INDRAMAYU (Aswajanews.id) — Fenomena menurunnya minat lulusan SMA/SMK di Indramayu untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi pada tahun 2025 mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Banyak generasi muda kini lebih memilih jalur Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang dinilai lebih cepat mengantarkan mereka ke dunia kerja, termasuk peluang menjadi pekerja migran ke luar negeri.
Ketua Umum Yayasan Wiralodra Indramayu sekaligus Ahli Hukum Pidana, Dr. H. Dudung Indra Ariska, S.H., M.H., membenarkan kondisi tersebut saat dikonfirmasi wartawan.
Menurutnya, faktor ekonomi menjadi alasan utama mengapa lulusan SMA/SMK enggan memilih bangku kuliah.
“Melihat kondisi ekonomi masyarakat Indramayu, itu hal yang lumrah. Banyak yang ingin cepat bekerja,” ujarnya.
Perguruan Tinggi Dinilai Belum Beri Jaminan Masa Depan yang Jelas
Dr. Dudung secara jujur mengakui bahwa perguruan tinggi—termasuk Universitas Wiralodra (UNWIR)—masih belum mampu memberikan jaminan yang cukup kuat mengenai masa depan lulusannya.
“Universitas saat ini belum bisa menawarkan apa-apa. Sementara LPK lebih efektif dan menawarkan peluang kerja, termasuk keberangkatan ke luar negeri,” tegasnya.
UNWIR sebenarnya memiliki berbagai program bantuan pendidikan, salah satunya Program Indonesia Pintar (PIP) dengan kuota lebih dari 300 mahasiswa. Namun rendahnya angka pendaftar menyebabkan sebagian kuota tidak terserap.
“Sebagian kuota PIP harus kami kembalikan karena kurang pendaftar. Fasilitas sudah ada, tapi minat masih rendah,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa persepsi masyarakat soal kuliah masih identik dengan biaya mahal, padahal UNWIR menyediakan banyak skema bantuan.
“Kuliah tidak selalu bayar. Bahkan ada program kuliah gratis dan mahasiswa digaji Rp800 ribu per bulan. Tapi minat tetap belum seperti yang diharapkan,” paparnya.
Pendaftar Baru Turun Tajam
Menurut data UNWIR, jumlah mahasiswa baru mengalami penurunan signifikan. Jika tahun-tahun sebelumnya kampus mampu menarik lebih dari 700 pendaftar, tahun ini jumlahnya hanya sedikit di atas 500.
“Biasanya minimal 700. Tahun ini hanya 500 lebih sedikit. Ini jelas penurunan,” tuturnya.
Untuk mengatasi situasi ini, UNWIR meminta dukungan dari Pemerintah Kabupaten Indramayu, terutama terkait program Satu Desa Satu Sarjana yang digagas Bupati.
Pihak kampus juga melakukan pendekatan langsung ke masyarakat melalui para camat dan kuwu di berbagai kecamatan.
“Kami keliling kecamatan, camat kumpulkan kuwu-kuwu. Kami jelaskan program PIP agar masyarakat kurang mampu bisa kuliah dengan biaya pemerintah,” ujarnya.
Dr. Dudung menegaskan bahwa UNWIR akan terus melakukan pembenahan, inovasi program, serta sosialisasi ke masyarakat agar minat generasi muda terhadap pendidikan tinggi kembali meningkat. (Sn)
Eksplorasi konten lain dari aswajanews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.





























