Beranda Aktual Lajnah Turats Pekalongan Gelar Pameran Warisan Intelektual Para Ulama

Lajnah Turats Pekalongan Gelar Pameran Warisan Intelektual Para Ulama

26

PEKALONGAN (Aswajanews.id) – Tak banyak orang awam mengetahui bahwa turats merupakan bagian penting dari sejarah yang menceritakan kisah ulama semasa hidupnya. Setiap lembar turats menyimpan kisah, setiap foto ulama memantulkan cahaya ilmu yang abadi. Di tengah derasnya arus modernisasi, warisan intelektual para ulama seringkali terlupakan. Padahal, di balik lembaran-lembaran kitab kuno tersimpan jejak pemikiran yang membentuk peradaban Islam Nusantara.

Melalui kegiatan yang dilaksanakan di Gedung Aswaja Pekalongan, sejarah seakan berbicara kembali melalui Pameran Turats, Foto Ulama, dan Kaligrafi menjelma sebuah ruang untuk mengenang, memahami, dan meneladani jejak para ulama yang telah menorehkan peradaban ilmu di bumi santri Pekalongan dan sekitarnya.

Kegiatan ini baru pertama kali digelar dan menjadi bagian dari rangkaian acara peringatan Hari Santri Nasional PCNU Kota Pekalongan yang dimulai pada Rabu (22/10) hingga puncaknya pada Jum’at (24/10). Sebanyak sekitar 100 karya turats, dua manuskrip Al-Qur’an tulisan tangan yang usianya ratusan tahun, hingga puluhan foto ulama Pekalongan dipamerkan selama kegiatan berlangsung.

“Melalui pameran ini kami ingin mengenalkan karya para ulama Pekalongan sebagai bagian dari khazanah warisan intelektual yang berharga,” kata Miftah, Ketua Lajnah Turats Pekalongan, Kamis (23/10/2025).

Disampaikan, selain karya turats, pameran ini juga menampilkan foto-foto ulama masyhur asal Pekalongan, di antaranya terdapat foto Kiai Syafi’i Abdul Madjid, Kiai Akrom Hasani, Kiai Akrom Shofwan, Kiai Thohir, Kiai Ghufron Achid, Kiai Ahmad Fadhlun, Habib Ahmad, dan lainnya.

“Konsep pameran ini adalah mengenalkan warisan intelektual ulama Pekalongan agar generasi sekarang mengenal tokoh-tokoh ulama beserta karya mereka di masa lampau,” tambahnya.

Miftah menjelaskan bahwa turats tidak hanya karya ulama yang berupa karya tulis. Namun, karya lain berupa manuskrip, foto dan semua peninggalan yang berkaitan dengan ulama juga termasuk dalam kategori turats.

“Bahkan komentar atau catatan para ulama terkait isu-isu tertentu juga tergolong turats,” jelasnya.

Karya ulama Pekalongan dan sekitarnya yang dipamerkan ini juga sangat beragam, mulai dari ilmu fiqih, ilmu tauhid, akhlak dan sebagainya. Karya-karya tersebut ditulis sekitar periode tahun 1800 sampai 1900-an Masehi.

Beberapa ulama Pekalongan yang dikenal produktif dalam menulis kitab adalah KH. Ahmad Subki Masyhadi (Sampangan), Kiai Imron Masyhadi (Sampangan), Kiai Ahmad Mudzakkir al-Madlani (Sampangan), Kiai Ahmad Sakhowi Amin (Rembun), Kiai Musthofa Bakri (Jenggot), Kiai Khudlori Tabri (Simbang kulon), Kiai Ahmad Fadlun (Simbang kulon), Kiai Hasyim Amin (Banyurip), dan lainnya. Selain itu, juga kami pamerkan karya ulama Batang, diantaranya Kiai Ahmad Rifa’i (Kalisalak) dan Kiai Anwar (Kauman).

Selama kegiatan ini terselenggara, Lajnah Turats Pekalongan juga berkolaborasi dengan Turats Al-Masyhad Sampangan, Lesbumi PCNU Kota Pekalongan, UKM Kaligrafi UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan, Omah Tanbihun Rifaiyah, serta Komunitas Tosan Aji Pekalongan.

(Kontributor: Khairul Anwar)


Eksplorasi konten lain dari aswajanews

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.