Pesantren

DAHSYATNYA DERMAWAN

BREBES, Senin 15 Agustus 2022. Kegiatan istighosah rutinan setiap malam selasa bersama K.H. Subhan Ma’mun pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah yang biasa penulis menyebutnya majlis dzikir aurad Alamnasroh.

Kegiatan istighosah saat ini, bertempat di rumah H. Imam Nawawi Kluwut. Sekaligus sebagai acara tasyakuran  sepulang melaksanakan ibadah haji.

Bersyukur bisa memenuhi panggilan Allah SWT. Berangkat dan pulang dalam kondisi sehat. Setelah dua tahun masyarakat tidak bisa melaksanakan ibadah haji, kerena faktor wabah penyakit yang merusak semua tatanan, termasuk di dalamnya pelaksanaan ibadah haji.

Dalam sambutan Shohibul bait. Ustadz H. Imam Nawawi, mengucapkan terimakasih atas berkenannya para jamaah hadir di rumah kami, dan permohonan maaf kepada K.H. Subhan Ma’mun  saat dirinya mengisi pengajian di mushola Ambari Luwungragi beberapa tahun yang lalu karena ketidaktahuan bahwa di Luwungragi tempat K.H. Subhan Ma’mun tinggal.

KH Subhan Ma’mun, Rois Suriah PBNU, Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi Bulakamba Brebes, Jawa Tengah

Kalau saat itu saya tahu. Saya tidak berani dan mau mengisi pengajian serta dipastikan menolaknya. Karena kondisi sebagai pendatang baru yang belum tahu wilayah dan santri yang baru berdakwah di tempat tinggalnya. Sehingga terpaksa mau mengisi pengajian.

Rutinan malam selasa di samping acara dzikir bersama, juga sebagai wadah koordinasi panitia pembangunan Pondok Pesantren Assalafiyah yang ada di Luwungragi, Brebes, Klampok, Songgom dan Kaligangsa.

Tidak bisa dipungkiri bagi penulis sendiri, acara istighosah yang dinanti lagi adalah  tausiyah dari K.H. Subhan Ma’mun sebagai penambah spirit rukhiyah tersendiri bagi semua yang ikut istighosah. Termasuk diri penulis yang sangat memerlukan siraman kesejukan dan semangat untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.

K.H. Subhan Ma’mun dalam nasehatnya kepada para panitia pembangunan yang hadir, yang dapat penulis catat adalah sebagai berikut.

Pertama, beliau bicara tentang ibadah maliyah dan badaniyah. Ibadah maliyah merupakan ibadah yang didasari oleh kemampuan harta benda yang dimiliki. Aktivitas ibadah yang memerlukan adanya pendukung finansial yang dimiliki dalam menjalankanya seperti menjalankan ibadah haji, memberi wakaf, melakukan infak, zakat dan shodakoh. Maka ibadah tersebut dapat diwakilkan atau dibadalkan. Sedangkan ibadah badaniyah yang berhubungan diri dengan Allah SWT. tanpa memerlukan ongkos atau uang sebagai bekal atau alat maka tidak bisa diwakilkan, seperti sholat.

Beliau mendoakan kepada tuan rumah Ustadz H. Imam Nawawi yang baru saja melaksanakan ibadah haji. Semoga Haji yang beliau laksanakan mendapatkan predikat haji mabrur. Aamiiin.

Kedua, K.H Subhan Ma’mun menasehati pada peserta istighosah yang hadir agar menjadi orang yang ikhlas dalam melakukan sesuatu. Sebagaimana cerita wali Allah yang bernama Syaikh Shibkhi ketika beliau sudah mati. Ada salah satu sahabatnya bermimpi dengan beliau. Kemudian bertanya? “Apakah anda sudah bertemu Allah?”

Syaikh Shibky bercerita tentang dirinya yang diampuni dosanya bukan karena haji dan sholatnya. Tetapi karena keikhlasan dalam beramal.

Pernah suatu saat beliau (Syaikh) sedang berjalan tiba-tiba melihat kucing yang kedinginan. Maka diambilah dan dimasukan dalam baju beliau dan diberi selimut.

Keikhlasan dalam menolong menjadi sebab diampuni dosa beliau. Ditambah sifat kasih sayang yang dimiliki oleh Syaikh Shibki dalam menolong makhluknya Allah SWT agar tidak kedinginan.

Ketiga, ada cerita yang patut diambil dari kisah sosok almarhum K.H. Dimyati Rois Kaliwungu. Suatu saat K.H. Dimyati atau yang lebih akrab di panggil Mbah Dim, ketika melihat putranya Gus Alam yang sedang membunuh klabang. Kemudian beliau melarangnya. Walaupun Gus Alam beralasan khawatir nanti akan membahayakan orang banyak. Tetap saja Mbah Dim melarangnya.

Menurut K.H. Subhan Ma’mun, Mbah Dimyati merupakan sosok kyai yang tidak permah membunuh makhluk ciptaan Allah SWT, termasuk makhluk yang namanya nyamuk.

