BREBES (Aswajanews.id) – Selasa, 4 Oktober 2022, Silaturrahmi Alumni Pesantren (SIAP) mengadakan halaqah dengan tema “Menghidupkan dan memaksimalkan Jam’iyah NU Brebes” dengan pembicara K.H. Dr. Akhmad Najib Affandi, MA dari Pondok Pesantren Al-Hikmah 2 Sirampog Brebes, dan dimoderatori oleh Ahmad Sururi. Sedangkan pembicara ke dua K.H. Miftahussurur berhalangan hadir.
Kegiatan halaqah SIAP dihadiri para alumni pesantren yang tinggal di Brebes. Seperti Pesantren Lirboyo, Assalafiyah Luwungragi, Kempek, Al Hikmah, Buntet, Kaliwungu, Babakan Tegal, Sarang dan Tambak Beras. Halaqah SIAP dimaksud untuk menggali bagaimana pendapat peserta tentang potret NU kedepan khusus di Kabupaten Brebes, sinergisitas dan kolabaritas antara NU yang berada di non Struktural dengan warga NU yang ada di Struktural.
SIAP sendiri menurut inisiatornya H. Lukman Nur Hakim mengatakan, kehadiran SIAP berawal dari diskusi kecil-kecilan di pojok Kota Brebes dengan beberapa orang dan didampingi pakar yang ahli dibidangnya, bertempat berpindah-pindah dan dengan tema yang berbeda-beda pula.
Halaqah SIAP kali ini yang bertempat di Islamic Center Brebes, pada hari Selasa, tanggal 4 Oktober 2022, merupakan agenda dari SIAP sendiri untuk mengadakan diskusi dengan peserta yang lebih banyak dan dikemas secara formal, dengan tema Kam’iyah NU Brebes, yang selanjutnya dapat menjadi rekomendasi pada PC NU yang akan melaksanakan Konferensi Luar Biasa (KLB). pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2020 di Islamic Center Brebes
Diskusi SIAP pada masa awal berbicara tentang budaya, pesantren dan rumah besar NU. SIAP ini juga menjadi bagian dari pergerakan anak-anak alumni pesantren yang ada di Kabupaten Brebes, untuk menuangkan pemikiran-pemikiranya sebagai wujud perjuangan dalam ber-NU dan dapat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari oragnisasi NU yang menjadi rumah besarnya serta peran pesantren sendiri yang menjadi benteng dari NU dengan kegiatan ngaji yang diselenggarakannya, Pesantren menjadi ruh pengerak yang tidak bisa dipisahkan dengan NU.
Dr. K.H. Akhmad Najib Affandi, MA. Dalam ceramahnya mengatakan, saya sudah hampir 22 tahun tinggal di Brebes, karena saya buat KTP Brebes pada tahun 2000. Saya memiliki keinginan bahwa Brebes tidak hanya menjadi kota yang hanya terkenal dengan bawang dan telur asin saja, tetapi bagaimana menjadikan kota Brebes memiliki peran yang sangat kuat dalam menghidupkan dan memaksimalkan jam’iyah NU nya.
Sebelum menyampaikan lebih jauh tentang materi yang akan disampaikan, beliau terlebih bertanya terlebih dahulu kepada peserta halaqah, Mahiya NU, limada Nasaah Nahdlatul Ulama, ada masalah dan pertanyaan yang sering dilupakan orang NU?, Bagaimana Mbah Hasyim tirakat, mujahadah, wirid, dzikir, khotmil quran dan sholawat dalam mendirikan NU. Lalu muncul pertanyaan kembali Wa bimada dengan apa membuat, membesarkan dan mempertahankan NU.
Menurut Gus Najib, Dulu NU biasa-biasa saja, tetapi dalam ta’lim yang sangat luar biasa. Mbah Hasyim turun langsung ke rumah-rumah untuk mengajarkan pada masyarakat dan ke madrasah bagaimana mempertahankan Akidah Ahlussunnah Waljamaah.
Perlu diketahui, besarnya NU karena tirakat, ikhlas, tawajuh dan tawassul Mbah Hasyim. Ini yang menjadi kekuatan NU yang samar. Kadang karena samarnya sering dilupakan. Bukan yang digenjot sistem manajemennya. Bagaimana sekarang harus dimunculkan kembali model Mbah Hasyim dalam menghidupkan NU. Begitu juga dengan keberadaan Pesantren yang besar, itu karena tirakat dan riyadhah para pendirinya, bukan karena faktor manajemennya.
