Oleh : Kyai Abdul Rahman (Ketua DPW FKDT Jawa Tengah)
Riyadloh atau olah ruhani menjadi tradisi santri saat dirinya menimba pengetahuan di Pesantren, kendatipun masih ada yang menjalani riyadloh saat sudah di rumah. Semuanya dilakukan dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Alloh melalui ijazah yang bersanad. Lebih dari itu riyadloh tersebut memiliki manfaat yang sangat baik secara fisik maupun ruhani.
Bagi seorang guru Madin riyadloh (olah ruhani/batin) menjadi sangat penting. Hal tersebut karena guru Madin lebih dari sekedar mengajarkan ilmu pengetahuan,namun fungsi tarbiyah ruhani melekat pada guru Madin. Bukan hanya kompetensi pedagogik yang dimiliki, namun kompetensi ruhani sebagai daya dukung yang utama yang dapat menjadi santri memiliki keunggulan dalam konteks kecerdasan . Disinilah perbedaan antara guru pada lembaga pendidikan formal dengan guru di lingkungan MDT.
Sebagai pendidik pada lingkungan MDT sangat terkait dengan tradisi Pesantren. MDT lahir dari rahim Pesantren, karena pendidinya mayoritas pernah mondok. Lebih dari itu kurikulum dan proses pembelajarannya juga banyak mengadopsi ala Pesantren. Sehingga MDT bisa dikatakan Pesantren untuk peserta didik (murid/santri) yang tidak mukim. Disamping itu sebagian besar santri yang mondok saat di rumahnya mengenyam pendidikan MDT (dulu disebut dengan sekolah Arab).
Keterkaitan dengan tradisi Pesantren yang berhubungan dengan pendidik (Ustadz) pada dimensi ruhani dalam bentuk riyadloh sangat berpengaruh terhadap perkembangan santri MDT. Dawuh beberapa Kyai Pengasuh Pesantren, ilmu yang diriyadloi (ditirakati) berbeda dengan yang hanya sekedar transfer pengetahuan. Oleh karena itu kita mengenal ” kecerdasan spritual ” yang dihasilkan melalui proses riyadloh (olah ruhani).
Kecerdasan spritual tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan karakter sebagai amanat tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu MDT menjadi garda terdepan dalam menanamkan pendidikan karakter untuk generasi masa depan. Oleh karena itu Ustadz (guru) di MDT dengan fungsi Murobbi Ruh menjadi kekuatan secara khusus dimiliki oleh guru yang riyadloh. Dengan riyadloh maka atsar (efek) pengetahuan yang ditularkan akan berpengaruh terhadap karakter peserta didik (santri). Mendidik (tarbiyah) yang diimbangi dengan riyadloh akan mewujudkan ta’dib yang berimbas kepada kecerdasan hati.
Banyak varian riyadloh yang dilakukan oleh guru MDT,mulai dari puasa Senin Kamis, puasa Dalail, membaca aurad2, serta amalan tarekat yang secara geneologis memiliki sanad yang bersambung (mutasil) dengan sohibul ijazah. Menurut Imam Ghazali, riyadloh dapat ditempuh dengan empat cara, sedikit makan dan minum, diam dari pembicaraan yang tidak berfaedah, mengurangi tidur dan bersikap bijak kepada orang-orang yang menyakiti dirinya.
Riyadloh (olah batin) yang dilakukan oleh seorang pendidik (Ustadz Madin) dengan berbagai variannya bertujuan untuk mewujudkan murid (santri)
yang unggul dari semua sisi (memiliki kecerdasan intelektual,spiritual dan emosional). Dengan keunggulan tersebut lulus MDT akan menjadi orang yang sukses dunia dan akherat. Keseimbangan tiga kecerdasan tersebut menjadi pondasi dalam mengarungi kehidupan yang dihadapkan dengan perkembangan zaman. *(Red)