Kabupaten Bandung (Aswajanews.Id) – Warga RT 02/RW 13 Desa Tegalluar, Kecamatan Bojongsoang, tengah dilanda keresahan akibat menumpuknya sampah di area bekas penampungan limbah. Lahan yang seharusnya berfungsi sebagai tanah pengairan untuk irigasi pertanian itu kini berubah menjadi tempat pembuangan liar yang menimbulkan bau menyengat dan mencemari lingkungan sekitar.
Tumpukan sampah yang terus bertambah tidak hanya merusak pemandangan dan kenyamanan warga, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran serius terhadap dampak kesehatan masyarakat. Saluran air yang semestinya mengalir ke sawah warga diduga telah tercemar akibat aliran limbah serta sampah organik yang membusuk.
”Kami sudah berulang kali menyampaikan keluhan ke pemerintah desa, tapi belum ada tindakan nyata. Sampah ini bukan sekadar kotoran, tapi sudah ancaman bagi kesehatan dan irigasi sawah warga,” ujar salah satu perwakilan warga RT 02 yang meminta agar pemerintah turun langsung meninjau lokasi.
Warga menilai kondisi tersebut mencerminkan lemahnya pengawasan lingkungan dan tata kelola wilayah, khususnya terhadap lahan pengairan yang rentan disalahgunakan. Mereka mendesak agar pihak Kecamatan Bojongsoang, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung, serta Balai Pengairan segera melakukan penertiban dan memulihkan fungsi lahan sesuai peruntukannya.
Selain penanganan darurat berupa pembersihan dan pengangkutan sampah, masyarakat juga meminta adanya tindakan hukum terhadap pihak-pihak yang membuang limbah secara ilegal di lokasi tersebut.
“Kalau tidak segera ditindak, lama-lama lokasi ini bisa jadi tempat pembuangan liar permanen. Kami tidak mau Desa Tegalluar dikenal karena sampahnya,” keluh seorang warga lainnya.
Sebelumnya, lahan tersebut sempat digunakan sebagai lokasi pengumpulan limbah restoran. Berdasarkan pantauan di lapangan, limbah plastik memang dikumpulkan untuk dijual kembali, namun sisa sampah organik dan non-plastik dibiarkan menumpuk selama berbulan-bulan tanpa pengangkutan maupun pengelolaan lebih lanjut.
Akibatnya, area tersebut kini menimbulkan bau menyengat dan diduga menjadi sarang penyakit serta tempat berkembangbiaknya tikus. Warga berharap agar pemerintah desa, RT/RW, dan instansi terkait segera turun tangan untuk membersihkan dan menertibkan area yang tercemar itu.
Kasus ini memperlihatkan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah, aparat pengawas lingkungan, dan partisipasi masyarakat dalam menegakkan aturan pengelolaan sampah. Tegalluar, yang selama ini dikenal sebagai kawasan pengairan produktif, kini menghadapi ancaman pencemaran yang berpotensi berdampak jangka panjang terhadap ketahanan pangan dan kesehatan warga sekitar. (Redaksi)
Eksplorasi konten lain dari aswajanews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.