Masih bisakah kita meniru Mbah Hasyim, tentang tirakatnya beliau, tidak hanya membangga-banggakan namanya saja yang selama ini kita lakukan. Tidak hanya mengingat masa lalu tentang pergerakan dan perjuangan NU, namun kembali mengikuti jejak Mbah Hasyim dalam membesarkan NU. Perjuangan Mbah Hasyim yang suka mengajar ngaji. Harus kita tiru dengan suka mengaji dan mengajar ngaji. NU jangan sampai keluar dari benteng kulturalnya, apa lagi ada tradisi yang hilang. Perkuat peran pengurus dengan ngaji dan mebuat pengajian-pengajian, di rumah, madrasah, majlis ta’lim, kantor dan pesantren. NU akan menjadi masalah pada era sekarang kalau warga dan pengurusnya tidak ngaji.
Pertanyaan selanjutnya yang disampaikan Gus Najib pada peserta halaqah, kenapa Mbah hasyim mendirikan NU. Karena ada musuh. Munculnya komite hijaz karena adanya wahabi yang mendeklarasikan sebagai satu-satu gerakan Islam di Arab Saudi, sehingga akidah-akidah yang lain tidak boleh masuk dan berkembang. Arab Saudi hanya menerapkan hukum atas dasar dari kaum wahabi semata.
NU sekarang harus mengembalikan semangat dakwah para muasis NU. Tidak biasa dihadapi dengan menejemen semata tapi dengan ngaji. Kegiatan mengaji sebagai benteng NU, Gerakan kultural NU yang ada di masyarakat, agar terus di pertahankan dan dimaksimalkan.
Salah satu contoh kegiatan Basul Masail yang ada dalam NU. Dulu basul masail merupakan masalah yang ada dikampung dibahas dalam ranting, kalau tidak mampu menjelaskan dan memecahkan maka dibahas pada struktural yang lebih tinggi, Majlis Wakil Cabang (MWC), sampai ketingkat Pengurus Besar (PB) NU.
NU dulu, sekarang dan masa yang akan datang
Dari dulu sampai sekarang, banyak orang yang mengagumi Mbah Hasyim. Namun kata Mbah hasyim “Saya kalah dengan guru ngaji yang ada di musholah-musholah.” Meraka yang ada di kampung dengan tekun kepada para santrinya, mengajar dan mengenalkan huruf arab dan tata cara sholat. Mereka adalah kyai-kyai kultural yang sangat hebat, jangan sampai ada kyai kultural kurang diakui. Karena tidak ada jami’yah kalau tidak ada jamaah.
Kyai dulu jadug-jadug, perjuangan mereka tidak menghandalkan pada alat tranpotasi dan komunikasi elektronik. Beliau-beliau memiliki kendaraan dan alat komunikasi sendiri. Sebagai contoh perang 10 Nopember 1945 yang dikomandoi oleh Mbah Hasyim sebagai panglima tertingginya. Beliau melakukan komunikasi yang rutin dengan Mbah Abas dari Buntet yang membawa ribuan pasukan laskar Hisbullah dari Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal dan Pemalang. Mbah Abbas hanya menyuruh ribuan pasukan Hisbullah saling berpegangan berada dibelakangnya. Mbah Abbas inilah sebagai sebagai Singa Jawa Barat, yang menggerakan pasukan untuk berperang.
Kehebatan yang dimiliki para pendahulu NU, kenapa sekarang jarang atau mungkin sudah tidak ada lagi yang mempelajarinya. Kyai dulu adalah kyai hikmah, Kyai yang mampu menembaki pesawat musuh dengan caranya sendiri. Kita sekarang jangan hanya memiliki jargon semangat saja, namun kekuatan tirakat, riyadhah dan mujahadah perlu ditingkatan kembali, sebagaimana yang dulu dimiliki oleh para kyai.
