Kitab Musasar, yang diyakini digubah oleh Sunan Prapen dari Giri Kedaton, meski keasliannya sering diragukan, mencantumkan pada bait pertama bahwa Kitab ini dibuat berdasarkan ramalan Jayabaya. Sebagian sarjana sepakat bahwa sumber utama kitab ini adalah Kitab Asrar (Musarar), karya Sunan Giri Prapen (Sunan Giri ke-3) yang dikumpulkan pada tahun 1540 Saka (1028 Hijriyah atau 1618 Masehi). Penulisan kitab ini berdekatan dengan penyelesaian Kitab Pararaton (1535 Saka atau 1613 M), yang mendokumentasikan sejarah Majapahit dan Singasari. Hal ini menunjukkan bahwa kitab ini telah ada sejak masa Sultan Agung dari Mataram (1613–1645 M).
Dalam Kitab Musarar, Nomer 25 Berbunyi : Ilang kawiranganingdyah, Sawab ingsun den suguhi, Mring ki Ajar Gunung Padang, Arupa endang sawiji, Samana den etangi, Jaman sewu pitung atus, Pitung puluh pan iya, Wiwit prang tan na ngaberi, Nuli ana lamate negara rengka.
Artinya: Hilangnya kehormatan dan martabat, sebagai akibat dari pengorbanan yang diberikan, mengarah pada Ki Ajar Gunung Padang yang berwujud satu keindahan yang sama, pada masa seribu tujuh ratus, tujuh puluh atau beberapa puluh, dimulai dengan peperangan tanpa sebab yang memicu kehancuran, lalu menyebabkan kerusakan pada negara dan kerangka pemerintahan. Apa yang terjadi di tahun 2029? Apakah Prabowo akan memimpin 2 Periode? Karena disebutkan bahwa Ki Ajar Gunung Padang berwujud satu keindahan yang sama.
Kemudian, Kitab Musarar, Nomer 26, Berbunyi : Akeh ingkang gara-gara, Udan salah mangsa prapti, Akeh lindhu lan grahana, Dalajate salin-salirt, Pepati tanpa aji, Anutug ing jaman sewu, Wolung atus ta iya, Tanah Jawa pothar pathir, Ratu Kara Murka Kuthila pan sirna
Artinya :Banyak hal yang menjadi penyebabnya, seperti musim yang salah dan bencana yang melanda, lindhu (gempa) dan kerusakan yang banyak, menjadi tanda ketimpangan dan kesulitan di masa seribu tahun. Tanah Jawa yang retak dan porak-poranda, menghadapi amarah dari penguasa dan kemarahan yang tak berkesudahan. Presiden Indonesia paska Prabowo 2 Periode masih menjadi misteri? Tapi berasar ramalan yang kita tidak percaya pun tidak apa-apa. Kita harus berhati-hati.
Selanjutnya, Kitab Musarar, Nomer 27 Berbunyi : Dene besuk nuli ana, Tekane kang Tunjung putih, Semune Pudhak kasungsang, Bumi Mekah dennya lair, Iku kang angratoni, Jagad kabeh ingkang mengku, Juluk Ratu Amisan, Sirep musibating bumi, Wong nakoda milu manjing ing samuwan.
Artinya : Dan kemudian di masa depan akan datang, kehadiran Tunjung Putih, sebuah bentuk keindahan yang misterius dan spiritual, lalu dari tempat suci seperti Mekah, lahirlah hal-hal yang membentuk jagat ini, disebut sebagai “Ratu Amisan,” simbol ketenteraman bagi keseimbangan dunia, dengan keberadaan kekuatan yang berperan dalam mengatasi berbagai musibah, dengan para nakhoda yang ikut berlayar dan menavigasi ketidakpastian dunia ini. Keterangan : Apakah Tunjung Putih itu Bernama Anis Baswedan dan menjadi Presiden RI 2039 di Umur beliau 70 Tahun? Secara Anies merupakan tokoh berketurunan Arab, sekaligus cucu dari Abdurrahman Baswedan, seorang jurnalis, diplomat, pejuang kemerdekaan Indonesia yang dinobatkan pemerintah sebagai salah seorang pahlawan nasional Indonesia.
Namun, penting diingat bahwa ramalan seperti ini bersifat spekulatif dan lebih mencerminkan harapan serta kekhawatiran masyarakat pada masa tertentu daripada prediksi pasti. Kita tetap perlu bersikap bijak dan tidak menjadikan ramalan sebagai pegangan utama dalam menilai masa depan. ***