SUBANG (Aswajanews.id) – Sekolah merupakan tempat menimba ilmu bagi anak-anak agar menjadi anak yang pintar dan cerdas. Namun sangat disayangkan anak-anak yang seharusnya mendapat pembelajaran dari para guru sesuai standar pendidikan nasional, masih ada dugaan Kepsek yang mengeksploitasi anak di sekolah.
Menurut informasi, di Komplek SDN Sukamenak Subang siswa dari keluarga kurang mampu oleh oknum kepala sekolah (Kasek) disuruh menjajakan dagangan kepada teman-temannya di sekolah. Dengan kondisi tersebut anak secara psikis merasa tertekan. Salah satunya adalah (Al), murid orang kurang mampu yang diduga jadi korban Eksploitasi anak.
Saat dikonfirmasi awak media, Kepsek SDN H Juanda, Ibu Leli membenarkan itu murid kami orang tuanya tidak mampu.
Menanggapi andanya dugaan eksploitasi anak tersebut awak media mendatangi salah satu pengawas di Korwil Kecataman Subang. Heri menyebut terkait masalah itu diserahkan kepada komite sekolah bersangkutan dan RT RW setempat.
Sementara dari pihak orangtua murid saat diminta tanggapan, banyak yang tidak setuju dengan adanya anak yang disuruh berjualan di komplek sekolah yang notabene tempat menimba ilmu bukan untuk bisnis. Kejadian ini sangat disayangkan beberapa orangtua murid yang mengaku prihatin.
Sementara salah satu wartawan senior Subang turut angkat bicara. Kemelut ricuhnya sebagian orangtua murid tidak terima bahwa anak-anaknya berangkat dari rumah untuk belajar menimba ilmu di sekolah, malah disuruh menjajakan dagangan guru dan kepala sekolah. Sampai diasongkan ke teman-temannya.
“Menurut saya ini kurang baik dan tidak mendidik anak anak yang tugasnya belajar bukan untuk bisnis apalagi disuruh-suruh oknum pendidik guru atau siapapun ini sudah melanggar etika dan psikologi anak yang nantinya mereka akan malas belajar ini berbahaya,” ungkap Iwan.
Iwan menambahkan, apalagi kalau ada duga ancaman jika anak tidak mengikuti permintaan kepala sekolah atau guru akan dikurangi nilainya. Adanya ungkapan-ungkapan seperti itu jelas sudah keluar dari aturan Sisdiknas menakut-nakuti anak ini akan menimbulkan trauma bagi anak. Dengan adanya tekanan mau tidak mau anak-anak akan menuruti perintah oknum guru dan kepsek walaupun berjualannya di jam istirahat.
“Saya minta apapun itu alasannya kembalikan sekolah kepada jati dirinya sebagai lembaga pendidikan jangan ada lagi kejadian serupa di sekolah lain. Jangan sampai anak anak di-eksploitasi guna mengeruk keuntungan segelintir orang jangan ada bisnis bisnisan di sekolah ini sudah keluar dari koridor sebagai tempat menimba ilmu,” tegasnya.
Selain itu adanya komite sekolah jangan dimanfaatkan untuk pembenaran ketika ada permasalahan di sekolah Seolah-olah kebijakan kepala sekolah telah mendapat persetujuan orangtua murid yang disahkan komite.
“Keberadaan komite dan gugus K3S pengawas di korwil kecamatan Subang harus lebih bijak ketika ada persoalan harus cepat tanggap jangan diam agar tidak menimbulkan permasalahan. Bagaimana tupoksinya harus dijalankan dengan benar guru sebagai pengajar dan murid berhak mendapatkan pembelajaran ilmu dari guru,” pungkas Iwan. *(Handi)