BREBES (Aswajanews.id) – Persatuan Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Kaffah (P4SK) Kab Brebes memliki amanat untuk memperkuat tradisi pesantren salafiyah di tengah tengah masyarakat. Tradisi pesantren salafiyah menjadi bagian dari tradisi nahdlyin yang tumbuh berkembang di desa desa. Kehadiran P4SK sebagai wadah alumni lintas Pesantren bergerak untuk mengembangan dan melestarikan serta mempertahan ajaran Ahlusunan wal jama’ah. Hal ini seyampang dengan tujuan NU yang didirikan oleh para Kyai Pengasuh Pondok Pesantren. Saat sekarang berkumpul dengan pertemuan rutin sekaligus ngaji kitab Bidayatul Bidayah menjadi bagian dari menghidupkan tradisi Pesantren Salafiyah. Hal tersebut disampaikan oleh Akhama Sururi selaku Wakil Ketua P4SK Kab Brebes saat memberikan sambutan pada pertemuan rutin pada hari Ahad, 24 Agustus 2025 di mushola Baitul Mubarokah desa Tagal lurung Kec Songgom Kab Brebes.
“Kita memilki amanat untuk memperkuat tradisi pesantren melalu Madrash Diniyah dan TPQ atau TPQ serat Majlis Ta’lim. Hal ini karena sesungguhnya MDT dan TPQ ( Taman Pendidikan Qur’an ) menjadi embrio Pesantren, karena mayoritas anak yang mondok saat di rumah belajar di MDT atau TPQ. Sebagai alumni Pesantren memiliki tugas untuk mengkampanyekan Pesantren di tengah tengah masyarakat. Saat sekarang menurut infomasi di Jawa Timur ada penurunan angka santri yang masuk di beberapa Pasantren. Hai ini adabeberapa sebab, bisa karena banyak tumbuh dan berdiri pesantren baru pasca terbitanya UU Pesantren. Atau bisa jadi ada sebagian masyarakat yang kurang miant terhadap Pesantren Salaf. Ini perlu kajian bersama agar masyarakat semakin memahami posisi pesantren saat sekarang dalam konteks Pendidikan nasional. Pasca terbitnya UU Pesantren muncul program Mua’adalah yang menyetarakan lulusanPesantren Salaf dengan Pendidikan formal sesuai dengan jenjangnya. Artinya ijazah Pesantren hari ini sudah mendapat pengakuan oleh pemerintah,” kata Akhmad Sururi.
Lebih jauh Sururi mengajak kepada seluruh alumni Pesantern Salaf untuk menghidupak masjid dan mushola di lingkunganmasing masing. “ Sebagai alumni Pesantren sangat diharapak untuk bisa memberikan pencerahan keagamaan di masjid atau mushola. Jangan sampai masjid atau mushola dalam satu kampung tidak ada majlis ta’limnya. Masjid hanya untuk sholat lima waktu dan sholat jumat, sementara pengajian rutinnya kosong. Ini harus menjadi tugas kita bersama untuk bisa menghidupkan masjid dengan kegiatan pengajian,” kata Akhmad Sururi
Sebagai alumni yang pernah ngaji dengan Kyai Pesantren,menurut Akhmad Surui, kita memiliki sanad keilmuan yang bisa dipertanggungawabkan. Sanad keilmuan tersebut menjadi kekuatan ruhani kita dalam mengamalkan ilmu agama yang kita dapatkan dari Pesantren. Lain halnya dengan ilmu pengetahuan yang bersumber dari medsos, AI atau kecerdasan buatan, dan internet, tidak semuanya bisa dipertanggunjawabkan. Meskipun media tersebut bisa membantu tapi tidak seluruh bisa diandalkan dengan seutuhnya.
“Tantangan kedepan Pendidikan di Indoensia akan banyak bersentuhan dengan AI yang menjadi salah satu kurikulum Pendidikan formal. Sementara komunitas alumni Pesantren kadang masih ada yang gagap dengan teknologi dan informasi. Oleh karena itu kita tidak boleh ketinggalan, sekaligus kita harus bisa menjaga tradisi keilmuan pesantren salafiyah. Ini sangat penting, agar eksistensi alumni betul betul bisa memperkuat tradisi Pesantren Salaf. Kita meihat dengan fakta bahwa selama ini alumni Pesantren yang bisa memimpin tahlil, manakiban dan kegiatan ritual keagamaan di kampung kampung termasuk membaca kitab dengan makna ala pesanrren Salaf,” imbuh alumni Lirboyo angkatan tahun 2000.
Menanggapi hal tersebut, KH Dawud Fatoni selaku Rois Syuriyah MWC NU Kec Songgom sekaliguis alumni Pondok Pesantren Ploso mengaja seluruh alumni Pesantren untuk menjadi garda terdepan dalm berbagai kegiatan di masyarakat.
”Alumni Pesantren sesungguh memilik potensi yang banyak, mengapa kita tidak berani pasang papan nama ? Mereka yang memilki keahlian minimal saja berani pasang plang papan dijalan. Kita harus berani tampil di depan dan memiliki sikap optimis untuk meraih masa depan,” kata KH Dawud.
Kegiatan Rutin P4SK Kab Brebes yang diselenggara secara rutin juga membuka kajian kitab Bidayatul Hidayah karya Hujatul Islam Imam Ghozali. Kitab tersebut dibacakan oleh KH Itamamudin Masruri selaku Ketua P4SK Kab Brebes sakaligus Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikmah 2 Benda Sirampog. Dalam kajiannya Gus Itmam, panggilan akrab Belai membacakan tentang pintu kemasiatan yang dilakukan oleh manusia. (Red)
Eksplorasi konten lain dari aswajanews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.