Pemikiran KH. Ahmad Hasyim Muzadi selalu menjadi oase dan masih sangat relevan lintas waktu hingga saat ini, terlebih dalam konteks moralitas umat hari ini. Beliau menegaskan bahwa “kejujuran dan amanah adalah ruh tanzil indallah”, sesungguhnya beliau sedang mengingatkan bahwa nilai-nilai akhlak bukan sekadar etika sosial, tetapi inti dari keberkahan ilahiah dalam kehidupan manusia. Tanzil turunnya pertolongan, keberkahan dan kemuliaan Allah tidak diberikan kepada mereka yang sekadar cerdas atau populer, tetapi kepada mereka yang menjaga kemurnian hati melalui kejujuran dan amanah.
Dalam pandangannya, umat Islam bukan hanya diminta menjadi pintar, vokal, atau aktif akan tetapi terlebih dahulu menjadi pribadi yang dapat dipercaya. Ketika masyarakat dipenuhi dengan orang berilmu namun miskin kejujuran, lahirlah kecerdasan yang melukai. Namun bila ilmu disertai amanah berubah menjadi rahmat yang menjaga kehidupan. Tanpa kejujuran, kebenaran menjadi kabur tanpa amanah kekuasaan berubah menjadi penyimpangan.
Pesan ini relevan pada setiap ruang kehidupan keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat, hingga kepemimpinan politik. Sebab keberhasilan yang tidak dibangun di atas kejujuran ibarat bangunan di atas pasir tampak kokoh hanya sesaat, namun pelan-pelan runtuh karena penopang nya tidak cukup kuat. Demikian pula jabatan tanpa amanah hanyalah panggung sandiwara yang pada akhirnya menelanjangi pemiliknya sendiri.
Hakikatnya, kejujuran dan amanah adalah jembatan antara manusia dan ridha Allah SWT. Keduanya menjadi penentu apakah sebuah perjuangan bernilai ibadah atau hanya ambisi pribadi. KH. Hasyim Muzadi mengingatkan bahwa ukuran kualitas umat bukan pada banyaknya slogan, simbol melainkan pada kesetiaan mereka menjaga kebenaran, bahkan ketika tidak dilihat siapa pun.
Di tengah krisis integritas yang kian jelas ketika kebaikan sering berhenti pada wacana pesan ini menjadi oase yang menghidupkan kembali ruh agama dalam kehidupan sosial. Sebab, tanzilullah hanya turun kepada mereka yang menjaga amanah bumi. Maka membangun peradaban tidak dimulai dari megahnya kampanye atau slogan perubahan, tetapi dari kebeningan hati dari kejujuran yang tidak menunggu pujian, dan amanah yang terus terjaga meski tanpa pengawasan.
KH. Ahmad Hasyim Muzadi dengan halus menyampaikan bahwa kepemimpinan yang hakiki bukanlah kemampuan mengatur orang, tetapi menuntun mereka menuju kebaikan. Kepemimpinan semacam ini hanya dapat tumbuh dari hati yang jujur dan amanah. Sebab yang menjadikan seseorang mulia bukan posisi yang di duduki, tetapi seberapa dapat dipercaya ia memikul tanggung jawabnya.
Pada akhirnya, peradaban tidak berdiri karena kemegahan fisik atau kejayaan ekonomi, tetapi karena kokohnya nilai integritas manusia yang menjadi fondasinya. Dan inti dari integritas itu adalah kejujuran dan amanah nilai yang menjadi syarat turunnya keberkahan Allah di tengah kehidupan manusia.
Jika generasi hari ini ingin membangun masa depan yang kuat, mereka harus membangun karakter yang dapat dipercaya. Dan jika Indonesia ingin menjadi bangsa yang dihormati, maka kejujuran harus kembali menjadi harga diri, dan amanah kembali menjadi martabat hidup.
Penulis: A’isy Hanif Firdaus, S.Ag.
Eksplorasi konten lain dari aswajanews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
































