Kajian

MENJADI MANUSIA YANG MENERIMA

BREBES (Aswajanews.id) – Keluarga Bani Abdul Majid mengadakan peringatan haul Almarhum Mbah Abdul Majid, Minggu (19/3/2023) yang ke 110 bertempat di halaman Masjid Baitul Salamah Kaligangsa Kulon.

Acara haul diawali dengan pembacaan al-Quran 30 Juz dan diteruskan dengan tahlil bersama di makam Mbah Abdul Majid yang berada di sebelah barat Masjid Baitul Salamah.

Dilanjutkan pada malam harinya mengadakan pengajian umum yang bertempat diserambi Masjid Baitul Salamah dengan pembica KH. Hudallah Karim dari Tanjung, Rois Syuriah PCNU Brebes.

Sebelum acara mauidho hasanah, terlebih dahulu dibacaan ayat suci al-Quran dan sholawat oleh Zahrowi putra almarhum Tohir cucu dari Mbah Abdul Majid yang tinggal di Pekalongan.

Selanjutnya mauidho hasanah pada haul yang ke 110 Mbah Abdul Majid disampaikan oleh KH. Hudallah Karim Rois Syuriah PC NU Brebes dan pengasuh Pondok Pesantren Al- Bukhori Sengon Tanjung.

Dalam tausyiah Haul Mbah KH. Abdul Majid. Gus Huda mengajak jamaah untuk mentauladani Al-marhum, meneruskan perjuangan dan meniru kedermawaannya dalam membangun Masjid. Sebagaimana Mbah Abdul Majid adalah pendiri Masjid Baitul Salamah saat itu.

Mbah Abdul Majid merupakah tokoh besar yang ada di Kaligangsa Kulon dan yanh hari ini masih mendapatkan pahala dari para orang yang beribadah di Masjid Baitul Salamah, berwudhu dengan air sumur yang digali olehnya.

Haul Mbah Abdul Majid, membuat malam hari ini kita berada ditaman surga, sebab kita sedang ada di masjid yang menjadi tempat untuk mengingat Allah Swt dan dzikir serta merenungi akan kekuasaan dan sifat-sifatNya.

Sebelum bicara lebih jauh Gus Huda mengingatkan kepada keluarga bani Abdul Majid yang sedang menghauli simbahnya untuk meluruskan niat. karena niat itu sebagai awal ibadah. Kalau niat kurang pas, maka akan sedikit pahala yang didapat  Namun  kalau diniati karena Allah Swt, mentauladani akan dakwa dari mbah Abdul Majid, mengumpulkan cucu-cucunya, serta syiar Islam maka pahala akan lebih banyak didapat.

Begitu juga yang menghadiri pengajian. Diniati datang pengajian untuk menyenangkan shohibul hajat, ketemu saudara, tolabul ilmu dan kumpul bersama muslim lainnya. Maka pahala akan lebih banyak, karena terhitung mulai dari rumah, tidak hanya saat datang dan duduk di Majlis pengajian.

Beliau berpesan dan mengingatkan, tanpa disadari kita sering menjadi manusia yang terlalu sombong, bahkan mengatakan akan masuk surga kerena amalnya sendiri. Padahal ini bisa disebut yang salah. Karena amal yang dilakukan banyak kekurangannya. Seperti hanya saat sholat tidak menghadap Allah Swt. fisiknya menghadap Allah Swt  tetapi hatinya tidak menuju kepada Allah Swt. Bershodakoh namun niatnya pula bukan karena Allah Swt, karena sesutu hal biar disanjung dan dihargai, atau dapat dikatakan orang yang kaya.

Sifat Allah Swt yang maha tahu tentang manusia, maka tidak ada yang bisa disembunyikan. Oleh karena itu jadilah manusia yang tidak ngresula (menerima). Sebagaimana juga ketika menjadi miskin maka harus menerimanya dan ketika takdir kurang cantikpun menerimannya pula.

Allah Swt sesungguhnya sudah adil dalam segala penciptaannya, termasuk pada kondisi  manusia. Allah Swt menciptakan ada terang dan gelap. Cantik dan kurang cantik, miskin dan kaya. semua ada manfaatnya dan hikmahnya.

Tanamkan iman yang kuat, terhadap segala apa yang diberi Allah Swt. Karena semua ada hikmah dibalik semua pemberian Allah Swt. Semua harus saling mendukung dan tidak iri terhadap segala pemberian Allah Swt.

