Beranda Opini Keserakahan Manusia dan Kerusakan Lingkungan dalam Sorotan Al-Qur’an

Keserakahan Manusia dan Kerusakan Lingkungan dalam Sorotan Al-Qur’an

0
Oleh: A'isy Hanif Firdaus, S.Ag. (Mahasiswa Pascasrjana Universitas Wahid Hasyim Semarang)

Kerusakan lingkungan yang semakin parah dari hari ke hari bukan sekadar akibat dari ketidaktahuan, melainkan lebih dalam lagi disebabkan oleh adanya aktivitas keserakahan manusia yang tak terbendung. Penebangan hutan secara masif, eksploitasi sumber daya alam tanpa batas, pencemaran laut dan udara, hingga perubahan iklim ekstrem adalah bukti nyata bahwa manusia telah melampaui batas dalam memanfaatkan bumi yang seharusnya indah, tidak lagi berdasarkan kebutuhan, melainkan didorong oleh nafsu serakah dan kepentingan ekonomi kapitalistik sesaat.

Fenomena ini sesungguhnya sudah diingatkan oleh Al-Qur’an lebih dari 14 abad silam. Dalam Surah Ar-Rum ayat 41, Allah SWT berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum: Ayat 41) (Juz 21)

Ayat ini bukan hanya peringatan, melainkan juga cerminan atas realita saat ini. Kerusakan yang terjadi bukan tanpa sebab. Ketamakan manusia atas keuntungan duniawi telah memicu ketidakseimbangan ekologis. Industri-industri besar berlomba mengeksploitasi alam tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap generasi mendatang. Bukannya menjadi khalifah yang bijak di bumi, manusia justru menjadi pelaku utama dalam perusakan ciptaan Tuhan.

Pandangan Al-Qur’an menekankan prinsip mizan (keseimbangan) dan amanah (tanggung jawab). Dalam Surah Al-A’raf ayat 56,

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

“Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: Ayat 56 (Juz 8)

Allah SWT melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi setelah diciptakan-Nya kebaikan. Namun yang terjadi hari ini, manusia seolah lupa akan tanggung jawab spiritual terhadap bumi. Alam dipandang hanya sebagai komoditas, bukan titipan Tuhan yang harus dijaga.

Keserakahan juga membuat manusia lupa bahwa bumi bukan milik pribadi. Ia adalah milik bersama seluruh makhluk hidup dan generasi masa depan. Ketika satu spesies mengambil terlalu banyak, maka yang lain akan terdampak. Begitu pula jika manusia terus merusak, yang akan menuai penderitaan bukan hanya lingkungan, tapi juga dirinya sendiri melalui bencana alam, krisis air bersih, krisis pangan, hingga wabah penyakit.

Oleh karena itu, sudah saatnya kesadaran ekologis dikembalikan pada nilai-nilai spiritual. Al-Qur’an memberi kita pedoman, bahwa menjaga bumi bukan pilihan, melainkan kewajiban. Menjadi insan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan adalah bagian dari bentuk ketaatan kepada Tuhan dan rasa syukur atas nikmat-Nya. Wallahu A’lam Bish Showwab

www.youtube.com/@anas-aswaja


Eksplorasi konten lain dari aswajanews

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.