JAKARTA (Aswajanews.id) – Peringatan menjelang puncak resepsi satu abad Nahdlatul Ulama di Gor Delta Sidoarjo nanti kurang satu pekan lagi, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menggelar acara Ngopi Bareng dengan Pimpinan Redaksi (Pimred) Media Nasional dan Koresponden Asing di Lantai 8 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, Rabu (1/2/2023) sore.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menegaskan bahwa NU tidak boleh dieksploitasi menjadi senjata politik. Dia menilai, langkah itu adalah salah jika dilakukan.
Gus Yahya mengakuinya memang ada kesulitan terkait menyikapi isu-isu NU dan politik. Hanya saja, Gus Yahya menekankan merupakan salah dan berbahaya jika NU menjadi salah satu pihak yang ikut dalam sebuah kompetisi. Hal itu mengingat, NU memiliki konstituen berjumlah besar.
“Bahwa konstituensi NU yang demikian besar kalau NU menjadi pihak, ini tidak adil pada kelompok-kelompok yang lain yang terlibat, kira-kira begitu,” tuturnya.
Untuk mendasari sikapnya itu, Gus Yahya mencontohkan situasi yang terjadi di India, Nigeria, hingga Irak. “Negara-negara dimaksud tersebut mengalami berbagai persoalan di internal masyarakatnya karena mengeksploitasi identitas sebagai senjata politik,” tegas Gus Yahya
“NU sudah menjadi identitas kelompok sekarang. Enggak boleh dieksploitasi sebagai senjata politik, itu salah,” ujarnya.
Selain itu, Gus Yahya juga mengungkit putusan Muktamar NU tahun 1984. Ditegaskan bahwa dari putusan dimaksud, NU mesti mengambil jarak dengan politik praktis.
“Orang boleh berdebat, perdebatan itu dulu sudah, dan keputusannya NU harus ambil jarak dari politik, sudah diputuskan, enggak usah bikin putusan lagi,” tegasnya.
Gus Yahya kembali menegaskan, kini fokus utama NU yakni pendidikan publik. Beliau ingin menekankan agar NU tidak terlibat dalam dinamika-dinamika yang berbenturan antarkekuasaan.
“Karena NU enggak boleh jadi pihak di dalam kontestasi politik dan kekuasaan. Kalau kita ingin membuat perubahan yang decisive, kita juga gunakan jalur-jalur yang lain,” tandasnya.
(Pewarta: A’isy Hanif Firdaus, LTN PCNU Brebes)