Pesantren

Sudah Dua Puluh Dua Tahun Ngaji Kitab Tafsir Ibnu Katsir

LUWUNGRAGI BREBES (Aswajanews.id) – Mengaji setiap Jumat pukul 16.00 WIB di Masjid Istiqomah Luwungragi dengan kitab yang dikaji Tafsir Ibnu Katsir, disampaikan oleh K.H. Subhan Ma’mun pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi Bulakamba Brebes.

Menurut K.H. Subhan Ma’mun, selaku pengasuh dan pembaca kitab Tafsir Ibnu Katsir mengatakan, “Tak terasa sudah 22 tahun ngaji kitab Tafsir Ibnu Katsir pada hari Jum’at ini, bisa menghatamkan jilid satu. Dan insyaAllah Jum’at depan (28/10/2022) mulai jilid dua. Namun sebelum mengaji, akan ada acara khataman terlebih dahulu,” kata K.H. Subhan Ma’mun. Hal ini dilakukan sebagai bentuk syukuran dapat menghatamkan satu jilid, dari ngaji tafsir yang berjumlah empat jilid.

K.H. Subhan Ma’mun, sebelum menutup ngaji Kitab Tafsir Ibnu Katsir, beliau menceritakan kembali, tentang awal dimulainya mengaji.

Sebelum memulai membuka pengajian Ibnu Katsir, K.H. Subhan Ma’mun bermimpi bertemu dengan K.H. Ma’mun orang tua beliau. Dalam mimpinya K.H. Subhan Ma’mun disuruh untuk sowan kepada K.H. Dimyati Amin di Pandeglang Banten.

Mengenal K.H. Dimyathi Amin lebih jauh, beliau memiliki nama lengkap Abuya Muhammad Dimyathi bin Muhammad Amin Al-Bantani atau dikenal dengan Abuya Dimyathi atau Mbah Dim (7/2/1930 -3/10/2003), beliau merupakan seorang ulama kharismatik dari Banten yang juga dikenal sebagai ulama Tasawuf. Dari sentuhan bimbingan beliau, banyak melahirkan santri-santri yang hebat.

Singkat cerita ketika K.H. Subhan Ma’mun sampai di rumah Mbah Dimyati dan memyampaikan niatnya untuk belajar bersama beliau. Mbah Dimyati tidak langsung menerimanya. Melainkan menyuruh salah satu santrinya untuk menghantarkan K.H. Subhan Ma’mun berziarah ke makam Mbah Hasanuddin Banten.

Mbah Hasanuddin atau Maulana Hasanuddin adalah putra dari Syarif Hidayatullah yang dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati. Mbah Hasanuddin diberi gelar Pangeran Sabakingkin oleh kakeknya Prabu Surosowan Bupati Banten. Mbah Hasanuddin dikenal pada jamannya merupakan pelopor syiar islam di daerah Banten.

Pada saat berangkat ziarah, semua keperluan, baik transpotasi maupun  kebutuhan yang lainya sudah disediakan oleh Mbah Dimyathi  dan diantar oleh santri beliau. Sehingga K.H. Subhan Ma’mun tidak mengeluarkan sepeser uang sama sekali.

Setelah selesai ziarah, K.H. Subhan Ma’mun kembali ke Mbah  Dimyati untuk menyampaikan niat awal dari rumah untuk mengaji. Tetapi yang disampaikan Mbah Dimyati berbeda dari keinginan K.H. Subhan Ma’mun agar diterima menjadi santri dan mendapat sanad keilmuan dari beliau.

K.H. Subhan Ma’mun tidak menjadi santri mbah Dimyati tetapi mendapat restu untuk membuka pengajian kitab Tafsir Ibnu katsir.  Sehingga restu tersebut membuat K.H. Subhan Ma’mun berani dan semakin yakin untuk mengkaji kitab Tafsir Ibnu Katsir tersebut.

Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan umur panjang kepada K.H. Subhan Ma’mun  untuk selalu dapat membimbing dan mengajar  para santri beliau dan masyarakat yang ingin mendapatkan pencerahan dan keilmuan dari guru kita semua. Aamiin.

Lukman Randusanga, Selasa (25/10/2022)