Opini

Perayaan Lebaran Menandai Kembalinya Fitrah Manusia Yang Fitri

52
oleh; Jacob Ereste

Hari Raya Idul Fitri dirayakan dengan kegembiraan dan kebahagiaan — meski tanpa ketupat dan baju lebaran yang baru — perlu dinikmati dengan hidmad sebagai ekspresi dari rasa syukur telah kembali kepada fitrah setelah menunaikan ibadah puasa selama satu bulan penuh pada bulan Ramadhan.

Artinya, selama satu bulan membersihkan (menyuvikan) diri, maka kegembiraan dan kebahagiaan patut dinikmati dengan suka cita. Sehingga tidak sedikit diantaranya yang membagi-bagikan makanan, bingkisan hingga uang kepada siapa saja yang dianggap layak dan pantas untuk menerimanya agar dapat ikut menikmati kegembiraan dan kebahaguaan pada Hari Raya Lebaran.

Makna kembalinya fitrah manusia yang diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna serta mulia dimuka bumi itukah hakekat dari khalitullah bagi manusia berhak disebut sebagai wakil Tuhan. Karena itu, hakikat fitrah bagi manusia yang tidak luput dari kesakahan dan khilaf, telah diducikan dengan cara melakukan puasa selama satu bulan di bulan ramadhan dengan instropeksi diri dan memperbanyak melakukan perbuatan yang baik bagi sesama manysia, berbuat baik terhadap alam sebagai wujud kecintaan kepada Tuhan, serta menraati segenap tuntunan dan larangan yang diajarkan oleh Tuhan, baik langsung maupun melalui para Nabi dan Rasul serta prmuka agama maupun para Wali (khususnya di Indonesia) yang layak ditauladani dan diikuti tuntunan dan ajarannya yang baik menberi manfaat bagi diri kita sendiri maupun untuk orang lain.

Itulah sebabnya dakwah para Nabi, pemuka agama serta para Wali jelas menyasar pada fitrah. Sehingga dalam filsafat Barat sekalipun menganjurkan kepada manusia untuk berbuat baik, tanpa perlu merinci ikhwal baik dan buruk itu sebagai bagian dari introspeksi diri agar tidak berbuat kejahatan. Sehingga manusia memiliki ruang dan peluang serta kesempatan untuk berbuat baik, tidak membuat kerusakan etija dan moral di bumi agar dapat tetap memiliki akhlak mulia sebagai makhluk Tuhan yang sempurna fitrah kemanusiaannya.

Fitrah adalah potensi alami pemberian Tuhan yang menandai kecenderungan manusia percaya kepada Tuhan serta melakukan hal-hal yang baik sebagai sifat awal bawaan saat diciptakan yang suci, tidak berdosa. Maka itu, tradisi maupun budaya untuk bermaaf-maafan saat perayaan Hari Raya Lebaran — idul Fitri maupun Aidul Adha — dilakukan banyak orang. Bahkan kepada mereka yang jauh pun — dahulu melalui kartu ucapan Lebaran — kini dilakukan melalui videocall atau kiriman ucapan elektronik lewat facebook atau whatsapp maupu cara yang lain. Sebab acara maaf-maafan itu untuk meyakinkan bahwa diri kita sungguh telah kembali fitri.

Makna fitri itu sendiri adalah suci, atau kembalinya sifat awal manusia ketika mendapat ruh dari Tuhan dalam keadaan yang suci. Bersih sebagaimana fitrah awal dari kehidupan setiap manusia yang diciptakaan Tuhan, tanpa dosa. Begitulah selengkapnya ucapan permohonan maaf lahir dan batin. Sebab yang utama — selain masalah yang bersifat lahir — jauh lebih penting dan dalam maknanya yang bersifat batin. Karena wujud dari kejujuran dan keikhlasan itu lebih sakral dan spiritual sifanya.

Banten, 30 Maret 2025