Dunia sekarang mengalami berbagai rentetan waktu sejarah. Peradaban mencatat sebuah kerajaan atau negara, atau sebuah dinasti dan lainnya menjadi maju karena penghargaan yang tinggi terhadap Guru.
Kita sebut peradaban awal ke-3 Hijriah, era sebelumnya yakni era Umayyah peradaban ilmu berkembang tapi tidak sehebat era Abassiyah. Di era Umayyah politisi menjadi primadona, atau era tersebut orang menyebutnya Khalifah. Suasana ini membuat ulama seperti Hasan Al Basri menginginkan semacam hidupnya ilmu kembali. Ulama menjadi dihormati.
Alhamdulillah, era Abassiyah, sebuah era paska Umayyah banyak khalifah yang menempatkan ulama dengan penghargaan yang tinggi. Sehingga perkembangan ilmu sangat pesat pada saat itu, seperti lahirnya para Fuqohaa seperti Imam Syafii, Imam Ahmad, dan lain sebagainya.
Problem Indonesia dari periode pemerintahan ke pemerintahan sama yakni peningkatan SDM, dan kunci ini ada pada Guru. Hari ini, guru masih meributkan kesejahteraan, administrasi untuk sertifikasi, tunjangan, PPPK dan menjadi ASN, dan itupun kuotanya sangat terbatas dan sangat sulit. Tapi di belahan profesi yang lain ratusan politisi mobilnya saja minimal Innova Reborn, atau kalo sudah di level pusat minimal ya Pajero. Artinya sederhana penulis mengambil sebuah konklusi. Jika Indonesia ingin maju, Guru harus diberi penghargaan setinggi-tingginya. Paling tidak kesejahteraannya sama kaya politisi kalo tidak bisa lebih. (Penulis: Kamas Wahyu Amboro, Akademisi, Aktivis, Pengamat)