Kajian

Kurban, Ibadah untuk Mendekatkan Diri pada Allah

oleh: A’isy Hanif Firdaus, S.Ag.
(Pengurus Lajnah Ta’lif Wan Nasyr PCNU Brebes)


Hari Raya Idul Adha merupakan waktu yang disunnahkan untuk
melaksanakan kurban. Waktu pelaksanaannya dapat dilakukan mulai dari matahari terbit sampai terbenam. Tepatnya dimulai pada saat setelah selesai Shalat Idul Adha tanggal 10 Dzulhijjah sampai dengan Hari Tasyrik yaitu 13 Dzulhijjah dan pada tahun ini menurut kalender Hijriah yang dikeluarkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia, Hari Raya Idul Adha 1445 H/2024 M dijadwalkan jatuh pada Senin, 17 Juni 2024.

Meskipun begitu, penetapan resmi kapan Hari Raya Idul Adha 2024 akan ditetapkan melalui sidang isbat oleh Kementerian Agama Republik Indonesia. Sidang isbat biasanya dilaksanakan pada akhir bulan Dzulqo’dah. Adapun pemerintah dalam SKB 3 Menteri Nomor 855 Tahun 2023, Nomor 3 Tahun 2023, dan Nomor 4 Tahun 2023 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024 juga telah menjadwalkan hari Senin, 17 Juni 2024 sebagai hari libur nasional untuk memperingati Hari Raya Idul Adha 2024. Selain itu, pada Selasa, 18 Juni 2024 ditetapkan sebagai cuti bersama Idul Adha.

Hari raya Idul Adha bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di tanah suci, Mekkah. Sehari sebelumnya, tepatnya pada tanggal 9 Dzulhijjah, jemaah haji melakukan wukuf atau berdiam diri di Padang Arafah. Wukuf di Padang Arafah merupakan puncak dari ibadah haji. Pada hari tersebut, semuajemaah haji berkumpul di Padang Arafah untuk berdoa dan berdzikir hingga matahari terbenam. Setelah itu, jemaah haji menuju Muzdalifah untuk bermalam di sana. Sementara itu, bagi umat Islam yang tidak sedang menjalankan ibadah haji, disunnahkan untuk berpuasa Arafah. Selanjutnya, mengenai Idul Adha yang juga dikenal sebagai Idul Kurban karena Idul Adha identik dengan penyembelihan hewan kurban. Penyembelihan hewan kurban merupakan sunnah muakkadah bagi umat Islam yang sudah dewasa, berakal, dan mampu.Sejarah penyembelihan hewan kurban dalam Islam bermula dari kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
Tujuan utama dari perintah kurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa darah dan daging hewan kurban tidak akan sampai kepada-Nya, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan dari hamba-hamba-Nya. Kurban merupakan bentuk ibadah yang mencerminkan keikhlasan dan ketakwaan seseorang. Melalui kurban, seorang Muslim diajarkan untuk bersikap rela berkorban demi menggapai keridhaan Allah, menunjukkan kepatuhan yang tulus, serta menguatkan rasa persaudaraan dengan berbagi daging kurban kepada sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan.  Allah SWTberfirman dalam Surat Al-Haj ayat 34:

كُلِّ اُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِّيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۗ فَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَلَهٗٓ اَسْلِمُوْاۗ وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِيْنَۙ   

Artinya: “Bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban) agar mereka menyebut nama Allah atas binatang ternak yang dianugerahkan-Nya kepada mereka. Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa. Maka, berserahdirilah kepada-Nya. Sampaikanlah (Nabi Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang rendah hati lagi taat (kepada Allah).”

Allah SWT menguji keimanan Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Meskipun Nabi Ibrahim sangat menginginkan kelahiran seorang anak danpatuh terhadap perintah Allah SWT. Melalui ibadah ini, umat diingatkan akan kebesaran Allah dan diajarkan untuk menyebut nama Allah saja dalam setiap ibadah mereka, termasuk penyembelihan hewan kurban. Ibadah kurban ini juga mengajak umat untuk merenungkan dan mensyukuri rezeki yang Allah anugerahkan, seperti binatang ternak yang diciptakan-Nya untuk kesejahteraan mereka. Menyembelih kurban adalah suatu sunnah Rasul yang syarat dengan hikmah dan keutamaan. Haditst Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam, sebagai berikut:

    عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا  

Aisyah menuturkan dari Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, “Tidak ada suatu amalan yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya, lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.” (Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi: 1413 dan Ibn Majah: 3117)

Umat muslim diwajibkan untuk selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Bersyukur juga bisa menjadi salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah. Begitu pentingnya bersyukur hingga dibahas dalam Al-QuranIbrahim · Ayat 7:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ۝٧

Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.

Maka dari itu, mari senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menambah kekhusyu’an shalat, memperbanyak dzikir kepada Allah SWT, dalam setiap gerak gerik dan aktivitas, dan senantiasa bersabar atas ujian yang dihadapi. Serta bersyukur atas anugerah limpahan nikmatnya. Dan senantiasa memohon kepada-Nya untuk dibimbingmenujukebaikan. ***

Oleh: A’isy Hanif Firdaus,  S.Ag. Pengurus Lajnah Ta’lif Wan Nasyr PCNU Kabupaten Brebes