Pesantren

Nasehat Kyai Jazuli Karangmalang Yang Melekang

Kyai Jazuli Karangmalang merupakan salah satu pengasuh pondok pesantren tertua yang ada di Kabupaten Brebes. Sebagaimana yang disampaikan Kiai Tohari, salah satu santri yang menjadi teman penulis ketika ngaji dengan Kiai Subhan Ma’mun di Masjid Agung Brebes dan Luwungragi.

Menurut Kyai Tohari Pondok Pesantren yang diasuh oleh Kiai Jazuli bernama APPIK (Asrama Pondok Pesantren Karangmalang) memiliki santri ribuan yang berasal dari Brebes dan luar daerah Brebes.

Kiai Toha panggil keseharian beliau, ketika bercerita pada penulis penuh semangat. Walaupun beliau sudah tidak mudah lagi.  Sosok Kiai yang lahir pada 31 Desember 1951, dari Sitanggal Larangan Brebes, dapat dikatakan sosok Kiai yang enerjik.  Diusia yang 72 tahun masih suka mengendari sepeda motor sendiri dalam setiap perjalanannya. Baik ketika mengaji bersama penulis maupun bersilaturahmi ke Cirebon dan Bumiayu.

Beliau juga masih ingat ketika menjadi Santri Kiai Jazuli saat berumur 12 – 17 Tahun. Karena beliau mondok pertama lima tahun, kemudian pindah kepondok pesantren dan kembali lagi ke Kiai Jazuli. Berarti mondok awal sekitar tahun 1960 an.

Menurut Kiai Toha, banyak asrama yang berdiri di sekeliling rumah Kiai Jazuli. dan beliau sendiri menunjukan tempat dimana dulu menjadi salah satu santrinya Kiai Jazuli.

Kenal dan berbicara dengan Kiai Toha, sangat menyengkan. Beliau memiliki prinsip hidup yang selalu bersemangat dan terlihat sehat selalu, karena beliau menerapkan prinsip hidup yang rilek, penuh humor, suka bersilaturahmi dan ziarah.

Menurut Kiai Toha, Kiai Jazuli merupan menantu dari kyai Zarkasih, sebagai pendiri awal pondok pesantren.  Kyai Jazuli asli dari Karangsuwung cirebon dan masih keturunan dari sunan Gunung Jati. Sedangkan putra Kiai Zarkasi yang ikut mempejuangkan dakwa Islam di pondok pesantren adalah Kyai Kurdi.

Beberapa nasehat dari Kiai Jazuli yang Kiai Toha sampaikan pada penulis setelah berziarah di makam Kiai Jazuli adalah :

Kiai Jazuli berpesan, kalau memiliki doa harus diamalkan, apalagi memiliki ilmu harus diamalkan pula. Sehingga doa-doa yang Kiai Tohari dapatkan dari Kiai Jazuli, sering diceritakan pada penulis saat ngaji maupun waktu saat duduk-duduk menunggu ngaji.

Kiai Jazulipun berpesan pada santrinya. Ketika bersilahturahmi dengan saudara maupun teman yang sudah berkeluarga, dan didapatkan suaminya tidak ada, maka janganlah memasuki rumahnya, nanti dikhawatirkan menimbulkan fitnah.

Kyai Jazuli kalau mengajar Alfiyah sambil tepuk tangan untuk menyemagati para santri yang sedang hafalan nadhom Alfiyah ibnu Malik. Sama seperti santri sekarang kalau awal masuk kelas dan hafalan bait-bait nadhom, juga ada yang main musik dengan alat seadanya.  Wallahu ‘alam bishowab.

Lukmanrandusanga (3/1/2023)