BREBES, Minggu (18/12/2022), Alhamdulillah penulis dapat silahturahmi dengan Kyai Sofiyuddin di rumah beliau, komplek pondok pesantren Yambu’ul Ulum Lumpur Losari Brebes, yang masih keturunan dari Kyai Idris.
Acara silaturrahmi, penulis mengajak istri (Widiyawati) dan keluarga dari Pati yang kebutulan sedang main di Brebes, sekalian penulis ajak silaturahim kerumah Kyai Sofiyuddin. Secara kebutulan pula istri Kyai Sofiyiddin (Ibu Nyai Hana) adalah teman Ibu mertua penulis, samasa mondok di Yambu’ul Qur’an Arawani Kudus.
Bertemu dengan salah satu keluarga Mbah Kyai Idris, menjadi kebahagiaan tersendiri bagi penulis, karena sudah sangat lama dinantikan dan keinginan penulis mendapatkan cerita tentang sosok Kyai Idris, ulama yang berkelas internasional yang berasal dari Brebes.
Kedatangan penulis juga dampingi oleh pengurus pondok Yambu’ul Ulum Kyai Maimun Abdul Ghofur, yang bersama penulis mengabdi di lembaga NU Kabupaten Brebes.
Menanyakan tentang Mbah Idris kepada Kyai Sofiyudin, sepertinya penulis tidak merasa canggung lagi. Karena sebelumnya dihantarkan oleh Kyai Maimun maksud dan kedatangan penulis.
Lebih-lebih Ibu mertua menjadi tamu istumewa bagi ibu nyai, yang bisa disebut sebagai tamu istimewa sekaligus temu kangen dengan teman pondok yang puluhan tahun baru ketemu.
Selanjutnya penulispun asyik sendiri ngobrol dengan Kyai Sofiyuddin, untuk mendapatkan informasi tentang biografi Mbah Idris. Sedangkan Ibu mertua dan istri serta adik penulis ngobrol sama bu Nyai.
Ada beberapa hal yang penulis dapatkan informasi tentang Kyai Idris dari Kyai Sofiyuddin.
Mbah Idris adalah putra Ahmad Shalih pengembara yang yang datang ke Jatisari (awal nama Lumpur). Bertemu dengan Mbah Idris kembali setelah dewasa.
Dari jalur ibu, Mbah Idris memiliki ibu bernama Musyarofah, putra dari Kyai Nasim dari Desa Kalirahayu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon. Sosok Kyai yang sangat dihormati dan alim dilingkungannya.
Guru Mbah Idris, Mbah Idris belajar pada seorang imam di Makkah yang sangat terkenal, yaitu Al-Imam As-Sayid Abu Bakar bin Syatho, penyusun kitab I`anatut Tholibin, Kiai Ahmad Sholeh dan Syaikh Zaini Dahlan
Mbah Idris merupakan pendiri Pondok Pesantren Yanbu’ul Ulum atau yang lebih dikenal dengan Pondok Lumpur pada tahun 1874 dan dapat dikatakan sebagai salah satu pesantren tertua di Jawa Tengah. Beliau meninggalkan pada tahun 1915 dan di makamkan ke pemakaman masyarakat Lumpur.
Adapun sahabat-sahabat Mbah Idris saat di Makkah Syaikhk Mahfud Attermasi, Mbah sholeh darat, mbah khalil Bangkalan.
Sedangkan salah satu putra Mbah Idri Mbah Idris yang cukup terkenal adalah Mbah Amir yang menetap dan meninggal di Pekalongan, beliau adalah menantu Mbah Shalih Darat serta murid dan sekretaris Syaikh Mahfudz Termasi.
Karomahe Mbah Idris, dalam karomah mbah Idris dari pihak keluarga tidak boleh menceritaknnya dan ini menjadi kesepakatan keluarga. Namun ketika penulis ziarah ke makam Mbah Idris sudah banyak orang berziarah ke makamnya. Sebagai tempat wasilah ketika masyarakat setempat memiliki hajat.
Kekhasan Pondok Pesantren Lumpur, menurut Kyai Sofiyuddin salah satu dalam aktivitas ibadah tidak menggunakan pengeras suara. Saat aktivitas sholat walaupun tidak menggunakan pengeras suara namun dapat didengar oleh semua para jamaah.
Mbah Dawud, putra Mbah Idris memiliki suara yang sangat baik. Sehingga saat menjadi imam sering membuat ma’mun lupa. Akhirnya Mbah Dawud hanya boleh mengimami yang waktu sholat sir.
Lumpur juga menjadi pondok yang memiliki tradisi penghafal alQur’an. Banyak melahirkan para khufadz lahir di Lumpur Losari. Wallahu’alam bishowab.
Lukmanrandusanga (29/12/22