Pesan Gus Najib pada semua pengurus NU, beliau menegaskan kalau ada pengurus NU tidak ikhas dalam memimpin NU, maka kedepannya NU akan banyak kecolongan kadernya. Kaum Nahdiyin akan pindah ke yang lain. Ini menjadi tanda lemahnya kaderisasi atau bisa dikatakan dakwahnya kurang maksimal. Alhamdulillah NU masih kuat karena ada kekuatan NU kultural yang masih eksis dalam tradisi dan ngaji.
Mejadi PR bersama bagi kia semua terutama yang nantinya ada di struktur NU untuk mengikat kembali orang-orang NU yang ada diluar, mampu mengkondisikan potensi para agniya yang ada pada orang NU. Jangan sampai NU di lindas oleh jaman sekarang“Tidak mati dan tidak Hidup.”
Bagaimana pemilihan calon kandidat pengurus NU kedepan
Pertama, peran koncoisme tidak menjadikan satu-satunya sebagai roda penggerak organisasi, jangan sampai yang menjadi pengurus itu-itu saja, seoah-olah tidak ada orang lain yang memiliki jiwa patriotisme. Kedepan NU harus berubah dengan wajah-wajah baru.
Mereka yang menjadi pengurus harus memiliki komitmen untuk kemajuan NU, agar NU Brebes dapat mengikuti atau mengimbangi pergerakan cabang-cabang NU yang lain, terutama di Kabupaten tetangga. Para pengurus harus mampu menata diri dalam berorganisasi, ikhlas dengan niat yang sungguh-sungguh berhidmah di NU. Pengurus tetap mengembangkan berdakwa dan ikhlas berjuang di NU dan sudah tidak ada dualisme kepengurusan kembali. Pengurus mampu menjaga kemandiriannya, Ikhlas siyasah, awal dari ketidak mandirian akan merusak dan citra organisasi. Akhirnya NU tersandra oleh kepentingan sesaat.
Tasikhun niat dan wa ikhlasun niyat. Sehingga tidak calon-calon titipan yang bermunculan. Kalau tidak ada niat yang baik maka yang dilakukannya akan lebih merusak dari pada membangun NU sendiri.
Al-lajna, ganti orang-orang lama, kasih kepercayaan pada orang-orang baru. Kalau masih diisi oleh yang lama, kemungkinan NU akan jadi wayang. Bila dari luar ada tunas yang muncul maka direkrutlah bukan dijauhi. Aktivitis NU yang muda muncul, harus dibantu bukan dijauhi dan buanglah sifat fanatisme yang akan berdampak pada perpecahan atau penolakan dalam berorganisasi.
Kembali ke Pesantren
Figur para pemimpin NU sekarang harus seperti pesantren, kembali ala kepesantren, semangat pesantren, komitmen dan keikhlasan mengajinya, mendidik umat dengan pendekatan mengaji untuk mempertahanan tradisi yang kuat dan baik, jangan sampai tradisi itu sendiri hilang. Hindari kandidat yang masih aktif kedinasan maupun masih menduduki dipemerintahan, dikhawatirkan ia memiliki kepentingan tersendiri dari ketika menjadi ketua.
Arosi wal murtasi finnar. Jangan sampai dalam pemilihan ketua, terjadi suap dan menyuap yang menang. Perilaku yang ini harus di reformasi dengan niat dan perilaku yang baik. Agar NU tetap eksis dan kuat disetiap daerah. Ketika kandidat mau menyalonkan diri dengan bermodal uang semata, dikhawatirkan akan nilai-nilai keikhlasan luntur dalam menjalankan roda organisasi dan hanya mencari kedudukan atau kekuasaan semata.
Perlu diingat bahwa Subtansi NU adalah pengajaran untuk menyelematkan ummat, sebuah gerakan yang dibangun dari sisi kulturnya, tidak hanya membesarkan sisi kualitas organisasi atau manajemen semata. NU organisasi yang sangat kuat dengan tradisi-tradisi dan sistem kepesantrenan yang dipimpin tokoh para kyai yang memiliki kharismatis.
Tanggapan Peserta Silaturahim Alumni Pesantren
Ada beberapa tanggapan dari peserta halaqah SIAP yang hadir, menurut Ibu Nyai Nafisah dari Pondok Pesantren As-Syamsuriyah, keprihatian Gus Najjib sama dengan keprihatinan kita semua, melihat NU di Kabupaten Brebes, betul-betul dalam suasana tragis. Beberapa tahun NU fakum yang luar biasa dan yang paling sangat merasakan sekali adalah NU kultural dan dipermalukan di even-even provinsi. RMI putri Jawa Tengah, terhambat karena persolan struktural di PC NU Brebes. Sehingga RMI putri tidak bisa eksis.
