Kajian

Memiliki Anak Shalih dan Shalihah

Setiap hari jumat jam 16.00 – 17.30 WIB. Penulis berusaha mengikuti pengajian kitab Ibnu kasir, yang disampaikan oleh K.H. Subhan Ma’mun di Masjid Istiqomah Luwungragi Bulakamba Brebes.

Kumpulan catatan ngaji bersama K.H. Subhan Ma’mun pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi penulis memberi judul dalam buku “Ngaji Karo Kang Kaji.” Diharapkan dengan catatan dan buku ini dapat dijadikan sebagai pengingat kembali pada diri penulis dan pembaca yang ikut mengaji bersama K.H. Subhan Ma’mun maupun yang belum sempat mengaji dengan beliau. Sangat luar biasa  nasehat-nasehat yang disampaikan beliau di tempat pengajiannya.

Peserta ngaji Tafsir Ibnu Kasir diikuti dari berbagai lapisan masyarakat Brebes dan sekitarnya, pria dan wanita, santri dan alumni santri Assalafiyah luwungragi yang diasuh oleh K.H. Subhan Ma’mun.

Bagi penulis ngaji kali ini, Jumat (16/9/2022) rasanya sangat berbeda. Nasehat-nasehat yang disampaikan oleh K.H. Subhan Ma’mun terasa sanget menyentuh hati dan perasaan penulis. Yang sangat membutuhkan pencerahan dan nasehat-nasehat kehidupan untuk kenyamanan psikologis, motivasi beribadah dan mendidik anak agar menjadi anak yang shalih dan shalihah.

KH Subhan Ma’mun Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi Bulakamba Brebes

Dalam nasehat yang sampaikan K.H. Subhan Ma’mun sepertinya penulis dan jamaah yang ikut pengajian bersama beliau, dihantarkan untuk menjadi sosok orang tua yang mampu  melahirkan generasi shalih dan shalihah.

Menurut K.H. Subhan Ma’mun agar memiliki keturunan yang shalih dan shalihah, bertemanlah dengan siapa saja tanpa melihat kejelekannya. Sehingga pertemanan tersebut akan menimbulkan persaudaraan yang kuat, tidak akan timbul permusuhan dan perpecahan

Selanjutnya, janganlah memberi komentar yang kurang baik pada orang lain dan mudah terpancing oleh provokasi yang tidak bertanggungjawab, walaupun tujuanya  untuk membela diri apalagi membalas kejelakan.

Bersabarlah pada kritik yang diterima. Kesabaran akan mendatangkan kebahagiaan dan nilai-nilai pahala dari Allah SWT. Kesabaran pula sebagai pendidikan pada diri sendiri yang sangat luar biasa dan berlaku selamanya. Selanjutnya, sabar akan dapat menjadi pola asuh orang tua yang akan menghantarkan anak menjadi anak yang shalih dan shalihah.

Pada saat bertemu atau melihat orang lain, baik teman maupun saudara yang telah berbuat kesalahan atau melakukan perbuatan dosa. Maka janganlah mencibir dengan komentar yang kurang baik, apalagi menyakitkan. Karena sebenarnya ia sudah dihukum oleh rasa malu dan takut keluar dari rumah. Sebaiknya jangan menambah sakit dan derita orang yang sakit dengan ucapan maupun tingkah laku yang kurang baik.

Bagi para orang tua, jadilah salah satu kelompok yang berusaha masuk dalam katagori orang yang shalih.  Karena dari keshalihan dirinya akan mewariskan  keshalihan pula pada anak cucunya. Kebaikan dan amal shalih yang dilakukan anak cucu pahalanya pun akan  terus mengalir terhadap orang yang mendidik keshalihannya.

Adapun kalau orang tua hanya memiliki orentasi memperkaya diri dengan usaha keras tanpa mengingat ibadah dan disambut orintasi anaknya hanya diwarisi harta semata. Maka anak tersebut akan menjadi anak yang ambisi terhadap kekayaan yang dimiliki orang tua dan ingin menguasainya untuk hal-hal yang kurang baik. Dengan memiliki anak yang tidak shalih maka ia tidak akan mampu menolong kedua orang tuanya diakhirat nanti.

Mewariskan harta semata pada anak akan menumbuhkan bibit kesombongan. Dan kesombongan sendiri akan mengakibatkan balasan siksa yang sangat pedih dan tidak akan menolong dirinya di dunia dan akhirat. Apalagi menolong kedua orang tuanya.

Kesombomgan ini pula yang menjadi sebab manusia kalah dengan malaikat.

Kalau manusia tidak sombong maka ia akan mengalahkan derajatnya para malaikat dan menjadi orang yang sangat mulia. Ingat peristiwa setan mendapat kutukan karena kesombonganya, sehingga ia di usir dari Surga.

Mewariskan kekayaan pada anak nantinya akan terkalahkan, dengan  mewarisikan ilmu pengetahuan dan pendidikan akhlak yang mulia sehingga anak menjadi shalih. Harta akan cepat habis, ilmu akan melindungi diri dan terbawa hingga akhir hayat nanti.

Perilaku anak shalih tidak akan ambisi atau berharap besar akan warisan harta orang tuanya. Dengan keshalihan yang dimiliki, anak akan menghasilkan pemikiran yang baik, dan memiliki keyakinan pada Allah SWT yang akan mencukupi kebutuhan hidupnya.

Ketika menginginkan anak cucunya menjadi shalih shalihah. Maka jadilah keluarga yang selalu berbuat baik. Kalau tidak bisa berbuat baik, minimal tidak berbuat jahat pada tetangga dan orang lain.

Ada tradisi yang dimiliki oleh ibu nya K.H. Subhan Ma’mun dalam memanggil anak-anaknya dengan panggilan nama yang lengkap. Tidak sebagian saja atau terpotong-potong, apalagi panggilan lakob (junuk bahasa Brebes). Dengan panggilan nama anak yang lengkap agar anak memiliki ketotalan dalam keberkahan ilmu dan perilaku. Kalau tidak lengkap dihawatirkan nama sebagiannya di bawa atau dipangil oleh yang lain.

Beliau juga menganjurkan untuk bersodakoh kepada orang-orang yang shalih dan alim. Perbandingannya yang sangat luar biasa, antara sodakoh yang diberikan pada orang-orang biasa dengan orang yang alim.

Bagi orang tua yang menginginkan anak-anaknya shalih, jangan menceritakan kejelekan para guru yang mendidik anaknya. Dikhawatirkan akan menutupi ilmu yang diberikah oleh guru tersebut.

Selalu berbuat baiklah pada orang lain, karena hal itu akan menolong diri sendiri dan keluarganya.

Jadilah orang tua yang selalu prihatin dan khawatir, kalau kelak anaknya tidak menjadi anak yang shalih dan shalihah.

Jadilah orang tua yang shalih yang akan mempengaruhi anak untuk menjadi shalih pula sebagai salah satu bentuk ketauladanan kepada anak. Wallahu ‘alam bishowab. ***

Lukman Randusanga Brebes

Ngaji Karo Kang Kaji (16/9/2022)