Kajian

MAFQUD DALAM WILAYAH TAJWIZ

MAFQUD DALAM WILAYAH TAJWIZ

Mafqud ialah orang yang sudah lama pergi meninggalkan tempat tinggalnya tidak diketahui kabar beritanya, tidak diketahui domisilinya dan tidak diketahui tentang hidup dan matinya.

Permasalahan tentang Mafqud ini terbagi menjadi tiga macam masalah :

Mafqud dalam Masalah Perwalian

  1. Apabila Wali Mujbir Mafqud, jumhur fuqaha sepakat apabila belum diputus oleh Hakim dan ditetapkan tentang kematiannya, maka, PPN/Wali Hakim bertindak selaku wilayat Tajwiz bagi catin wanita yang ditinggal wali mujbir yang mafqud. Namun, sebaliknya jika sudah diputus oleh hakim dan ditetapkan bahwa wali mafqud tersebut dihukumi mati. Maka, perpindahan wilayah tajwiz bukan kepada PPN/Wali Hakim tetapi kepada wali yang lebih dekat derajat nasabnya kepada catin wanita.
  1. Apabila Wali Ghair Mujbir Mafqud, maka perwalian tidak pindah ke Wali Hakim. Tetapi berpindah ke Wali Aqrab yang seimbang dan sederajat kepada catin wanita. Jika tidak seimbang dan sederajat perwalian pindah ke wali hakim. Karena masalah wali mafqud ini Ibnu Hajar Alhaitami mengqiyaskan kepada masalah wali Adhal.

Ibnu Hajar Al Haitami, Tuhfah Muhtaz fi Syarhil Minhaz, Kitab Nikah :

ِوَ يُزَ وِِّ ج ُ الْقَاضِ ي أَيْضًا عَن ْ الْمَفْقُود ِ الَّذِي لا يُعْرَ ف ُ مَكَانُه ُ وَ لا مَوْ تُه ُ وَ لا حَيَاتُه ُ لِتَعَذُّر ِ نِكَاحهَا مِن ْ جِ هَتِه ِ فَأَشْبَه َ مَا إذَاَعَضَل

Begitu juga qadli menikahkan bagi wali yang mafqud yang tidak diketahui tempat tinggal, mati dan hidupnya untuk keudzurannya catin wanita yang tidak bisa tidak harus dari jihatnya (wali yang mafqud) maka, yang demikian samakan saja sebagaimana halnya wali adlal

Mafqud dalam Masalah Istri yang Ditinggalkan Suami

Masalah suami yang mafqud fuqaha berpendapat, empat tahun qomariyah untuk menetapkan kematiannya kemudian beriddah empat bulan sepuluh hari (seperti iddah ditinggal mati), ini menurut perkataan Saidina Umar bin Khattab yang diriwayatkan Imam Maliki.

Imam Mujtahid seperti Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Imam Malik r.a. berpandangan tidak adanya ketentuan batas waktu ; akan tetapi hal itu diserahkan kepada ijtihad hakim di setiap masa.

Sunan Kubra Al Baihaqi, Juz.9/126

هذِه ِ الوجوه ِ الَّتي مَنَع َ فيها ِ قال الشَّافِعِي ُّ في القديمِ : واحْ سَب ُ قضاء َ عُمَر َ رضي الله عنه في امرأة ِ المفقود ِ من بعضُالضَّرَ ر َ بالمرأة ِ إذَا كان َ الضَّرَ ر

عَليهَا أَبْيَنَ ، قال َ في الجديدِ: قال علي ُّ بن ُ أبي طالبرضي الله عنه في امرأة ِ المفقودِ: امْرَ أَة ٌ ابْتُلِيَت ْ فَلْتَصْبِرْ ، لا تَنْكِح ْ حتَّى يَأْتِيَهَا يقين ُ مَوْ تِهِ، قال

الشَّافِعِي ُّ رَ حِ مَه ُ الله: وبِهَذَا نقولُ.

