Beranda Nasional Ekonomi, Bisnis dan UMKM Tradisi Mapag Sri di Desa Beduyut: Wujud Syukur Petani Indramayu atas Panen...

Tradisi Mapag Sri di Desa Beduyut: Wujud Syukur Petani Indramayu atas Panen Melimpah

93

INDRAMAYU (Aswajanews.id) – Sebagai bentuk pelestarian budaya lokal sekaligus penguatan semangat para petani menjelang musim panen, Kecamatan Bangodua, Kabupaten Indramayu menggelar Tradisi Mapag Sri yang dipusatkan di Balai Desa Beduyut, Selasa (24/06/2025).

Tradisi tahunan ini dirangkaikan dengan pertunjukan wayang kulit semalam suntuk, yang menyisipkan pesan moral, nilai-nilai agraris, dan edukasi sosial. Masyarakat Beduyut menyambut Mapag Sri dengan antusias sebagai wujud rasa syukur atas hasil panen padi yang melimpah.

Makna Mapag Sri

Secara etimologis, Mapag Sri berasal dari bahasa Jawa halus yang berarti “menjemput padi.” Mapag berarti menjemput, dan Sri dimaknai sebagai simbol padi atau Dewi Padi. Tradisi ini dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas datangnya musim panen yang menggembirakan.

Dalam prosesi adat, warga membawa berbagai hasil bumi dan tumpeng untuk dikumpulkan di balai desa. Kemudian digelar doa bersama dan syukuran yang dipimpin tokoh masyarakat setempat.

Pertunjukan Wayang Kulit

Sebagai bagian dari perayaan, digelar pertunjukan Wayang Kulit Langen Budaya semalam suntuk, menampilkan dalang H. Rusdi dan sinden Hj. Itih S dari Celeng, Kecamatan Lohbener, Indramayu. Pertunjukan ini sekaligus menjadi media pelestarian seni tradisional yang mulai tergerus zaman.

Pernyataan Kuwu dan Camat

Kuwu Desa Beduyut, Tabroni, menjelaskan bahwa Tradisi Mapag Sri sudah menjadi agenda rutin tahunan. “Ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan upaya melestarikan warisan budaya leluhur. Sebelum pertunjukan wayang, masyarakat juga menggelar tahlil di balai desa,” jelasnya.

Ia juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh elemen masyarakat yang telah berpartisipasi. “Alhamdulillah, kegiatan berjalan aman dan lancar,” imbuhnya.

Sementara itu, Camat Bangodua, H. Raden Mas Wahyu Adhiwijaya, S.STP., M.Si., dalam sambutannya memberikan apresiasi tinggi atas pelestarian budaya tersebut.

“Tradisi Mapag Sri bukan hanya seremoni, tetapi juga bentuk syukur atas limpahan berkah dan rejeki dari Allah SWT. Ini pengingat agar kita lebih peduli dan menjaga budaya warisan leluhur,” ujarnya.

Ia juga berharap tradisi ini menjadi momentum doa bersama agar masyarakat terbebas dari segala bencana dan hasil panen semakin melimpah.

Tokoh dan Pejabat Hadir

Acara tersebut turut dihadiri sejumlah pejabat dan tokoh penting, di antaranya:

  • Kapolsek Tukdana Iptu Junata Tisna Sanjaya, S.H.
  • Danramil 1606/Tukdana, Letnan Satu Inf Rokib
  • Kasi Trantib Kecamatan Bangodua, Eko Febiyanto, S.IP
  • Kuwu dari berbagai desa: Agus Syafrudin (Bangodua), Tarsono, ST (Wanasari), H. M. Mansur (Rancasari), dan Kasnita (Mulyasari)
  • Tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh pemuda, tokoh agama, Ketua RT, RW, BPD, LPM, serta ibu-ibu PKK Desa Beduyut. Kegiatan ini diharapkan terus menjadi tradisi yang mempererat kebersamaan masyarakat sekaligus menjaga warisan budaya leluhur.

(Prapto / Herman Tongol)


Eksplorasi konten lain dari aswajanews

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.