Kajian

HATUR NUHUN KANG EMIL

Bahagia dan gembira itu berbatas tipis. Jika orang gembira bisa jadi dia juga bahagia. Jika hatinya bahagia insaallah wajahnya pun akan tampak ceria, sumringah ketawa ketiwi. Hari hari ini saya sedang merasakan hal itu.

Saya boleh mewakili perasaan teman teman wartawan lalu bilang terima kasih, hatur nuhun, jazaakumallah kepada Gubernur Jawa Barat bapak Ridwan Kamil.

Beberapa hari yang lalu kang Emil menyampaikan niat dan dukungannya untuk membangun perumahan untuk para wartawan. Ini sebuah langkah bijak yang terpuji. Insyaallah pula menuai pahala ilahyrobby.

Wartawan memang harus dibantu kang Emil. Terlebih untuk kebutuhan yang primary seperti memiliki sebuah rumah. Itu asa yang sangat kuat tetapi memberi beban yang sangat berat.

Kehidupan wartawan itu secara umum memang tidak gemerlap. Tak ada harta berlebih hasil dari bekerja  menjajakan khabar kepada orang banyak. Mungkin pengaruh kesejarahan.

Jurnalistik nasional ini lahir bersama keinginan banyak orang untuk membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan. Adalah Djokomono Tirto Adhi Soerjo seorang wartawan yang boleh dinobatkan sebagai pelopor jurnalis pribumi.Sekaligus pelopor wartawan perjuangan.TAS awalnya mahasiswa kedokteran di STOVIA  tapi lebih tertarik pada pekerjaan kewartawanan.

Awalnya ia bekerja sebagai koresponden koran kolonial Hindia Olland Ia tak mendapat gaji disana kecuali selembar koran gratis. Lalu ia mendirikan koran sendiri bernama “Medan Prijaji”.

Koran ini dimaksudkan sebagai media warga pribumi untuk mendukung perjuangan mencapai kemerdekaan. Oleh kerena itu pemberitaan Medan Prijaji selalu menohok kebijakan dan perilaku pemerintah kolonial yang dianggap menindas bangsa pribumi. Akibatnya TAS ditangkap dan diadili.

Setelah berhenti terbitnya MP, ia lalu menerbitkan Sunda Berita. Modal penerbitan itu diperoleh dari bantuan dari bupati Cianjur RAA Prawiradiredja.

Soenda Berita just the samé, sarua wae , sami mawon , dengan Medan Prijaji, nyerang pemerintah kolonial terus. Akibatnya ia ditangkap lagi. Putusan pengadilan ia dibuang ke pulau Bacan.

TAS meninggal di Jakarta sepulang dari pembuangan. Jangan tanya gelar dokter nya. Itu mah “Gatot”. Gagal total. Hartanya saja habis disita untuk bayar denda perkara.

Mantan kepala Litbang Kompas Daniel Dakedae sangat kagum pada TAS. Ia mengaku kalau punya banyak duit akan mendirikan yayasan TIRTO ADHI SOERJO AWARD. Kritis wartawan ternyata tak sebatas kepada pemerintah jajahan.

Kepada pemerintah sendiri mereka tak putus putusnya cerewet. Wartawan Muhtar Lubis ditangkap gara gara menulis tentang bung Karno. Dalam koranya Indonesia Raya Muhtar menulis bahwa bung Karno harus bertanggung jawab atas kematian rakyat semasa penjajahan Jepang.

Saya harus menyampaikan kepada kang Emil bahwa tidak ada wartawan yang menjadi kaya kerena pekerjaannya mencari menulis dan menjual berita.

Mungkin hanya ada satu dua saja. Saya suka becanda, mereka itu kecelakaan. Gak sengaja ketabrak harta. Dalam literacy saya hanya ada 3 orang saja yang jadi kaya kerena profesinya. Yacob Utama, Dahlan Iskan dan Harmoko.

Ada sih wartawan lain yang menjadi kaya, tapi mereka jadi berpunya setelah pindah profesi. Ada yang jadi pengusaha, politikus atau pejabat negara.Ada yang jadi Dubes atau menteri. Tahun 1955 bung Karno mengangkat sekitar 15 wartawan menjadi Dubes dan Menteri.

Ada yang menyebut baik hatinya Presiden’ pertama itu sesungguhnya hanya sebagai politik taktis saja. Dia (Soekarno,) akan menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Maka sejumlah wartawan dicoba tuttup mulut dengan diberikan jabatan.

Mungkin saja jabatan itu memberi mereka kekayaan. Tapi sekali lagi kang Emil secara umum wartawan itu tak ada yang kaya. Saya gak berani bilang berada dibawah garis kemiskinan. Takut ditimpuk teman. Kan gengsi harus tetap dijaga. Aurat jangan dibuka. Malu hehehe.

Mungkin dikota kota besar bisa diangun komplek perumahan wartawan. Di Bandung sudah ada dua. Di Cirebon, Bogor, Karawang atau kota lain bisa dibangun kompleks wartawan khusus. Tapi di kota kecil bantuan cukup diberikan untuk DP plus separuh cicilan misalnya.

Di Bandung sudah ads dua. Di Buahbatu dan Bale Endah. Yang di Buahbatu tanahnya pemberian pak Idji Hatadji Direktur CV HARUMAN. Yang Bale Endah tanahnya diberi bupati Bandung pak lili Sumantri.

Pernah terjadi masalah dengan proses pemilikan lahan kompleks Buahbatu. Terkatung bertahun tahun. Pasalnya tak ada bukti tentang pemberian tanah itu.

Saya tahu kerena kebetulan ikut terlibat penyelesaian sertifikat tanah itu. Waktu itu antara tahun 1977 sampai 1980 saya kebetulan duduk sebagai wakil ketua Yakeswari Jawa Barat. Bersama ketua H. Cece Padma pernah menemui gubernur H.Aang Kunaefi, Kepala Dinas Agaria (BPN) Jabar dan kotamadya Bandung.

Alhamdulillah masalah itu terselesaikan. Kalau gak salah tahun 1979. Saya ceritakan ini sekedar fakta buat kang Emil dan jajaran nya bahwa wartawan itu memang sangat butuh bantuan. Tetutama untuk rumah tempat mereka sekeluarga berteduh. Hatur nuhun, jazaakumallah, terimakasih , thank you, arigatogozaimashita,cie cie, Kang Emil. ***