BREBES (Aswajanews.id) – “Sebagai pengurus NU memiliki amanat untuk melestarikan, mempertahankan dan mengembangkan ajaran Islam Ahlussunah wal jamaah. Untuk melaksanakan amanah tersebut pengurus memiliki program kegiatan yang rutin diikuti oleh warga NU. Termasuk kegiatan hari ini, rutinan Ahad Manis yang menjadi program MWC NU Wanasari merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memelihara ajaran Aswaja. Oleh karena itu sangat penting bagi semua pengurus ranting untuk bersama sama menggerakkan kegiatan Ahad manis,” kata Akhmad Sururi saat memberikan sambutan dalam kegiatan rutinan Ahad Manis di masjid Jami Baitul Muslimin dukuh Gamprit Tegalgandu Kec Wanasari Kab Brebes.
Sururi berharap semua pengurus ranting agar bisa mengajak warga NU diwilayahnya untuk bersama hadir dalam kegiatan yang dilaksanakan setiap Ahad Manis. Semua badan Otonom di lingkungan NU ranting juga diharapkan bisa hadir dalam kegiatan yang berlangsung selapanan. Tentu kehadiran kita bersama dalam mujahadah ini akan menjadikan kita semua memiliki pergerakan secara ruhani.
“Nahdlatul Ulama yang diambil dari kitab Hikam sesungguhnya berporos pada kebangkitan ruhani untuk berdzikir. Mengutip tulisannya Gus Dur dalam bukunya, Nahdlatul Ulama, terinspirasi dari kalimat dalam Hikam yang artinya, jangan bersahabat bersama dengan orang yang hatinya tidak menggerakkan ingat kepada Alloh. Ini artinya bahwa NU tidak lepas dari mujahadah yang menjadi ritual untuk mengosongkan hati agar selalu ingat kepada Allah,” lanjut alumni Lirboyo.
Sekretaris MWCNU Wanasari menegaskan bahwa tiga pilar Aswaja yang meliputi keimanan atau tauhid, fiqih dan akhlak atau tasawuf menjadi satu kesatuan utuh yang harus terinternalisasi dalan diri seorang nahdliyyin. Sehingga kita semua menjadi NU bukan hanya sebatas pakaian dhohir akan tetapi dhohir dan batin kita menjadi NU. Bukan hanya sebatas pakaian, bendera atau simbol simbol NU, namun lebih jauh agar dalam ber NU betul betul bisa mengimplementasikan tiga pilar ajaran Aswaja
Dalam kesempatan tersebut Akhmad Sururi juga berpesan kepada seluruh warga NU agar mendidik putra putrinya pada lembaga pendidikan yang sudah jelas ideologi ke NU annya. Termasuk Pondok Pesantren yang menjadi ciri khas Nahdlatul Ulama dengan kitab kuning yang diajarkan. Meskipun saat sekarang pasca terbitnya UU Pesantren banyak berdiri lembaga Pesantren, akan tetapi sebagai orang tua hendaknya bisa memilih Pondok Pesantren yang mengajarkan tradisi dan idiologi Aswaja.
“Sekali lagi mari kita bersama memperkuat dan melestarikan tradisi dan idiologi Aswaja dengan berbagai kegiatan yang melibatkan seluruh warga NU. Lailatul Ijtima di ranting ranting agar dilaksanakan secara rutin. Kegiatan lain yang mendukung kepada penguatan Aswaja agar secara rutin dilaksanakan, bisa di masjid dan mushola,” pungkas Akhmad Sururi.
Kegiatan Mujahadah Ahad Manis yang diselenggarakan pada hari Ahad, 10 Nopember 2024 dihadiri oleh Mustasyar PCNU Brebes, KH Mas Mansur Tarsudi. Usai memimpin mujahadah, KH Mansur menyampaikan pentingnya mempelajari ilmu tasawuf. Ilmu tasawuf sangat agung dan wajib dipelajari oleh setiap orang. Hadir juga dalam kegiatan tersebut, KH Sobarudin selaku Rois Syuriah dan H Tobiin, MA selaku Wakil Ketua Tanfidziah MWC NU Wanasari. *(Red/Nas)