Pendidikan

MDT dalam Lintasan Kemajuan Iptek

Oleh : Akhmad Sururi

MDT (Madrasah Diniyah Takmmiliyah) dulu disebut dengan sekolah Arab merupakan lembaga pendidikan keagamaan Islam yang mengajarakan 100 presen pengetahuan agama Islam. Pembelajaran yang diberikan kepada santri MDT meliputi, Qur’an, Hadis, Tajwid, Tauhid, Fiqih, Tarikh, Akhlak dan Bhs Arab. Delapan mapel pokok yang diajar secara terstruktur mulai kelas 1 sampai dengan kelas 4 untuk MDTA, kls 1 s.d 2 untuk jenjang Wustho dan Ulya.  Adapun jenjang pendidikan MDT mulai dari MDTA (Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah), MDTW (Madrasah Diniyah Takmiliyah Wustho) dan MDTU (Madrasah Diniyah Takmiliyah Ulya).

Madrasah Diniyah dengan tambahan “Takmiliyah” karena MDT berfungsi menyempurnakan pengetahuan agama Islam bagi peserta didik pada lembaga pendidikan formal. Mereka mendapatkan pengetahuan agama Islam di SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK hanya beberapa jam tatap muka pembelajaran. Sehingga diharapkan kehadiran MDT dengan beberapa jenjang tesebut di atas akan bisa menyempurnakan pengalaman dan pemahaman agama Islam untuk mereka.

Kurikulum MDT yang berkembang saat sekarang beranekaragam sesuai dengan kekhasan masing-masing daerah. Secara umum sebagian besar kurikulum MDT mengadopsi dari kurikulum pesantren untuk tingkat paling dasar. Hal tersebut dilatarbelakangi karena MDT menjadi pembelajaran awal bagi para santri yang akan masuk di Pondok Pesantren. Lebih dari itu karena mayoritas Guru Madin adalah alumni Pesantren sehingga apa yang diajarkan mengacu saat di Pesantren.

Namun demikian seiring dengan perkembangan perhatian Kemenag RI dengan menerbitkan buku panduan penyelenggaraan MDT, maka kurikulum MDT mengalami perubahan. Meskipun perubahan kurikulum tersebut tidak secara massif karena sebagian besar masih menerapkan kurikulum berbasis pesantren. Akan tetapi melalui FKDT (Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah), penerapan kurikulum yang berstandar nasional dengan mengacu kepada buku pedoman mulai bertahap dilaksanakan oleh beberapa MDT di Indonesia.

Mengingat keragaman MDT secara nasional, Kementerian Agama hanya memberikan panduan atau standar yang bersifat umum. Hal ini karena pemerintah sangat menghargai keragaman tersebut, dengan tetap memperhatikan standar mutu pelayanan kepada MDT. Dalam hal ini beberapa konsep pemikiran dalam buku tentang MDT mengadopsi kajian akademik dari pendidikan formal. Inilah yang menjadi bagian dari “wal akdzu bil jadidil ashlah”, melalui inovasi yang lebih relevan dengan tetap mempertahankan tradisi yang baik (Almukhafadhatu ala qodimis sholih).

Berapa buku yang diterbitkan oleh Kementerian Agama khususnya tentang kurikulum mengakomodir pemikiran komunitas praktisi MDT. Sehingga sajian narasi berdasarkan studi lapangan yang digabungkan teori pendidikan modern. Hal ini menjadi sangat penting, karena ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang, maka MDT tidak bisa menutup diri. Dengan demikian inovasi dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi sebuah keniscayaan untuk menuju kemajuan dan peningkatan mutu pendidikan MDT.

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknoligi (Iptek) sangat berpengaruh terhadap perkembangan peserta didik. Oleh karena itu lembaga pendidikan MDT diharapkan bisa merespons dengan positif. Dengan demikian peserta didik akan tetap tertarik dan merasa senang belajar di MDT.

Era digital dengan IT yang merambah semua segmen kehidupan. Termasuk dunia pendidikan Diniyahpun bersentuhan dengan dunia IT (Informasi dan Teknologi). MDT sebagai lembaga pendidikan membutuhkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang memiliki kompetensi dalam dunia IT. (*)

www.youtube.com/@anas-aswaja