Pelayanan Publik

Pandemi Menuju Endemi, Jabar Tunggu Instruksi Pemerintah Pusat

Bandung (Aswajanews.id) – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan, Pemda Provinsi Jabar menunggu arahan pemerintah pusat terkait perubahan status Covid-19 dari pandemi jadi endemi. ”Jadi tinggal pengumuman proklamasi kapan, kalau sudah proklamasi kita enggak pakai masker lagi, berati menyatakan Covid sudah sama seperti flu,” kata Ridwan Kamil.

Menurut dia, sebuah wabah dikatakan berstatus endemi maka penyakit atau wabah tersebut tidak hilang. Namun, warga tidak perlu panik seperti pandemi. ”Jadi seperti jika Anda-Anda semua kena flu tinggal makan obat istirahat sembuh. Nah Covid-19 juga diharapkan akan begitu, karena Omicron tingkat fatalitasnya dua kali lipat flu, kalau Delta 13 kali lipat makanya saat itu yang meninggal dunia banyak,” ujar Ridwan Kamil.

Status Covid-19 yang akan mengarah ke endemi sudah terlihat dari warga yang terpapar Covid-19 mayoritas sembuh dalam jangka waktu dua hingga tiga hari. ”Sekarang dua atau tiga hari sembuh. Sebanyak 96 persen dirawat di rumah. Itu fase endemi, artinya tinggal momentum proklamasinya kapan,” terang Ridwan Kamil.

Sementara itu, kasus harian Covid-19 di Jabar saat ini turun menjadi 3.000-an kasus per hari dari sebelumnya mencapai belasan ribu kasus per hari. Menurut Ridwan Kamil, berdasar hitungan matematis pada pertengahan Maret kasus harian Covid-19 akan mengalami penurunan drastis di Jabar.

”Feeling kita pertengahan Maret, kalau perhitungan matematis. Tren turun kita akan sangat baik sehingga yang penting sama saja, warga titip prokesnya,” tutur Ridwan Kamil.

Ketua Harian Satgas Covid-19 Jawa Barat Dewi Sartika menambahkan, Pemda Provinsi Jawa Barat juga terus melakukan pelacakan dengan tes usap PCR sebagai upaya mencegah penyebaran pandemi lebih luas. ”Total sampel kita saat ini sudah mencapai 4.004.033 atau 4 juta lebih, dengan hasil positif lebih dari 27 persen, yang negatif lebih dari 72 persen,” terang Dewi Sartika.

Sementara yang menggunakan tes RDT atau antigen total mencapai 5.894.872 sampel, dengan hasil negatif 94,53 persen, dan positif 5.47 persen. ”Jadi baik yang menggunakan PCR, maupun tes cepat antigen, alhamdulillah, persentase positifnya jauh lebih kecil,” terang Dewi. (Red)