikan bahwa lahirnya Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926 menjadi wujud tradisi politik di kalangan pesantren Indonesia.
Tradisi di Pesantren telah membentuk karakter santri-santri sehingga memiliki fungsi spiritual, sosial dan intelektual sangat kuat dalam tatanan masyarakat. Tradisi-tradisi seperti ini meskipun terkadang terlihat sangat sederhana akan tetapi mencerminkan nilai-nilai luhur yang diwariskan turun-temurun oleh para ulama.
Tujuan pendidikan pesantren tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran santri dengan pelajaran agama, tetapi untuk meninggikan moral, melatih semangat, menghargai nilai² spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku jujur dan bermoral, sederhana dan bersih hati.
Belajar dan mengajar bagi santri adalah kewajiban dan pengabdian ibadah kepada Tuhan. inilah prototipe kearifan yang ditunjukkan dan diajarkan para wali dan ulama kepada santri. Mereka mampu menyerap tradisi apapun tanpa harus kehilangan jati diri.
Agar ilmunya abadi, santri seharusnya bisa berkarya dan menulis.
Agar hidupnya abadi, santri mesti bisa menjadi inspirasi yang layak ditulis.
Menyongsong Hari Santri 2024, berbagai acara digelar baik tingkat desa, kecamatan, Kabupaten, provinsi bahkan nasional, kegiatan yang dikerjakan secara bersama-sama dan sukacita, Kirab Santri, diskusi, Sholawatan hingga upacara Hari Santri.
Bagi saya pribadi, selain merawat tradisi, mengisi Hari Santri Nasional dengan berbagai kegiatan merupakan salah satu upaya santri untuk berkomitmen, belajar dan mengasah naluri politik. Saya merujuk Abul Wafa Ibnu ‘Aqil Al Hambali yang menyebut bahwa, “Politik adalah semua tindakan yang dengannya manusia lebih dekat dengan kebaikan dan semakin jauh dari kerusakan”.
Selamat Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2024