Didalam organisasi atau perkumpulan kita sering dihadapkan dengan kegiatan pemilihan ketua atau pengurus baru karena masa bakti pengurus lama sudah habis atau karena ada suatu yang mendesak sehingga pembaharuan pengurus itu diperlukan.
Banyak cara yang dilakukan dalam proses pemilihan ketua diantaranya adalah dengan musyawarah, votting atau mungkin sistem tunjuk. Untuk menghasilkan keputusan bersama kebanyakan mereka menggunakan sistem musyawarah dan voting, alhasil dari proses pemiliha tersebut didapatkan seorang nama yang terpilih menjadi seorang ketua. Dari proses pemilihan yang sudah dijalankan secara apik dan tertata rapi itu terkadang ada yang merasa kurang adil ataupun kurang puas dengan hasil tersebut.
“Aku seharusnya yang lebih berhak menjadi ketua. Secara aku kan lebih senior, lebih berpengalaman dan sudah mengikuti berbagai macam bentuk pelatihan, baik formal maupun non formal. Apalagi kalau dilihat dari segi pendidikan aku sudah mendapat gelar Sarjana sedangkan dia baru masuk bangku kuliah. Kayaknya ada yang salah deh dengan pemilihan ketua kemarin”
Seseorang yang selalu merasa lebih baik dari orang lain, tak kan pernah merasakan ketenangan batin. Karena ia tidak akan pernah mengalah dan tidak akan pernah menerima keadaan yang tidak memihak pada kehendaknya. Rasa iri muncul akibat dari rasa tersebut. Ketika rasa iri tidak bisa dikendalikan maka kedengkian pun merasuk di dalam hatinya. Kedengkian mengalahkan kebajikan hatinya. Rasa senang yang seharusnya bersemayam di hatinya ketika melihat saudaranya mendapatkan nikmat, berubah menjadi rasa tidak senang dan menghendaki nikmat yang diterima saudaranya tersebut lenyap.
Kesombongan yang ada di hati seseorang membuatnya menilai dirinya dengan nilai yang sangat tinggi atau dia akan menganggap dirinya bernilai sejajar dengan orang lain yang memiliki kelebihan. Kalau sudah demikian, ia tidak mau diposisikan dibagian yang menurutnya bernilai “kelas rendah” atau “kelas bawah” pengennya selalu diatas atau berada dikelas yang bergengsi.
Habib Umar Al Muthohar Semarang dawuh:
“Seseorang bertitel Profesor, Doctor, MPd, MM itu ndak usah sombong. Syukuri ilmu yang didapat jangan disombongkan. Karena mudah saja bagi Allah mengangkat, mengambil ilmunya. Bisa saja Profesor doctor menyobongkan ilmunya, ketika ia hendak mandi kakinya terpelesat dan kepalanya terbentur dinding kamar mandi. Sang profesor bertambah titelnya dibelakang menjadi Profesor Doctor, MM alias Mlonga Mlongo, Jadi, tidak usah sombong”.
Sejarah dalam kitab suci alqur’an mencatat bahwa kesombongan membuat makhluk penghuni surga mendapatkan murka Allah. Iblis? Ya, Iblis.
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan yang kafir.” (QS Al Baqarah, 34)
Mahluk yang sudah ada disurga jauh sebelum nabi Adam diciptakan. Kesombongan dihati Iblis yang membuatnya tidak mau untuk mematuhi perintah Tuhannya. Iblis yang tercipta dari Api merasa lebih pantas untuk dimuliakan daripada ciptaan Allah yang baru Nabi Adam Alaihissalam yaitu seorang manusia pertama sebagai penghuni surga yang tercipta dari tanah. Unsur Api lebih hebat, lebih baik daripada unsur tanah anggapan sang iblis. Jadi, yang pantas untuk dimuliakan adalah dirinya. Bukan dirinya yang harus bersujud kepada sang Adam. Oleh karenanya Iblis tidak mau mematuhi perintah Allah SWT. Sehingga Allah murka dan menjadikan iblis sebagai makhluk terlaknat.
Sungguh masih banyak kisah kisah penuh hikmah yang memberikan pesan agar kita melepas diri dari rasa sombong. Kesombongan akan menjadikan seseorang hina dimata orang lain dan dimata Allah SWT. Semoga kita semua mampu menahan dan menghapus kesombongan yang bergejolak di dalam dada. Amin. (*)