BANDUNG (Aswajanews.id) – Gubernur Ridwan Kamil, mengungkapkan, dari sekitar 50 juta penduduk Jawa Barat, 95% adalah warga muslim. Dengan demikian, sudah selayaknya jemaah haji dan umrah asal Jabar terbang dari bandara sendiri. Apalagi sekarang fasilitasnya sudah tersedia. Maka, semua pihak harus bekerja keras dan bekerja sama untuk mewujudkan keinginan tersebut.
Ridwan Kamil, yang akrab disapa Emil, menuturkan hal itu pada rapat tentang penggunaan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati Majalengka, untuk pemberangkatan jemaah haji dan umrah, Kamis (3/11), di Gedung Pakuan Jln. Oto Iskandardinata Bandung.
Hadir antara lain Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Hilman Latief, Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Saiful Mujab, Kakanwil Kemenag Jabar Ajam Mustajam, Kabiro Kesra Pemprov Jabar Barnas Ajidin dan Dirut BIJB Kertajati Muhammad Singgih.
“Untuk merealisasikan pengoperasian Bandara Kertajati memang masih ada kendala, yakni tol Cisumdawi belum tuntas. Tapi sebetulnya itu lebih pada persoalan pilihan orang untuk traveling. Kalau umrah mah bagaimana keputusan negara. Kalau negara mengatakan untuk jemaah asal Jabar semuanya lewat Kertajati, tidak akan ada yang komplain,” ujarnya.
Proses tersebut, tambah Emi, semestinya memang digiring oleh sebuah aturan pemerintah. Jika dilaksanakan, dia yakin tidak akan ada masalah. Nantinya BIBJ Kertajati tidak hanya melayani warga Jabar, tetapi juga warga dari Jateng bagian barat seperti Brebes dan Tegal.
“Ini hanya bisa berubah oleh aturan, bukan oleh infrastruktur. Kalau sudah ada aturan yang mengharuskan semua harus dari Kertajati, saya kira semua akan memahami dan akan senang. Khusus jemaah dari Bandung, jika Cisumdawu selesai hanya butuh 45 menit untuk sampai di Kertajati,” papar Emil.
Emil mengaku selama ini banyak warga Jabar yang curhat kepadanya terkait ibadah haji dan umrah. Mereka sangat rindu ke Tanah Suci dan sedih ketika dilakukan pembatasan jemaah. Sementara itu dalam situasi normal saja antrean untuk naik haji tetap saja panjang, bisa sampai 30 tahun lamanya.
Karena itu, mereka mengkonpensasikannya dengan umrah. “Mereka berkata, kalau umur saya tidak sampai, tidak apa-apa umrah saja. Sebab yang penting bisa tawaf di depan Ka’bah,” ujar Emil mengutip pernyataan warga yang curhat kepadanya.
Katering dan investor
Guberur juga menyinggung masalah ketering yang muncul dalam rapat tersebut. Menurutnya, untuk jangka panjang memang harus sudah dipikirkan penyediaan katering umrah di Kertajati. Proses lelang bisa segera dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Bandara Cengkareng (Soekarno Hatta) memang sudah lebih dulu eksis. Dengan demikian keberadaan kateringnya juga sudah lama ada. “Namun bukan berarti kita tidak bisa. Makanya dengan rapat ini jadi ketahuan, mana yang kurang dan harus diperbaiki,” tuturnya.
BIJB Kertajati pun, katanya, saat ini masih dalam proses finalisasi investor baru. Dengan investor baru, diharapkan bisa segera mengembangkan kota baru. Di Kertajatri nanti akan banyak perumahan, industri, aviasi, teknologi. Jadi suasananya tidak akan sepi seperti saat ini.
“Dan saya sedih kalau pergi ke banyak tempat, Kertajati selalu menjadi contoh kasus yang tidak bagus melalui ungkapan, ‘jangan seperti Kertajati’. Memang karena infrastruktur bangunannya terlebih dahulu di bangun tetapi akses belakangan, maka situasinya seperti sekarang ini,” katanya.
Kesimpulannya, lanjut Emil, komunikasi di antara pihak terkait harus lebih intensif. Menyangkut permintaan infrastruktur Tambahan, akan segera diproses. Mekanismenya, jika anggaran resmi belum ada, akan cari anggaran lain, yang penting program bisa berjalan dengan baik. Emil juga memastikan kembali, jemaah umrah asal Jabar akan terbang dari Kertajati pada tanggal 20 November 2022. *(Kontributor ; Eva Nurwidiawati)