Bandung (Aswajanews.id) – Majelis Adat Sunda mendatangi Polda Jabar untuk membuat laporan pengaduan terhadap Arteria Dahlan. Ia diadukan ke Polda Jabar atas dugaan kebohongan publik dan pernyataan bersifat SARA.
Menurut pantauan, sejumlah pengurus dan anggota Majelis Adat Sunda sudah berada di Polda Jabar sejak pukul 9.30 WIB, Kamis (20/1).
Saat ini, mereka sedang membuat laporan di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Jabar.
Berbagai kecaman terhadap Arteria Dahlan tak hanya datang dari lawan politik maupun warga Sunda, melainkan juga datang dari rekan satu partai.
“Menurut hemat saya berlebihan dan dapat melukai perasaan masyarakat Sunda,” kata anggota Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin, Selasa, 18 Januari 2022.
Disebutkan politisi senior PDIP ini, pemecatan seseorang dari jabatannya, bukan didasari pada bahasa yang digunakannya. “Pernyataan saudara Arteria ini seolah-olah mengindikasikan bahwa menggunakan bahasa daerah (Sunda) dianggap telah melakukan kejahatan berat dan harus dipecat,” ujarnya.
“Kenapa harus dipecat? Seperti telah melakukan kejahatan saja,” ucap Hasanuddin.
Sehubungan hal itu, ia pun mengingatkan Arteria Dahlan agar berhati-hati dalam bersikap dan berucap.
Sebelumnya, Arteria Dahlan, anggota Komisi III DPR RI Fraksi PDI Perjuangan sempat meminta Kepala Kejaksaan Agung (Kajagung) mengganti Kajati yang menggunakan bahasa sunda saat rapat. Pernyataan Arteria pun mendapat banyak tanggapan dari berbagai kalangan masyarakat di Jawa Barat.
Arteria Dahlan menegaskan, dia tidak ingin ada jaksa di Kejagung yang pertontonkan kedekatan dengan Jaksa Agung dengan pendekatan yang bukan prestasi dan kinerja.
Dalam wawancara dengan TV One, Arteria Dahlan mengatakan bahwa saat ini di Kejagung, banyak jabatan jaksa tinggi dan strategis dijabat jaksa berasal dari Jabar. Wajar saja, karena Jaksa Agung ST Burhanudin, asal Jabar, pria asal Majalengka. Meski begitu, dia tidak mempermasalahkan hal itu karena pilihan Jaksa Agung itu berdasarkan tata cara yang sudah ditentukan.
Ia membandingkan dengan kasus lama, di Kejagung, sempat ada pejabat Kejagung yang dalam satu tahun bisa naik pangkat empat kali. “Enggak ada lagi zaman Jaksa Agung sekarang 1 tahun 4 kali naik. (Sekarang) pembenahaan manajemen SDM di kejaksaan penempatan jabatan strategis dengan mekanisme yang terbuka, sekalipun ada orang Sunda, karena kualifikasinya, karena kecakapannya, karena kualitas mereka lewat proses yang cermat bukan karena suk Sunda bisa di posisi strategis, ini yang kami yakinkan ke publik,” katanya.
Ia kemudian menyatakan bahwa soal Bahasa Sunda yang jadi ribut, berawal dari peristiwa dimana ada seorang kepala kejati yang mempertontonkan kedekatannya dengan Jaksa Agung di depan jaksa-jaksa tinggi lainnya.
“Bisa bayangkan saat sama-sama bekerja, masih ada jaksa satu dua yang mempertontonkan, perlihatkan kedekatan dengan pak Jaksa Agung (dengan bahasa Sunda). Enggak masalah kalau Jaksa Agung nya ukan orang Sunda, gpp, Ini hubungannya saat rapat resmi, yang bersangkutan bicara ke Jaksa Agung, bukan bawahan. Kalau kajati kajari ngomong ke rakyat (dengan bahasa daerah) itu saya acungkan jempol, itu jaksa yang merakyat,” kata dia.
“Ini jadi pembicaraan di internal mereka di kejaksaan, makanya nanti ditanyakan ke teman0-teman kejaksaan apa yang saya katakan aspirasi mereka atau bukan,” katanya.
Ia kemudian memperjelas kembali pernyatannnya sekaligus menegaskan dia tidak ingin mendiskreditkan suku Sunda atau bahasa Sunda.
“Saat dialog resmi ke pimpinannya, di hadapan jaksa tinggi hadirkan seperti itu (berbahasa Sunda) kurang pas. Kalau bicaranya ke rakyat biasa, tapi saat dibalas bahasa Indonesia di forum resmi antar kajati jawab ke Jaksa Agung dengan seperti itu kurang pas. Kami tidak ingin ada jaksa yang coba pertontonkan kedekatan bukan prestasi dan kinerja utk hal-hal seperti itu,” kata dia.
Ia menegaskan, pihaknya sama sekali tidak bermaksud menghina orang Sunda.
“Kita sama sekali tidak ada hal sekecil apapun yang mendiskreditkan suku Sunda, orang Sunda. Saya ingin meluruskan, dikatakan saya mendiskreditkan (orang Sunda) Pak Jaksa Agung itu orang Sunda, sudah kaya orang tua saya dengan mereka. Sekitar saya ini orang Sunda semua, ngga mungkin kami mendiskreditkan orang Sunda. Kok tiba-tiba bisa dipelintir seperti itu,” kata Arteria Dahlan. (Net/Berbagai Sumber)