Berkata Imam Syafi’I dalam Qaul Qadim : Vonis putusan oleh Saidina Umar dalam masalah istri yang ditinggal suami mafqud dari sebagian masalah kriteria ini yaitu, tercegah kemadratan bagi pihak istri jika keadaan madarat atasnya lebih jelas. Sedangkan dalam Qaul Jadid : Berkata Ali bin Abi Thalib ra : dalam masalah istri yang ditinggal mafqud., istri yang ditinggal musibah maka bersabarlah, jangan menikah sehingga berkeyakinan tentang kematiannya. Bekata Imam Syafi’I : inilah pendapatku.

Mafqud dalam Masalah Pembagian Hak Waris

Dalam fiqih mawaris mensistemasikan pembahasan mafqud ini dalam bagian

“Miratsut Taqdiry”,

yaitu pusaka mempusakai dengan jalan perkiraan. Adapun cara penyelesaian ditempuh dengan cara ;

  1. Dikerjakan dahulu berapa bagian mereka masing-masing sekiranya si mafqud dianggap masih hidup.
  1. Dikerjakan lagi berapa bagian mereka masing-masing sekiranya si mafqud dianggap sudah mati, dan kemudian.
  1. Dari dua perkiraan tersebut, maka para ahli waris diberikan bagian terkecil dari dua perkiraan.

Sisanya ditahan untuk si mafqud, sampai persoalaanya menjadi jelas, baik dengan adanya vonis kematiannya, maupun karena kadaluwarsa waktu tunggu.

Contoh ;

Mayit meninggalkan harta waris sebesar 24 ha. Kebun dan sawah meninggalkan ahli waris Istri, 2 anak laki yang satu ada dan yang satu lagi mafqud.

A. Jika si Mafqud diperkirakan masih hidup

Dari Asal Masalah 8

Istri = 1/8 ; 1/8 x 8 = 1 ; 1/8 x 24.h.a = 3 ha.

(1) 21/2 x 1 = 10,5 ha

Ash ; 8 – 1 = 7 : 24/8 x 7 = 21 ha.

(1) 21/2 x 1 = 10,5 ha

Anak laki-laki hadir

Anak laki-laki mafqud

Jumlah Asal Masalah = 8. = 24 ha.

B. Jika si mafqud diperkirakan dan divonis mati menurut hakim

Dari Asal Masalah 8

Istri = 1/8 ; 1/8 x 8 = 1 ; 1/8 x 24.h.a = 3 ha.

Ash ; 8 – 1 = 7 : 24/8 x 7 = 21 ha.

Tidak mendapat apa-apa

Anak laki-laki hadir

Anak laki-laki mafqud

Jumlah Asal Masalah = 8. = 24 ha.

*Budi Ali Hidayat, Penulis adalah Kasi Bimas Islam Kemenag Kota Cimahi dan Muqodam Thoriqoh Tijani

 

Sumber Rujukan:

Al Qur’an

Ar Razi.,tt., Tafsir Ar Razi., Darul Ihya At Tiratsi Islami

Bachtiar Surin .,1993. Al Kanz :Terjemah dan Tafsir Al Qur’an. Bandung : Titian Ilmu.

Departemen Agama. Al Qur’an dan Terjemah. Semarang : Toha Putra.

Muhammad Ali As Sayis ., tt. Tafsir Ayat Al Ahkam., al Mudaris bi Kulliyati Syariati Islamiyah

Ibnu Katsir.,tt., Tafsir Ibnu Katsir., Darul Ihya At Tiratsi Islami

Ismail Al Baruswi., Ruhul Bayan., Darul Ihya At Tiratsi Islami

Hadits

As Shan’ani, Muhammad bin Ismail., Subulus Salam., Maktabah Tijariyah (Kairo).