Pekerjaan yang baik adalah tidak menyalahi syariat itulah yang ditujuh. Apapun yang dilakukan dipastikan ada yang menyalahkannya. Oleh karena itu, sebaiknya tidak terbawa oleh perkata orang lain yang selalu menyalahkan. Yang menjadi pokok pegangan hidup adalah pekerjaan yang dilakukan tidak menyalahi syariat (hukum Allah Swt).

Pengajian pada haul malam ini, beliau mengajak keluarga bani Abdul Majid untuk dapat mengingat dan mentauladani  Mbah Abdul Majid terhadap hal-hal yang baik dalam  membangun Masjid dan ahli shodaqah serta membuat sumur untuk keperluan ibadah sholat.

  1. Hudallah menegaskan bahwa tat kala bershodakoh lebih baik dihantarkan kepada yang berhak dari pada dipanggil kerumahnya. Dan janganlah sombong dengan tidak mau mendengarkan pengajian, bahkan menyalahkan orang yang mengisi pengajian. Karena sifat sombong dapat mengugurkan fahala dan akan menjadi pengikut setan.

Haul sangat dianjurkan khususnya NU. Sebagaimana acara tahlilan bagi orang yang baru menunggal. Ketika orang meninggal, malam pertama menjadi malam yang sangat susah. Karena berpisahan dari segala hal. Baik keluarga, saudara dan harta yang dimiliki. Maka ahli warisnya suruh sodakoh, yang pahalanya untuk yang meninggal. Tahlilah pada orang meninggal adalah mendoakan dan bersodakoh yang pahalanya untuk yang meninggal.

Di pengajian ini KH. Hudallah mengajak para jamaah yang ngaji untuk menjadi manusia bombongan (menerima) tidak menyakiti orang lain. Kalau disakiti lebih baik diam tidak melawan membabi buta. Ingat!!!  jangan sampai menjadi orang yang bangkrut diakhirat nanti, karena pahalanya banyak diminta oleh orang yang pernah disakiti didunia.

Penyakit yang paling bahaya adalah sombong, sebagaimana pernyataan iblis “Aku lebih baik dari manusia” kalau menjadi manusia  lebih rendah maka tidak akan sombong dan menghina orang lain. oleh karena itu lebih baik menjadi orang yang lebih rendah dari pada orang yang paling pinter dan kuat. Khawatir akan menjadi manusia sombong sebagaimana Iblis laknatullah. Yang terkenal dengan kesombongannya.

Mengenal Mbah Abdul Majid

Penulis masih ingat pada tahun 1980 an sebelum Mbah Sulkiyah meninggal di tahun 1985. Baliau adalah cucu dari Mbah Abdul Majid, seorang yang ahli ibadah dan fasikh dalam membaca Al-Quran serta tidak meninggalkan sholat malamnya.

Cucu-cucunya Mbah Abdul Majid adalah orang-orang yang ahli ibadah. Seperti yang penulis kenal cucu Mbah Abdul Majid dari anak lelakinya yang bernama Dana. Semasa penulis sering silaturahmi dengan anak dari mbah Dana seperti Nyai Saprah dan Sarpinah di Kaligangsa Kulon. Mereka semuanya adalah ahli ibadah.

Melihat saat itu, dari cucunya yang ahli ibadah tidak bisa lepas dari orang tua dan kakeknya yang ahli ibadah pula. Artinya buyut Sulkiyah yang ahli ibadah tidak bisa lepas pendidikan dan pengajatan dari orang tua dan kakeknya yaitu Mbah Abdul Majid itu sendiri.

Penulispun masih ingat cerita dari orang tua penulis tetang kewalian Mbah Abdul Majid yang naik haji dengan pelepah pohon kelapa.

Salah satu cerita yang didapatkan penulis bahwa Mbah Abdul Majid merupakan santri yang sangat hormat pada guru. Sehingga tak kala ingin beribadah haji. Maka disuruh oleh gurunya pakai pelepah pohon kelapa.

Dan masih banyak kewalian Mbah Abdul Majid semasa hidupnya yang belum diungkap. Seperti sumur yang tidak pernah kering, walaupun tidak terlalu dalam dan dimusim kemarau.

Monggo ditambahi kalau dari keluarga mendengar cerita tentang Mbah Abdul Majid, baik dari sisi apapun….. Kulo Tunggu nggih….. khususnya dari keluarga bani Mbah Abdul Majid. Wallahu’alam bishowab.

(Lukmanrandusanga, keluarga bani Abdul Majid dari Dana)