K.H. Subhan Ma’mun menegaskan kelak dalam peradilan Allah SWT. Semua makhluk yang dibunuh oleh siapapun akan mengadu pada Allah SWT, dan berdiri di depan pintu surga, melarang para pembunuh untuk masuk surga sebelum diadili.

Pada kejadian lain, Pernah pada suatu saat K.H. Subhan Ma’mun mengaji kitab Tafsir dengan Mbah Dimyati dan beliau menganggap apa yang ditafsiri beliau dengan yang di bacakan oleh Mbah Dimyati sama. Sehingga beliau memutuskan untuk pulang. Hanya ikut pasaran beberapa hari saja. Namun ketika pulang melangkahkan kaki menuju jalan utama, tiba-tiba di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan Mbah Dimyati dan ditanya mau kemana?.

Dengan sapaan dari Mbah Dimyati tersebut, K.H.  Subhan Ma’mun mengurungkan untuk pulang dan kembali ke pondok.

Anehnya saat sampai di Pondok, ternyata Mbah Dimyati sedang mengajar.  K.H. Subhan Ma’mun pun bertanya sendiri, “Lalu siapa yang menegurnya di jalan?” Wallahu ‘alam bishowab.

Kejadian ini terjadi sekitar pada tahun 1980 an,  saat itu K.H. Subhan berumur sekitar 21 tahun.

Ada lagi pada tahun 1984, kejadian yang ketiga Mbah Dimyati memanggil Gus-Gus yang sedang duduk di pondok. Semua Gus-Gus disitu menengok kecuali K.H  Subhan Ma’mun.

Namun ketika panggilan dengan sebutan Gus Humaid (nama kecil.K.H  Subhan) baru K.H.  Subhan Ma’mun menrngok. Dan ternyata K.H. Subhan Ma’mun mendaptkan amanat untuk menggantikan beliau mengajar para santri. Saat itu Mbah Dimyati mau menghadiri muktamar NU di Situbondo.

Ada lagi saat K.H. Subhan Ma’mun diajak jalan-jalan, pada saat itu berjalan kaki mendampingi Mbah Dimyati Rois. Tiba-tiba Mbah Dimyati Rois menyuruh K.H. Subhan Ma’mun untuk berhenti dan beristirahat sebentar, kemudian menyuruh K.H. Subhan Ma’mun untuk berdoa. Dan Alhamdulillah tanah yang dulu menjadi tempat berdoa sekarang sudah milik Pondok Pesantren Mbah Dimyati.

Pada tahun 2011 ada keponakan K.H. Subhan Ma’mun yang bernama Udin bercerita,  bahwa santri yang ikut pasaran ngaji di bulan Ramdhan, pada Mbah Dimyati Rois, yang berjumlah sekitar 300 orang mendapatkan makan gratis.

Mendengar cerita tersebut, pada tahun 2012 K.H. Subhan Ma’mun meniru apa yang dilakukan oleh Mbah Dimyati Rois. Santri yang mengaji pasaran pada bulan Ramadhan selama 20 hari mendapatkan gratis makan saat buka puasa dari K.H. Subhan Ma’mun.

Ta’jil untuk santri oleh K.H. Subhan Ma’mun selaku pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah, saat mengikuti ngaji pasaran, diperkirakan hanya mengahabiskan dana sekitar Empat Juta Rupiah, dan tanpa menunggu lama K.H. Subhan Ma’mun mendapatkan balasan dari Allah SWT, Mendapatkan uang dari seseorang sebesar Dua Puluh Lima Juta Rupiah.

Pada tahun berikutnya, setelah mau selesai mengaji pasaran di Bulan Ramadhan selama Dua Puluh hari, K.H. Subhan Ma’mun mendapatkan wakaf sebidang tanah dari H Wardoni, yang sekarang dibangun Pondok Pesantren Assalafiyah II.

Memberikan makan gratis pada santri yang ikut ngaji di Bulan Ramadhan dari tahun 2012 sampai sekarang masih beliau lakukan. Menurut K.H. Subhan Ma’mun di setiap Bulan Ramadhan beliau menghabiskan sekitar 2 Ton beras.

Alhasil pengembangan dan pembangunan pondokpun terus berjalan. Baik Pondok Pesantren Assalafiyah 1 sampai dengan Assalafiyah 5.

Menurut K.H. Subhan Ma’mun sodakoh itu sangat luar biasa. Dengan shodakoh akan diselamatkan dari malapetaka dan dimudahkan urusan dunia dan keselamatan akhirat.

Sebagai catatan kecil dari intisari yang dapat penulis ambil, bahwa dermawan atau loman dapat menjadi senjata untuk menjadi manusia sukses dan selamat.

Dermawan adalah mereka yang iklas memberi, menolong atau rela berkorban di jalan Allah baik dengan harta bahkan dengan jiwa dan raganya baik berupa berbentuk uluran tangan untuk bersedekah, infak, zakat, dan sebagainya.

Semoga Allah SWT, Memberikan umur panjang pada K.H. Subhan Ma’mun dan sehat selalu, agar beliau dapat membimbing para santri dan pembaca budiman, Aamiiin. #lukmanrandusanga #ngajikarokangkaji