Bukhari., Imam., tt. Kitab Shahih Bukhari., Darul Ihya At Tiratsi Islami

Muslim., Imam, 1992., Kitab Shahih Muslim., Darul Kutub Al Ilmiyah

Jalaludin al Suyuti., tt., Tanwirul Al Hawalik., Dar Al Fikri.

Kitab Fiqih

Abdur Rahman al Jaziri., 1935., Madzahib Al Arba’ah., Al Irsyad Kairo.

Abu Bakar bin Al Marhum Muhammad as Syatha., I’anatuth Thalibin., Maktabah Usaha Keluarga Semarang

Muhammad Zawad Mughniyah., 1996., Fiqih Lima Mazhab., Jakarta ; Lentera

Muhammad Fu’ad Abdul Baqi., tt. Al Mu’jam Al Mufahrasy lil Al Alfadziil Qur’an., An Nasyir : Maktabah Dahlan.

Muhammad Ali As Sayis ., tt. Tafsir Ayat Al Ahkam., al Mudaris bi Kulliyati Syariati Islamiyah

Muhammad Salam Madkur., 1964. AL Qadla fil Islam., Dar Al Nahdhah AL Arabiyah Kairo.

Ibnu Rusydi, tt. Bidayatul Mujtahid., Musthafa al Baby halaby (Kairo).

Ruwai’I ibn Rajih Ar Rahili., 1989, Fiqih Umar bin Al Khatab RA, Dalam Sorotan Ulama Mujtahidin, Penerbit Sumber Bahagia : Bandung

Taqiyudin, Ad Dimasyaqi, tt, Kifayatul Akhyar., Cairo

Jalaludin al Mahalli., tt., Qulyubi wa Umairah., Dar Al Ihya Al Kutub Al Arabiyahn Mesir.

Kitab-Kitab Fiqih Hanafi : Tuhfatul Fuqaha,Badai’ul shana’I, Al bidayah, Fathul qadir, Al Muhith Bukhari,

Kitab-kitab Fiqih Maliki : At Tamhid, Mukhtasar Kholil, Bidayatul Mujtahid

Kitab-Kitab Fiqih Syafi’I : Majmu Syarah Muhadzab, Raudlatul Thalibin, Fathul Wahab ala minhajil thulab, Al Igna, Tuhfatul Muhtaz fi syarhil

mumtaz, Hasyiyah Qulyubi wa Umairah, Kifayatul Akhyar

Kitab-Kitab Fiqih Hambali : Al Masailul Fiqhiyah, Al Mugni, Al Furu’

Buku Ushul Fiqih A. Hanafi., 1981 Ushul Fiqih., Jakarta : Widjaya.

Hasbi Ash Shiddiqi.,1975., Falsafah Hukum Islam., Jakarta : Bulan Bintang………………………, 1977., Sari Kuliah Ushul Fiqih., Ramadhani.

Juhaya S. Praja., 1995., Filsafat Hukum Islam., Bandung : Penerbitan Unisba.

Kamus Arab

Ahmad Warson Munawwir., 2002., tt. Al Munawwir, Kamus Arab – Indonesia. Dzilal. Surabaya : Penerbit Pustaka Progressif.

Ali bin Muhammad Jurzani., tt. At Ta’rifat., Al Haramain.

Muhammad Fu’ad Abdul Baqi., tt. Al Mu’jam Al Mufahrasy lil Al Alfadziil Qur’an., An Nasyir : Maktabah Dahlan.

Ibnu Mandzur., tt. Lisanul Arab., Darul Ihya At Tiratsi Islami.

Ibnu Abi Bakar Ar Razi., tt, Mukhtar Shihah Muasasah Risalah

Ibnu Ya’kub., 1995., Kamus al Muhith., Muasasah Risalah,

Tarikh

Ibnu Katsir Ad Dimsyaqi., Qishashul Anbiya.,

Ibnu Katsir Ad Dimsyaqi., Al Bidayah wa Nihayah

Ibnu Abdil Barr., Ad Durar fi Ikhtishar Al Maghazi was Sair