Lebih jauh Ibu Nyai Nafisah mengatakan, menghadapi konfercab, banyak dinamika yang terjadi. Seharusnya SIAP ini menghadirkan Obyek dan subyek yang mempunyai suara. Bukan kita yang sebagai konsumsinya, dialah ketua ranting atau MWC. Agar dapat merubah paradigma yang ada dibenak mereka? Siapa yang layak dijadikan kader. alimkah? Kaya kah? atau begron pesantren. Atau kita akan mengalami kekecewaan yang kedua kalinya? Apa harus revolusi total. Kalau Nasi sudah menjadi bubur tapi dibuatlah bubur yang istimewa dan dari SIAP ini bisa menjadikan rekomendasi kepada para pemilik suara. Hasil konfercab sangat ditunggu-tunggu untuk menjadi jamiyah yang bermanfaat
Menurut Akhmad Syaikhuddin, alumni pesantren Babakan Tegal, ia mengatakan, Selagi sistem pemilihan mengikuti liberal, mulai kekecamatan dan ranting-ranting. Arrosi wal murtasi yang menang. Kalau model seperti ini akan sama, maka harus ada perubahan yang menjadi pemimpin dipilih oleh para kyai. Maka calon ataupun kandidat tidak akan memberi sesuatu pada pemilik suara. Dalam tradisi santri ketika mendapat amanat seharusnya takut bukan seneng. Karena amanat sendiri merupakan hal yang sangat berat untuk dipikul.
Berbeda dengan peserta SIAP Zainal Wafa, beliau mengatakan NU yaah sebenarya ada ranting, mereka niatnya ikhlas, menjadi pengurus saja dorong-dorongan. PC NU selakyaknya sering menyelenggarakan even besar, yang akan mengangkat NU ditengah-tengah masyarakat. NU kedepan harus amanah, kalau tidak ada salah satu kandidat yang amanah, yaah… sama saja itu tidak akan maksimal dalam menjalankan roda organisasi. Bagaimana peran NU dalam pemberdayaan ummat dan memiliki sesuatu untuk kepntingan ummat.
Menurut Ahmad Faris Sulhak (Itopsi Utara), beliau mengatakan keprihatinan yang sama, melihat kondisi NU yang ada sekarang ini, NU Brebes sangat jauh dibandingkan dengan kota-kota sebelah. Brebes banyak Ma’ad, tetapi kurang memberi warna terhadap struktur NU. Satu konsep perubahan bersikap regional Brebes, jangan sampai konsep yang matang jangan berhenti ditataran konsep saja, tapi perlu di tindaklanjuti. Kita bisa adopsi yang baik-baik dari tetangga sebelah.
Kita orang NU mendidik dari MI sampai MTs dan Aliyah, mengajarkan pada jamiyah-jamiyah, namun kadang jamaah yang digarap oleh NU pindah ke yang lain karena mereka ada didunia kerja dan hidup pada tempat yang baru. Masjid NU sudah banyak yang hilang dan dikuasai oleh sebelah. NU harus memiliki model dakwah dalam perkatoran maupun perusahaan sehingga warga NU tidak banyak yang hilang pindah ke yang lain.
Sebagai penegasan dalam hasil halaqah SIAP ini (4/10/2022), bagaimana NU kembali kepesantren, Semangat, ikhlas, tirakat dan mujahadahnya ala pesantren. Pelaksanaan Koferensi Luar Biasa (KLB) uang tidak memiliki pengaruh dalam menentukan pilihan kandidatnya, dalam KLB tidak ada kedengkinan adanya kebersamaan persaudaraan dan full tawa. Setelah Konferensi Luar Biasa (KLB) yang akan dilaksanakan pada Sabtu 15 Oktober 2022 tidak ada lagi KLB Jilid 3. Dan terbentuk kepengurusan yang kompak bukan kekelompokan yang masih memegang pada egonya sendiri-sendiri dan terlihat wajah baru yang ikhlas, cerdas dan amanah. ***
Lukmanrandusanga (6/10/2022)