GARUT (Aswajanews.id) – Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI mendukung adanya upaya masyarakat melestarikan tradisi Ampih Pare di Kabupaten Garut, Jawa Barat, sebagai bentuk syukur atas hasil panen yang melimpah.
“Ini (tradisi Ampih Pare) yang membawa dengan penuh doa supaya hasil panen bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat dan mendapatkan berkah semua,” kata Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat pada Kemendikbudristek, Samsul Hadi melalui siaran pers di Garut, Senin (8/8/2022).
Ia menuturkan tradisi masyarakat Kecamatan Banjarwangi yang sudah digelar secara turun temurun itu sebagai ucap syukur kepada Tuhan karena hasil panen yang banyak dan tidak terserang oleh hama.
Masyarakat di sana, kata dia, dalam kegiatan tradisinya itu dengan membawa hasil panen padi dari sawah ke leuit atau sebuah bangunan yang dijadikan tempat penyimpanan hasil panen.
Samsul berharap tradisi seperti itu tetap dilestarikan dan pemerintah pusat maupun daerah siap mendukungnya dengan menghadiri kegiatan tersebut seperti yang sudah dilaksanakan masyarakat Banjarwangi pada Selasa (2/8).
“Ini bagian dari komunitas adat, kiranya mendorong upaya-upaya melestarikan kebudayaan,” katanya.
Anggota DPR RI Komisi X, Ferdiansyah menambahkan, Indonesia boleh tertinggal teknologi atau dengan hal-hal yang sifatnya kecanggihan, namun Indonesia tidak boleh tertinggal dalam budaya, dan harus paling hebat budayanya di dunia.
Pemerintah Indonesia, kata dia, sudah memberikan bentuk dukungan dalam pelestarian budaya dengan diterbitkannya Undang-undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
“Kita sudah punya Undang-undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Kemajuan Kebudayaan dengan tujuan maksud yang di antaranya adalah menjaga kelestarian adat istiadat, menjaga suasana adat istiadat tersebut dengan maksud kita tidak lupa dengan sejarah kita,” kata Ferdiansyah. *(Ant)