Pendidikan

MDT dan Wajah Keberagaman Indonesia

Oleh : Akhmad Sururi (Wakil Ketua DPW FKDT Jateng)

Bangsa Indonesia yang majemuk dengan ribuan suku dan pulau serta budaya serta beraneka ragam bahasa hidup rukun dalam ikatan ideologi negara Pancasila. Sebagai negara yang bersendikan Pancasila, keanekaragaman agama dan budaya menjadi kekuatan dalam kehidupan berbangsa dengan mengedepankan sikap toleransi dan gotong royong.

Kehadiran Islam di Nusantara dengan cara damai melalui proses akulturasi budaya menjadikan Indonesia sebagai negara yang paling damai dan tentram meskipun budaya dinamisme dan animisme sebelumnya hadir di bumi nusantara. Secara geografis terpisahkan dengan pulau yang terbentang mulai Sabang sampai Merauke. Secara antropologis beragam budaya dan etnis dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan beragama terdiri enam agama namun semua itu masyarakat Indonesia disatukan dengan ideologi negara yang disebut Pancasila.

Keragaman di Indonesia adalah sebuah keniscayaan yang harus kita syukuri.  Karena hal tersebut sesungguhnya menjadi karunia Tuhan.  Sebagai orang yang beragama tentu mensyukuri kenikmatan tersebut dengan menebarkan kedamaian dimanapun tempatnya. Islam hadir di bumi Nusantara dengan damai dan ramah. Sehingga wajah   Islam di Indonesia menjadi cerminan substansi ajaran Nabi Muhammad SAW.

Kehadiran Islam di bumi nusantara yang bersentuhan dengan aneka ragam budaya tidak bisa dilepaskan dari Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT) yang dulu disebut dengan sekolah sore atau Madin yang mengajarkan pendidikan agama Islam. MDT pada mulanya menyelenggarakan proses pembelajaran di surau, masjid dan rumah rumah tokoh agama yang mengajarkan nilai nilai Islam rahmatan lil alamin. Seiring dengan perkembangan zaman akhirnya MDT diselenggarakan dalam bentuk klasikal dengan struktur yang berjenjang.

Dalam beberapa kesempatan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (DPP FKDT) KH Lukman Hakim, mengatakan bahwa wajah Islam Indonesia hari yang damai dan tentram karena peran pendidikan Madin yang tertanam sejak sebelum kemerdekaan. Artinya bahwa pendidikan yang dijalankan oleh Madin memilki peran besar dalam  mewujudkan Islam yang ramah dan rahmah di republik Indonesia. Hal tersebut karena pembelajaran yang selama ini diterapkan di Madin membentuk pribadi muslim yang berakhlak, santun dan    mewujudkan ketentraman di tengah tengah masyarakat.

Tidak ada satupun Madin di Indonesia yang mengajarkan Islam fundamentalis atau Islam radikal. Karena sesungguhnya Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dan diteruskan oleh para Ulama dalam mendakwahkan Islam, adalah agama yang mengajarkan nilai nilai kasih sayang dan perdamaian. Pemahaman keagamaan yang moderat diajarkan oleh guru Madin kepada murid muridnya. Sehingga lulusan MDT atau   Madin memiliki pemahaman Islam yang moderat atau washatiyah.

Berangkat dari Islam moderat atau washatiyah, MDT dengan dinamika pembelajaran yang dilaksanakan mengajarkan tauhid,fiqh dan akhlak dengan berporos pada pemahaman Islam garis tengah. Sikap liberal dan ektrim kanan bukan merupakan cerminan pembelajaran yang berlangsung di MDT. Hal tersebut karena sebagian besar guru guru Madin adalah lulusan Pesantren tradisional yang berbasis pada ajaran Ahlussunah wal jamaah. Sehingga secara geneologis keilmuan di MDT bersanad dengan Pesantren.

Akhirnya kita berharap MDT di bumi Nusantara dengan kemajemukannya akan senantiasa eksis dengan menebarkan nilai agama Islam yang memberikan rahmat kepada semuanya. Untuk mencapai eksistensi yang bermakna tentu tidak bisa dilepaskan dari pemahaman keagamaan moderat dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan setiap hari. Inilah yang akan senantiasa menghiasi wajah Indonesia dengan Islam yang ramah dan penuh rahmat. (*)

www.youtube.com/@anas-aswaja